About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Sabtu, 31 Desember 2011

Malam Tahun Baru Pertama

Tak ada yang lebih pelik dari apapun ketika kita melihat orang lain bersenang-senang sementara kita sendiri merasa sengsara menjalani hidup ini. Di masa2 natal dan tahun baru seperti ini biasanya para pekerja cenderung libur dari kerjaan atau rutinitas mereka. Tapi ada beberapa dari mereka justru harus bekerja. Kalo dulu membayangkan disaat orang lain liburan sementara saya harus masuk kerja, hanya demi gaji sebulan, itu pun ga cukup untuk kebutuhan sehari2 (alias depisit) rasanya ngenes banget hidup ini. Tapi sekarang justru aneh. Sama-sama harus masuk kerja di waktu orang2 menikmati liburan tapi perasaannya berbeda jauh, justru saya senang harus bekerja. Masih saya tela’ah lebih dalam lagi, saya juga bingung sebenernya saya senang dengan pekerjaannya (tukang cuci piring) atau saya senang dengan gajinya?

Memang ada perbedaan yang jauh pekerjaan yang saya jalankan waktu di Indo dengan pekerjaan di sini. Dulu di Indo kalo pulang kerja muka bawaannya udah stres aja. Di tempet kerja stres, pulang kerja juga masih stres karena masih mikirin kerjaan yang belom kelar itu dan harus dilanjutkan lagi besok paginya. Bahkan saya ga jarang saya harus merelakan jam tidur saya dikurang dengan datang ke kantor lebih pagi dan pulang lebih larut hanya demi menyelesaikan kerjaan closing pembukuan.

Sementara di sini dengan profesi yang jauh dari kata glamornya karir, justru jauh dari kata STRES. Saya sangat menikmati pekerjaan ini, apalagi berat badan saya bisa turun 6 kilo tanpa harus pergi fitnes atau jaga makan. Dan 1 hal lagi yang membedakan tapi dari sudut pandang yang sama, setelah pulang kerja dari kerjaan ini justru malah happy dan ga perlu mikirin lagi kerjaan yang ditinggalin itu nasibnya gimana. Hukum alkitab berlaku di sini, perkara hari ini ya untuk hari ini aja. Perkara besok ya lain lagi dan ga perlu dipikirin sekarang karena perkara besok setelah dilewati ya udah selesai.

Makanya walaupun saya harus bekerja di malam pergantian tahun begini, hati tetep seneng walaupun beberapa orang menilai kok kayanya ngenes banget. Kalo dulu waktu kerja di Indo saya selalu melewati malam tahun baru dengan tidak bekerja. Entah kumpul bersama keluarga, atau kalo lagi males ya tidur aja di rumah, ga ikutan begadang. Tapi yang sekarang dimana saya harus melewati malam tahun baru di dapur sambil cuci piring (untuk pertama kalinya) justru malah memberikan sensasi tersendiri dan pengalaman baru.

It’s a nice experiance. Selamat tahun baru untuk semua manusia yang masih memiliki semangat hidup. Semoga tahun depan ada kehidupan yang luar biasa menanti kita. Semangat saya semakin berkobar untuk masuk ke tahun 2012, tahun yang penuh kejutan, pengalaman, dan tantangan hidup... Dan buat yang kehilangan semangat hidup, cobalah renungkan apa yang anda inginkan dalam hidup ini. Kejar itu, jadikan resolusi dan wujudkan di tahun 2012. 

Kamis, 29 Desember 2011

Buang Air Jarang di Tengah

Sebenernya udah lama mau ngebahas topik ini. Tapi selalu ditunda tunda terus lantaran topik ini ga mutu banget. Tapi setelah dipikir-pikir lagi ga ada yang namanya ga mutu kalo itu merupakan buah pikiran kita sendiri dan bukan jiplakan. Kalo dikemudian hari ditemukan ternyata buah pikiran kita itu ternyata udah pernah dibahas oleh orang lain itu lain lagi soalnya. Yang penting di aini adalah kejujuran hati pada waktu mengekspresikan pemikiran2 tersebut.

Ya, benar ini adalah sebuah hasil pemikiran sekaligus pengamatan saya yang terlihat konyol dan bodoh yang saya lakukan udah bertahun-tahun lalu dan perilaku mereka sampe sekarang masih sama. Mungkin udah ada orang yang pernah meneliti topik ini dari segi paikologis tentunya, karena ini berkaitan dengan perilaku manusia. Sehingga saya tidak perlu merasa penasaran dengan arti dari perilaku manusia-manusia yang saya perhatikan ini. Sejujurnya saya belum menemukan arti dari perilaku manusia ini, saya hanya memperhatikan kalau mereka selalu melakukan hal yang sama. Jadi ada kesempatan bagi agan-agan yang kuliah di psikologi untuk mengembangkan topik ini lebih lanjut lagi.

Yang selalu saya perhatikan itu adalah...

Buang air kecil
Setiap kali saya ke toilet (toilet pria tentunya) apabila di situ hanya tersedia 3 tempat untuk pipis (buang air kecil) para pria pasti selalu memilih pipis di sebelah kanan atau kiri. Jarang dari mereka memilih untuk pipis di tempat pipis yang tengah. Apabila salah satu dari yang kanan dan kiri itu berada di posisi paling pojok/sudut, pastilah tempat pipis itu yang paling ramai dikunjungi para pria.

Buang air besar
Sama halnya waktu pipis, apabila hanya ada 3 pilihan kamar untuk tempat buang air besar, para pria akan lebih memilih kamar kanan atau kiri. Dan apabila salah satu dari yang kanan atau kiri itu berada di sudut/pojok, pasti kamar itulah yang paling favorit.

Ga mutu ya yang saya perhatikan ini. Tapi hal ini menjadi pusat perhatian saya terus setiap kali saya meluncur ke toilet pada waktu saya masih kerja kantoran. Karenanya saya begitu penasaran sebeneranya kenapa mereka bersikap begitu ya? Bahkan saya sendiri memang cenderung untuk memilih tempat yang pojok, karena merasa lebih nyaman dan aman. Entahlah aman dari apa, tapi sepertinya rasa aman waktu buang air memang diperlukan. 

Untuk alasan kesehatan dikarenakan yang tengah pastilah lebih jarang dipake jadinya saya berusaha keluar dari zona nyaman saya, dengan membiasakan diri menggunakan toilet yang tengah baik yang untuk pipis maupun buang air besar. Selain lebih bersih, tissue toilet pun biasanya masih banyak ketimbang yang kanan atau kiri yang lebih sering dipakai yang otomatis tissue toiletnya lebih rentan habis.

Saya ga tau nih apakah di toilet wanita pun terjadi hal yang serupa. Tapi saya pikir ini perlu diteliti deh, saya bener2 penasaran dengan sikap ini, kira2 apa ya artinya dari sikap manusia yang seperti ini? Tolong donk temen2 yang dari psikologi, kalo ada waktu luang mungkin bisa diteliti. Atau mungkin punya rekomendasi artikel yang berkaitan dengan topik ini, sekiranya bisa menjawab rasa penasaran saya. Hehehehe...

Selasa, 27 Desember 2011

Profesi Pengemis dan Mental Pengemis

Beda negara beda lagi cara ngemisnya. Kalo di tangerang & jakarta yang pernah saya alami adalah mereka cenderung bersikap seperti preman. Mereka ga perduli orang yang mau memberi sumbangan/ sedekah apakah bisa mendapatkan sesuatu/timbal balik atau tidak dari si pengemis. Yang penting si pengemis mendapatkan apa yang dia inginkan, dalam hal ini biasanya dalam bentuk uang. Coba kalau anda perhatikan, walaupun judulnya ngamen yang notabene menunjukkan skill bermain musik, kalo anda langsung kasi uang pasti musiknya langsung selesai. Ini menunjukkan bahwa mereka cenderung enggan untuk berlama-lama show up kemampuan mereka. Seolah-olah skill mereka terlalu mahal untuk terlalu lama dipertontonkan. Atau mungkin saja tujuan utama mereka adalah uang. Jadi untuk apa mereka berlama-lama kalo mereka udah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Sementara pengemis di sini justru ga bikin kita memaksa untuk ngasi receh atau untuk bilang "maaf" karena ga mau/ga punya receh. Bahkan kita bisa menikmati persembahan mereka tanpa perlu kita apa2. Misal ada yang ngamen di pingkir jalan (bukan dari rumah ke rumah lho, walaupun sama2 di siang bolong) kita tetep bisa menikmati suara sekaligus atraksi musiknya. Kalo kita mau kita bisa kasi receh atau sebagian uang kita tapi kalo nggak mau pun dia akan tetep bernyanyi dan mempersembahkan yang terbaik dari talenta yang mereka miliki. Atau pernah juga saya melihat pengemis yang melukis jalanan/trotoar dengan crayon. Kalo kita mau menghargai hasil karyanya kita bisa nyumbang tapi kalo ga rela, sekali lagi, ga ngasi juga ga apa2. Gambar ini saya ambil pada waktu saya lagi nunggu belanjaan saya minuman Bubble Milk Tea di Taiwan Cafe, tepat di sebelah Mc Donals di Swanston Street.

Kalo ditilik dari sisi psikologis, mental seperti inilah yang paling sering dimiliki oleh manusia-manusia yang udah bertahun-tahun menghuni suatu daerah/kawasan yang konon menurut beberapa buku, kawasan yang dihuni manusia-manusia yang saya maksud ini dulu bernama benua Atlantis. Sebuah benua yang telah lama hilang dari perdaban. Bahkan sangkin lamanya hilang, benua ini pun diragukan pula keberadaannya. Sebuah kawasan yang dengan tingkat kemajuan teknologi terceapat pada masa itu. Sempat diduga pula bahwa di kawasan ini manusianya sangat cerdas dan pekerjaan kloning mengkloning hewan dengan manusia sudah menjadi profesi yang biasa. Di kawasan ini pula ditemukan begitu banyak sumber daya alam yang tak terhingga banyaknya. Sampai-sampai kawasan dari daerah tetangga pun iri dan ingin menguasai.

Tapi sayang kawasan ini sekarang tak lagi seperti yang digambarkan di atas. Kawasan ini sekarang justru dihuni oleh manusia-manusia yang sebaliknya 180 derajat. Bermoral bejat dimana yang berkuasa bertindak semena-mena dan yang miskin ga bisa berbuat apa2 hanya bisa berpaku tangan dan menerima nasib. 


Yak, benar... Kawasan itu bernama Indonesia. Di kawasan inilah manusia-manusianya bermoral seperti pengemis, termasuk saya sendiri. Kalo yang namanya gratisan langsung nyerbu udah kaya orang berebut zakat. Bahkan yang judulnya harus bayar aja bisa dipikirin jadi gratis. Contoh aja kalo naik kreta api saya akui saya sendiri masih sering ga rela bayar tiket kretanya. Kalo aja tiket kreta saya bukan langganan bulanan, darah di dalam otak ini pasti masih bersirkulasi untuk memikirkan cara supaya ga bayar tiket.

Memang salut sama orang sini. Walaupun tetep yang namanya pelanggaran pasti ada tapi kuantitas nya jauh lebih sedikit ketimbang negara yang dulunya diduga benua atlantis itu. 

Sabtu, 24 Desember 2011

Musibah Atau Anugerah

Entah ketiban musibah atau ini keruntuhan anugerah ya namanya? Jd ceritanya setelah mendapatkan PR dan datang kembali ke melbourne rencananya saya udah ga mau kerja lagi di restoran yang selama ini paling banyak menyumbang gaji yang biasa saya kirim ke rumah sekaligus menyumbang luka. Baik luka lahir maupun batin (mencoba jadi pujangga kelas teri). Gimana nggak? Luka batin mah udah pasti lah ga cuma saya aja yang dapat gara2 majikannya yang mata duitan dan genjot staff nya terus. Luka lahirnya itu lho alias kecelakaan kerja udah banyak banget yang berbekas di badan saya.

Suatu hari ada temen yang minta ditemenin cari kerja dengan membagi-bagikan resume/CV ke semua restoran-restoran yang ada d melbourene ini. Tiba-tiba sampailah kami di bar majikan saya ini yang baru aja dibuka. Saya langsung bilang ke temen saya ini kalo saya ga bisa menampakan diri di depan staff2 nya apa lagi di depan majikan. Karena pesan dia sebelum saya berangkat ke Indo adalah untuk mengabari dia sesegera mungkin karena pekerjaan sudah menanti saya. Dalam hati saya jawab ini majikan pede abis, kaya saya masih mau aja kerja sama dia? Alhasil maksud jati mo sembunyi eh sanh majikan malah udah liat saya dari jauh. Waktu saya udah misah sama temen saya ini sang majikan yang sedang berada di dalam mobil yang waktu itu sedang bongkar muatan langsung klakson saya. Nasib... Nasib... Jadinya singkat cerita saya kerja lagi sama majikan yang paling saya benci ini. Apa coba maksud Tuhan nempetin saya di sini lagi. Sampai detik artikel ini di posting saya udah kerja 2 minggu. Selama itu pula saya gencar kirim2 lamaran untuk kerja kantoran dengan harapan yang lebih tinggi karena status PR. Kalo dulu apply kerja kantoran dengan work n holiday visa, panggilan interview ada beberapa kali tapi selalu terbentur status visanya itu. Karenanya kali ini saya lebih pede, ya minimal kalo dapetnya sama2 kerja kasar juga ya di pabrik lah yang gajinya bisa 2x lipat.

Harapan tinggal harapan. Genap 3 minggu setelah balik ke melborne (1 minggu pertama anggur, 2 minggu berikutnya kerja di resto) udah gencar kirim2 lamaran tetep ga ada panggilan yang berarti. Panggilan selalu mentok dikarenakan saya ga punya mobil. Eh, tiba2 ada panggilan dari Kantor Pos untuk nganterin surat pake motor, intinya jadi tukang pos lah. Tapi ada masalah lagi, saya ga punya SIM ausie. SIM Indo ada tapi namanya aja salah cetak (kagak tau dah apa kerjaan orang pemerintah. Ga ada yang beres). Saya ga yakin SIM saya bisa dipake di sini. Seandainya ga salah cetak ada kemungkinan SIM saya bisa dipake karena bisa ditranslet di sini. Akhirnya dengan segeralah saya mengkontak Victoria Road – instansi pemerintah ausie yang mengurusi bidang lalu lintas – untuk bikin SIM sini. Eh, tau2nya malah libur sampe tanggal 3 Januari 2012 baru buka lagi. Ya lama banget. Gimana ini ya? Semua usaha seperti dihalang2in. Jangan2 saya emang jodohnya sama sang majikan ini.

Di tengah penantian sampe tanggal 3 Januari 2012 tersebut tau2 sang majikan ngajak saya ngomong waktu saya kerja kemaren, sambil mojok dengan suara yang super kecil karena dia takut kedengeran orang di sekitar (tolong jangan diartikan kami melakukan hal2 yang “diinginkan” yach!). Dia bilang kalo awal Januari nanti dia mo mecat manager S karena kerjaannya banyak yang berantakan. Misalnya, harusnya kan manager bisa jadi penengah antara staff dengan pemilik, tapi ini malah berantem sama bartender – staffnya sendiri. Dan sang majikan nawarin saya untuk bantu gantiin manager S. Waduh, ini bener2 tawaran gila menurut saya. saya tertarik dengan pekerjaannya, tapi saya tidak tertarik dengan kepribadian sang majikan. Saya bisa liat gimana sang majikan cukup kesal dibikin sama manager S dan sang majikan ga puas dengan kinerjanya. Gimana kalo nanti saya bernasib sama? Gimana kalo nanti semua gaji saya habis dipotong Cuma buat bertanggung jawab akan suatu hal yang membuat sang majikan terpaksa kehilangan banyak uang? Misalnya saja saya melakukan suatu kesalahan. Dulu dipotong untuk Coca cola masih masuk akal lah jumlahnya. Tapi kalo udah kelasnya “Manager” takutnya ada kesalahan2 yang lebih fatal ketimbang Coca cola. Haduh, haduh... Banyak ketakutan2 yang udah terbayang di otak pada waktu saya ditawarin kerjaan ini. Karenanya saya bingung, ini musibah atau anugerah?

Istri saya bilang ini kesempatan besar untuk saya bisa belajar tentang prosedur bisnis di ausie. Berhubung saya orangnya seneng ngobrol jadi istri saya katakan kalo ini cocok untuk saya karena nantinya kerjaan saya ini akan lebih sering bernegosiasi dengan orang lain. apalagi ditambah keinginan saya yang mau punya usaha sendiri, jadi ini ajang buat belajar bagaimana mengendalikan orang banyak. Ditambah saat ini kan saya belom dapet kerjaan kantoran yang saya inginkan, jadi tawaran ini sebenernya nothing to lose. Permasalahan utamanya adalah sayanya takut ditambah lagi saya ga sreg dengan sang majikan. Tentunya itu memberi pengaruh terhadap saya secara pribadi untuk bisa menikmati pekerjaan ini, bukan?

Tuhan, tolong beri petunjuk... 

Kamis, 15 Desember 2011

Surat Buat Pak Presiden

Motor diwajibkan menyalakan lampu di siang hari (katanya ada kalusi antara pihak kepolisian dengan perusahaan lampu dan aki), zebra cross adalah tempat terdepan untuk menunggu lampu merah, motor naik trotoar (persetan dengan pejalan kaki, salah sendiri ga naik motor), angkot ngerem mendadak karena tiba2 ada penumpang dadakan, angkot ngetem padahal dibelakangnya udah macet 20 meter (tetep PD karena kapan lagi bisa seperti artis), kawinan yang mengambil sebagian jalan umum untuk tendanya (bikin macet, cet, cet... Apa ‘berkat’nya makin melimpah untuk pasangan baru ini karena banyak orang yang ngumpat?), sogok menyogok untuk urusan tilang, parkir sembarang tempat sekaligus pungutan liar atas jasa parkir yang sudah diberikan (padahal itu lahan parkirnya aja nama lainnya adalah jalan umum atau trotoar), makin lugu makin empuk ditipu, makin cerdik makin banyak yang sirik.

Naik motor ngebut resiko nabrak orang yang nyebrang jalan sembarangan. Bahkan biasanya si penyeberang jalan bawa anak kecil yang justru malah jadi tameng si orang tua. Atau mungkin nabrak angkot yang berhenti sembarangan tadi. Atau mungkin nabrak sesama motor yang mau belok tapi ga kasi reting (lampu sen).

Naik motor pelan2, ditabrak, dimaki, diklakson, sama aja sialnya. Ditabrak sama sesama pengendara motor yang uring2an di jalan. Dimaki sama sesama pemakai jalan “...jalanan emang punya bapak loe?” walaupun kita udah dipinggir. Diklakson, paling sering sama pengendara motor yang umumnya mereka ga sabaran.

Paskah dibom natal pun ibadah bareng bom, bangun gereja musti ijin RT/RW/Kelurahan/... bahkan ada yang minta tanda tangan seluruh warga setempat itupun ijin tetep ga keluar, tapi giliran bangun mesjid boro2 minta ijin yang ada minta sumbangan. Dari minta duit ke warga setempat sampe minta duit ke orang2 yang lewat dengan menadahkan jaring di tengah jalan.

Demokrasi, menurut kamus besar bahasa indonesia artinya:
“Gagasan atau pandangan hidup yg mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yg sama bagi semua warga negara.”

Demokrasi yang seperti apa sebenernya yang mau diterapin sama pemerintah Indonesia? Berdasarkan kamusnya sendiri aja artinya udah melenceng jauh dari prakteknya. Bagaimana saya sebagai pengendara motor bisa mendapatkan hak saya untuk bisa berkendara dengan aman dan nyaman kalau para petugas dan pegawai pemerintahannya aja doyang sama ‘grepean’ bahkan malah minta disuap? Dari orang yang pasang tenda kawinan di jalan, itu aja udah mengambil hak saya. Karena hak saya yang diambil harusnya saya yang dapet cipratan duitnya. Tapi kenapa petugas jalan raya yang menikmatinya?

Apa bapak presiden tau ini? Atau setidaknya mentri perhubungan lah? Ah tapi percuma, pernah waktu saya baru melintasi Monas (Jl. Medan Merdeka Barat) aja, di depan saya malah ada sesosok bis Departemen Perhubungan berhenti mendadak untuk naikin pegawainya yang ketinggalan bis. !@#$%^&*&^%$#@! Itu bis bener2 lagi ditengah jalan, “...Astaga, Kopaja nomor berapa sih nih” Saut saya dalem hati waktu itu. Eh tapi kok dari belakang pantat bisnya bagus bener ga kaya Kopaja yang butek dan biasanya ada foto Dedi Mizwar nya. Eh pas ngelewatin keliatan tulisannya di samping bis “Departemen Perhubungan”. Gimana ga gubrak, coba?

Lucunya lagi masih dijalan yang sama tapi beda gedung. Saya kurang tau itu gudung apa, tapi di situ ada semacam papan elektronik yang tulisannya bisa berjalan yang isinya tentang informasi kualitas udara pada saat itu. Di situ tertulis “Kualitas udara sehat”. Toweng, toweng, toweng??? “Sehat” dari hongkong? Itu tulisan kayanya ga pernah berubah deh atau mungkin yang bikin informasi itu ga punya idung (ga punya idung apa masih bisa disebut ‘orang’ ya?). Kualitas udaranya selalu sehat dari waktu ke waktu. Dari jaman saya baru ngekos di Sawah Besar sampe terakhir saya liat ya pas waktu balik Indo kemaren2 ini. Berarti minimal 2 tahun 9 bulan kualitas udara sekitar Monas bagian barat selalu baik. Saya ga tau apa tulisan itu masih ‘Sehat’ atau bisa berganti menjadi setidaknya ‘Kurang Sehat’ sekarang?

Kepada bapak presiden, tolong deh turun sebentar ke bawah. Di liat itu yang dibawah kerjanya ngapain aja? Jangan ngurus perkara2 besar dulu kalo perkara kecil aja belom kelar. Ga usah dulu ngurusin hubungan bilateral ataupun meeting KTT yang ga bermanfaat signifikan ke masyarakat bawah. Mending urus staf2 bapak yang pamornya makin lama makin turun. Polisi yang saya liat waktu pulang Indo kemaren2 ini sepertinya polisi yang pulang tugas. Dari jakarta sampe kalideres, dia ga pernah keluar dari jalur Busway. Gile ga tuh? Mantep, gan!

Bagaimana rakyat mau tunduk sama peraturan kalo petugas negaranya aja ngelawan aturan? Kalo rakyatnya ikut aturan otomatis kehidupan perekonomian di Indonesia pastilah lebih efisien. Taraf hidup rakyatpun pasti meningkat karena ga perlu ngeluarin duit sogokan. Parkir dibenahi, pungli diberantas. Dari jaman kapan tau, bertahun-tahun yang lalu dah pokoknya, denger2 bikin KTP gratis. Tapi saya ga pernah dapet gratis. Pasti bayar minimal Rp 20.000 dengan segala alasan buat biaya admin lah, biaya cetak lah. Malah ada temen istri saya bayar Rp 300.000 (kira2 tahun 2008) cuma buat bisa dapet KTP jakarta karena dia berasal dari daerah.

Pak presiden, tolong ya. Kalo memang anda masih cinta sama negeri ini, tolong lah merakyat. Merakyat dalam artian anda sendiri yang turun merakyat, bukannya anda menyuruh staf anda untuk merakyat hanya karena anda pemimpin tertinggi terus Cuma nunggu laporan dari instruksi merakyat tersebut. Merakyat dalam arti anda menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada rakyat, bukan Cuma mendengarkan. Saya tau pak, jadi presiden itu sulit, sulit sekali bahkan. Butuh rasa nasionalis yang tinggi dan niat yang tulus untuk merubah nasib banyak orang. Tapi ketika anda ada di persimpangan dan memutuskan untuk terus maju pada waktu pemilu dulu kan pastinya anda sudah memikirkan hal ini kan? Atau malah belum terpikir ya pak untuk merubah nasib rakyat? Atau mungkin manusia kalo udah di posisi terlalu tinggi memang kadang pola pikirnya agak ngejelimet dan komplek sehingga ga bisa paham akan masalah sepele. Contoh aja seringnya para profesor2 atau mereka yang kuliah sampe S3 (es mambo, es teler, es nangka) biasanya malah ga ngerti ditanyain permasalahan yang mendasar padahal masih dalam jurusan yang sama.

Pak presiden, sekali lagi, tolong pahami ya rakyat2 ini, yang udah ga sabar lagi menunggu perbaikan. Bensin memang ga naik pak, tapi kenapa harga KFC jadi naik, terus nasinya juga 2x gigit langsung lenyap? Hoka2 Bento juga pak, judul paketnya Hoka Hemat, tapi harganya udah melejit 1,5x lebih mahal tapi ukuran Egg chiken roll nya tambah kecil? Pak biaya idup di Jakarta kok makin mahal? Kenapa pak? Tolong dijawab pak. Gimana kalo ada rakyat yang frustasi terus lempar molotof ke Istana? Atau karena sangkin ga didengarkannya ada rakyat yang memberanikan diri menembak basoka dari atas monas ke Istana? Bapak bisa apa pak kalo bapak lagi di dalem?

Pfff... Udah cukup itu aja pak curhatnya. Bapak baca ya sukur, nggak ya udah. Saya mah Cuma prihatin aja orang2 pinter, orang2 berbakat dari Indo semuanya kabur dari Indo. Mereka ga mendapatkan apa yang bisa mereka dapatkan di negara luar. Sudah cukup seorang Mia Audina (Bulutangkis Putri) hengkang ke eropa. Jangan biarkan para orang jenius lainnya ngacir lagi pak.

Minggu, 11 Desember 2011

Cara Jitu Membalas Dendam

Entahlah apakah saya pernah menyebutkan atau tidak di artikel sebelumnya tentang perpisahan saya dengan temen2 kantor sebelum berangkat ke ausie dengan Work and Holiday Visa bahwa ada satu atasan (ga bisa saya sebutkan di sini) yang kata2nya selalu bikin down padahal dia seorang atasan yang seharusnya memotivasi. Waktu pamit dia tanya planing saya ke depan gimana, ya saya bilang aja kalo sekarang kami lagi apply PR ausie dan sekarang mo ke ausie dengan Work and Holiday Visa. Waktu itu dia bilang:

“Wah, susah ter PR mah. Ga bakalan dah loe bisa. Tapi kalo loe appy nya bertahun-tahun yang lalu masih gampang tuh. Beda sama sekarang, susah banget dah. Jadi, jangan terlalu berharap dah, nanti loe kecewa. Tapi terserah loe sih.”

Intinya kata “susah” itu terus diulang-ulang seolah2 udah ga ada jalan keluar lain untuk kehidupan yang lebih baik selain kerja sampe mati di tempet yang sama. Setelah itu kami pun berpisah karena hari itu hari terakhir saya kerja di kantor tersebut. Itu adala kejadian 9 bulan yang lalu. 9 bulan kemudian atau lebih tepatnya 2 minggu yang lalu saya dateng lagi ke kantor saya ini tujuan utama nya adalah temu kangen sama temen2 yang masih stuck di situ ga bisa keluar dengan berbagai macam alasan. Tujuan kedua adalah saya mo bales dendam sama atasan satu ini dan nunjukin bahwa tidak ada hil yang mustahal (aka. hal yang mustahil) jika kita yakin dan terus ngandelin kekuatan Babeh di atas sono. Dia nongkrong ngeliatin usaha kita. Dia Cuma jentikin kuku kalo Dia mau, maka berkat pun datang.

Jadi singkat cerita PR kami di approve setelah 9 bulan kami menetap di ausie atau lebih tepatnya 1 tahun yang lalu sejak kami apply. Saya dateng, sang atasan Cuma mingkep ga bergeming. Entah karena emang banyak kerjaan atau karena inget pesan terakhir dia dulu di hari terakhir saya. Intinya saya merasa puas dengan pembalasan dendam seperti ini. Saya merasa seperti udah menampar wajahnya yang dulu pernah maki2in saya di depan umum. Plak... plok... plak... plok... Memang benar ternyata pembalasan dendam terbaik adalah dengan cara halus, yaitu dengan membuat orang tersebut salut dengan anda.

"Jika kita membalas-dendam dengan cara kekerasan, orang lain mungkin akan semakin sakit hati dan ingin balas dendam lagi. Anda tidak akan mendapatkan apa yang anda inginkan. Anda hanya mendapatkan tempat untuk meluapkan kebencian anda. Tapi sakit hati yang anda timbulkan akan memperparah keadaan."

Sabtu, 19 November 2011

77 Angka Keramat

Artikel ini berusaha saya selesaikan dalam perjalanan di pesawat semalem dari Melboune ke Kuala Lumpur. Saya cukup depresi waktu melihat blog saya kok ternyata bulan November ini belom ada apdetan. Padahal di otak banyak banget cerita2 yang belom terluapkan terutama perihal pekerjaan saya di restoran frencise terkenal asal Indonesia.

Ga kerasa ternyata saya udah 8 bulan kerja di restoran neraka ini. Hahaha... Maaf kalo ada yang ga seneng saya pake kata “neraka”, terutama teman2 alumnus restoran yang sama. Saya tau kalian begitu “mencintai” restoran ini dan kerjaannya, hahaha...

Oke biar jelas akan saya jelaskan dan biar para pembaca yang menentukan apakah ini termasuk Neraka atau Surga.

Di lowongan tertulis dibutuhkan Kitchenhand (tukang cuci piring) tapi pada waktu di lapangan kerjaan saya ga Cuma cuci piring tapi prepare makanan, kirim makanan, angkut2 barang naik/turun gudang. Itu pun belom termasuk beras (20kg per karung), santen kalengan (+/- 10kg per box), nangka kalengan (+/- 10kg per box), dan kelapa kalengan (+/- 10kg per box) yang tempetnya terpisah dari gudang tapi sama2 harus naik/turun tangga.

Setiap kali cuci piring harus selalu pake AIR PANAS, maaf bukan air anget lagi. Istilahnya mah air anget ga level lah buat cuci piring karena katanya noda lemak membandel ga luntur kalo Cuma anget. Alhasil 1 bulan pertama kulit tangan saya langsung muncul bintik2 merah dan kering kerontang bak genteng di atep rumah ortu di Tangerang pas musim panas (halah, mo musim panas atau ujan sama aja suhunya). Si pemilik Cuma nganjurin beli Vasline. Yang paling bikin eneg adalah dia Cuma NGANJURIN udah gitu suruh beli sendiri. Singkong diragi’in... Tape deh! (red: Capek deh!).

Kejadian lainnya lagi, saya pernah kerja ga dibayar karena terpaksa harus menunggu pengganti saya yang datang terlambat. Dan itu terjadi berkali2 dan anehnya selalu hari kamis. Sepertinya sang majikan tau kalo saya setiap hari kamis kerja di tempet lain. Makanya dia sengaja bikin saya susah. Pak majikan ga suka kalo karyawannya kerja di tempet lain, terutama kalo itu sama2 restoran juga. Jadi dia pengen semua karyawannya Cuma kerja sama dia, pahadal ga semua staff dapet jam kerja banyak kaya saya (Senin-Jumat, pk. 09.00 – 17.00). Ada yang seminggu Cuma 1 hari kerjanya malah ada yang Cuma 3 jam seminggu. Khan ga adil itu namanya, menghambat kesempatan orang untuk bisa dapetin penghasilan lebih di tempet lain. Padahal gaji di sini pun ga gede, Cuma $10/jam dan itu termasuk kecil untuk standar Melbourne.

Sang pemilik belom puas menyiksa karyawannya sampe di situ. Dia selalu mengancam akan memotong gaji karyawannya setiap kali ada kesalahan yang dirasanya tidak menyenangkan hati dia. Saya sendiri pernah jadi salah satu korban pemotongan gaji tersebut. Jadi ceritanya suatu hari saya dapet kerjaan baru (kerjaan baru, tapi gajinya ga baru2, bikin bt aja...) yaitu mengisi softdrink dan minuman2 dingin lainnya. Yang tanpa saya sadari ternyata menjadi tanggung jawab saya juga untuk memantau kapan minuman itu kadaluarsa. Kalo sampe minuman tersebut ada yang kadaluarsa maka gaji sayalah yang jadi korban. Lucu ya, bussinessman nya siapa, tapi yang nanggung resikonya siapa. Intinya, sang pemilik maunya menaruh resiko bisnisnya di pundak karyawan2nya tapi semua keuntungannya dirauk semua ke tangan dia. Denger2 1 hari dia bisa meraup keuntungan bersih dari 2 restoran francise asal Indonesia ini sebesar AUD 3,000. Saya aja yang gajinya AUD 440/minggu udah bisa idup lebih nyaman lah ketimbang di waktu di Indo. Tapi ini AUD 3,000/hari? Aji gile buset deh ach... Gimana cara ngabisinnya ya? Kadang saya sempet mikir uang kalo gaji saya segitu berarti seminggu = AUD 21,000. Almale (“Oh, my God” dalam bahasa Burma) duit semua itu? Kalo di kali Rp 9,000 (kurs rata2 Rp terhadap AU$) berarti penghasilan per minggu Rp 189,000,000. Gila itu baru seminggu, gimana sebulan?

Tapi anehnya dia masih serakah dan terus aja jadiin karyawannya sapi perah. Peres terus, pak majikan, sampe titik darah penghabisan dah. Kalo bisa mah mungkin sekalipun darahnya udah abis, ampasnya juga masih bisa ngasilin duit.

Sang majikan juga pernah mengancam akan memotong gaji saya untuk Mi Atom Bulan yang biasa digunakan untuk menu di restoran ini dimana pada waktu itu kokinya menyampaikan ke majikan bahwa stok Atom Bulan habis padahal hari itu butuh untuk jualan. Entah bagaimana ceritanya si koki bisa bilang stoknya habis, padahal di gudang masih tersisa 1 box. Sehingga membuat sang majikan terpaksa harus membeli mi merek lain yang harganya lebih mahal sedikit. Tapi keesokan harinya si majikan bilang ga jadi memotong gaji saya, tapi dia berharap jangan diulangi kesalahan tersebut. Wah, saya senengnya setengah mati tuh waktu itu. Saya pikir dia begitu pengertian, tapi ternyata sama aja. Dia ga pernah bayar kelebihan jam kerja saya selama 30 menit setiap hari Kamis. Jadi sebenernya sama aja, malah saya merasa dirugikan, untuk harga 1 box atom bulan saya harus menggantinya dengan rela ga dibayar selama 30 menit setiap hari kami.

Lucunya lagi dia pernah mengeluhkan bahwa pengeluaran untuk tissue makan yang dibagiin ke customer dan tissue toilet menghabiskan biaya sebesar AUD 40,000/tahun. Dia mengatakan dia bisa beli 1 mobil mewah karena terlalu boros mengeluarkan expense sebesar AUD 40,000/tahun. Saat itu juga sebenernya saya mo langsung nyaut “Kalo gitu ngapain loe beli tissue?” Tapi sautan saya hanya bisa di dalam hati saja (kaya lagu aja, “...dalam hati saja”) karena dalam itungan detik itu pula saya langsung menyadari sebenernya dia Cuma pelit dan serakah. Dia mungkin berandai2 kalo bisa uang AUD 40,000 itu kalo bisa ga keluar dari kantongnya dan bisa dia nikmatin sendiri.

Dari perasaan sebel, bt, emosi, dan pengen nge-gebok gara2 keseringan di bullying di tempat kerja, sekarang justru saya merasa sangat kasihan sama sang majikan satu ini. Pikirannya terlalu dipenuhi akan keserakahan. Keinginannya untuk lebih kaya dan meraup keuntungan sebanyak2nya dengan mengorbankan kebahagiaan orang lain (termasuk keluarganya). Anaknya (Nori) pernah mengeluhkan dia harus bekerja bantu di restoran di saat liburan sekolah. Jadi ceritanya waktu itu saya tau kalo Nori lagi libur sekolahnya dan saya cukup kaget akan kehadirannya dan menanyakan kenapa dia malah kerja? (Karena biasanya dia setiap abis pulang sekolah selalu bantu bapaknya jadi kasir, libur sekolah kok malah makin getol kerjanya?) Jawabannya cukup memberikan gambaran kepada saya bahwa dia stres dan ga happy disuruh kerja. “I am working holiday, you know!” Saut si Nori dengan muka bt dan emosi. Dalam hati saya jawab: “Wah, kok mirip visa gw?” Hehehehe...

Cerita lain lagi yang saya dapatkan dan menjadi landasan saya juga untuk menyimpulkan bahwa keluarga ini ga bahagia adalah istrinya (Mimi). Jadi suatu hari Mimi dan anaknya – Nori mendapatkan restu dari sang diktator untuk berlibur ke Jepang. Kebetulan di Jepang ada adik kandung dari si Mimi jadi mungkin menghemat biaya untuk akomodasi. Setelah mereka kembali dari liburan tentunya kami para staff pengen tau cerita liburannya gimana. Jawabannya cukup masuk akal, sebagian besar waktu mereka di Jepang digunakan untuk tidur dan bangun sampe siang. Bener2 kasian, karena mereka selama tinggal bareng sang diktator ga bisa bangun siang. Bahkan saya diceritain Mi Aung (salah satu staff yang tinggal bareng mereka) kalo si majikan udah bangun, yang lain harus ikut bangun. Kalo masih ada yang tidur, pasti pintunya digedor sampe orangnya bangun. Kasian amat, bener2 ga bisa memuaskan diri sendiri. Sepertinya punya orang tua seperti majikan satu ini bikin kita harus melupakan keinginan2 kita. Apalagi impian, haiya, bener2 tinggal mimpi doank.

Jadi keinget sama kata2nya Mahatma Gandhi, sang pelopor demokrasi di India, pernah mengatakan begini: “Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.” Kalo ngeliat joget2nya si majikan dalam memperlakukan karyawannya kaya gitu, gimana bisa sedih kalo pas dia mati? Yang ada malah kebalikannya

Jadi sejak kerja di restoran ini saya jadi semakin kuat dalam 1 hal, bahwa uang ga bisa memberikan kita kebahagiaan. Kebahagiaan hanya bisa diperoleh dari bagaimana cara kita memperlakukan dan diperlakukan. Tapi anehnya begitu banyak orang yang senen/kemis ngejar setoran, mengorbankan waktunya bersama keluarga, atau bahkan terpaksa mengubur dalam2 impian-impian yang bisa membuat dirinya bahagia. Padahal idup Cuma 1x, abis itu lewat dah semua kesempatan untuk menikmati idup ini.

Artikel ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri untuk supaya bisa dikenang dan ada perubahan hidup ke arah yang lebih baik...

Rabu, 26 Oktober 2011

Sama-sama Mimpi

Ada 2 sahabat karib yang pada waktu yang bersamaan bermimpi:
Si A: "Aku tadi malam mimpi nonton bioskop filmnya bagus banget."
Si B: "Itu belum seberapa. Aku tadi malam mimpi didatangi Bella Saphira. Dia pakai baju yang sangat minim sekali."
Si A: "Haaah???
Si B: "Belum 5 menit eh dateng Dian Sastro. Dia malah lebih heboh lagi, pakai baju renang, dia langsung duduk deket aku."
Si A: "Kamu curang ga ngajak aku."
Si B: "Aku sih udah telpon kamu kata ibumu kamu nonton bioskop."
Si A: "Oooh, iya aku lupa..."

Minggu, 23 Oktober 2011

Sepatu Dan Celana Baru

Saya sekarang punya kegiatan baru. Sepertinya impian saya perlahan2 ada titik terang untuk bisa tercapai. Sekarang setiap hari sabtu saya bisa main basket bersama temen2 yang baru aja saya kenal di sini. Biarin dah belom akrab juga sok-sok an akrab aja biar bisa main basket. Kan pepatah bilang “Tak kenal maka tak sayang.” Jadi biarkanlah olahraga basket mengakrabkan kita. “Halah, puisi jijai...”

Dari Cuma kenal 2 orang, sekarang malah jadi kenal lebih dari 5 orang baru yang setiap sabtu rutin dateng main basket. Belom lagi setiap hari selasa jam 6pm, juga ada basket di aula gereja Holy Eucarist Parish, st. Albans. Muantabs punya dah, seminggu 2x basket. Abis ini cari2 lagi tempet buat main sepakbola, biar skill soccer saya ga tumpul. Kan sayang talenta yang udah Tuhan kasi masa ga dimanfaatkan, ya ga?

Ada cerita lucu waktu saya menemukan tempet main basket yang kedua, yang di aula gereja ini. Saya baca informasinya di warta paroki gereja, semacam lembar berita mingguan lah bahwa ada basket club setiap selasa pk. 18.00 tapi di beritanya tertulis batasan umur 10-14 tahun saja. berhubung saya tipe golongan darah O yang rasa ingin taunya tinggi jadi waktu selasa yang lalu setelah pulang kerja dan jemput Kristina di Footcray saya meluncur ke aula tersebut untuk tau lebih lanjut apakah umur bangkotan kaya saya ini masih diterima untuk main di situ. Alhasil informasi berhasil saya dapatkan. Saya cukup bayar $10 setiap kedatangan atau kalo seandainya nanti mau rutin dateng cukup bayar $5 setiap kedatangan. Tapi waktu saya liat para pemainnya bahkan pelatihnya yang bernama Genaro (saya sempet waktu itu, hehehe, maklum sanguin) saya paling putih sendiri. Yang lainnya seiri aula itu orang hitam semua, alias afrika. Wah, ini bisa jadi sensari tersendiri nih. Skill mereka kan pastinya beda dengan skill orang2 indo yang saya sering main di hari sabtu. Asik, dah...

Nah, untuk menunjukan niat yang serius akan olahraga ini, saya menunjang diri saya dengan beli sepatu basket donk tentunya. Karena sepatu (basket) yang saya bawa dari Indo solnya mulai lepas di hari pertama saya main basket Sabtu. Jujur deh, ini sepatu termahal yang pernah saya beli. Harganya $120 tapi dicoret jadi $80 mungkin buat ngabisin stok kale. Tapi emang beneran saya lagi hoki ya, hari itu mereka (staff toko) menyebutnya VIP Day dimana semua barang di diskon 30% jadi harga sepatu saya Cuma $56. Setelah transaksi jual-beli selesai dalam perjalanan saya iseng2 mengkalkulasi harga sepatu ini dalam Rupiah, $56 x Rp 8,500 = Rp 476,000 ini adalah sepatu termahal yang pernah saya beli sepanjang saya hidup. Walaupun sebelumnya pernah beli sepatu boot seharga $60 tapi setelah itu di refund kembali karena saya mengalami cidera dengan sepatu tersebut.

Dan berhubung celana jeans saya juga udah bolong, bolongnya di selangkangan lagi. Ga tau aneh banget kenapa harus di selangkangan? Padahal itu celana masih enak dipake dan ga sempit. Tapi kenapa dia bolong ya? Jangan2 ini kerjaan Kristina karena dia dari dulu udah nyuruh saya beli Jeans baru karena Jeans yang saya pake udah belel alias jelek semua tapi sayanya tetep aja demen pake yang belel itu. Jangan2 waktu saya lagi tidur dia yang bikin celana saya bolong. (Hahahaha... Fitnah lebih kejam dari Fitnes!!!) Singkat cerita, terpaksa deh saya beli sekalian jeans buat kerja seharga $25 merek Pepe Jeans, kagak tau terkenal apa kagak nih jeans, tapi anehnya ga ada retsletingnya. Dibagian retsleting malah diganti kancing. Jadi kalo saya kebelet kecing besar kemungkinan saya kencing di celana karena buka satu kancing aja susah banget, sementara ini kancingnya ada 3, eh 4 deh sama yang di perut.

Gara2 Teresa Saya Terlambat Kerja 1 Jam

Ini cerita yang cukup menyedihkan. 13 hari yang lalu (angka 13 jangan dianggap sebuah kesialan, ini kebetulan aja karena saya ga perna dapet jatah laptop untuk update blog) tepatnya tanggal 10 Oktober 2011 saya dengan sukacita berangkat kerja di hari senin yang cerah itu. Walaupun sedikit mendung dan dingin tapi tak terasa sendu bagi saya karena saya abis main basket hari sabtu, dan aktifitas basket ini akan rutin terus setiap hari sabtu. Intinya saya semangat menjalani hari itu dan seminggu ke depan dan ga sabar untuk meluncur ke lapangan basket lagi minggu depannya.

Tapi apa yang terjadi di hari senin 10 Oktober itu justru cukup membuat saya shock. Kereta yang harusnya saya naikin untuk berangkat kerja, Cuma ngetem doank di stasiun dan ga mau jalan. Kenapa? Karena ada orang meninggal ketabrak kereta dan waktu saya baru sampe stasiun mayatnya masih di tempat.

Kejadiannya begini, Teresa Ho (sepertinya orang Vietnam) anak remaja umur belasan yang mau berangkat ke sekolah naik kereta. Stasiun kami (Ginifer Station) termasuknya adalah stasiun kecil dimana kereta sepert V-Line (kereta yang melayani penumpang yang diluar Zona 2 Melbourne, alias yang pelosok2 gitu deh) ga akan berhenti bahkan kereta tersebut akan meluncur cepat sampe saya pernah lagi nunggu kereta, kereta V-Line ini lewat. Saya bisa rasakan getaran aspal stasiun pun ikut bergetar keras sangkin cepatnya kereta ini. Teresa Ho yang pada waktu itu harus menyebrang rel sepertinya ga sabar menunggu palang kereta - yang terhadang secara otomatis apabila ada kereta yang mau lewat – terangkat. Palang kereta tersebut terhalang karena ada 2 kereta yang akan lewat. Yang pertama kereta dari City ke Watergarden dan berhenti dulu di stasiun kami. Yang kedua adalah kereta V-Line yang datang dari arah Watergarden. Sialnya adalah V-Line ini lewat pada waktu kereta City-Watergarden masih menurunkan penumpang di stasiun kami jadi pandangan akan terhalang oleh kereta tersebut sehingga kita ga bisa tau apakah ada kereta atau tidak dari arah lain tersebut.

Pic from here
Karena ketidaksabaran Teresa Ho atau mungkin dia mengira palang tersebut masih menghalangi jalan karena kereta City-Watergarden masih ngetem di situ jadi dia melanggar palang tersebut. Ada beberapa orang udah meneriakin dia untuk mundur, jangan melangkah lagi karena mungkin saja dari arah berlawanan ada kereta lain tapi dia ga denger karena kupingnya di pasang Earphone (seperti kebiasaan orang2 sini yang seneng menutup kupingnya dan setelah itu seolah2 mereka menikmati dunianya sendiri). Dan ternyata beneran aja, ada kereta yang seperti saya sebutkan tadi meluncur dengan cepat tanpa berhenti di stasiun kami dan seketika itu juga tubuh Teresa Ho mental beberapa puluh meter. Dari luar tubuhnya ga ada yang hacur tapi tim medis udah coba CPR berkali2, nyawanya ga tertolong.

Beberapa orang ada yang bilang, pelanggaran lalu lintas di aussie ini sering dilakukan oleh orang asia terutama Indonesia yang kurang disiplin dan serabutan. Dan saya ga bisa pungkiri juga karena saya pun waktu di Indo sering melanggar lalu lintas. Tapi menurut saya pribadi penyebab pelanggaran lalu lintas itu bukan dilihat dari dia orang asia atau aussie, tapi lebih kepada kestabilan emosi manusianya itu sendiri. Saya sering menemui pelanggar aturan itu cenderung para anak muda yang masih labil dan baru aja beranjak dewasa dan dengan bangga saya katakan mereka pemuda aussie, bukan asia. Mereka ga sabar menunggu lampu merah, atau ada juga yang mencorat-coret kaca kereta dengan spidol marking.

Karena itu, usia di masa puber adalah usia dimana manusia itu bener2 harus berada pada lingkungan yang tepat. Kalau sampe di usia puber tersebut dia dibiarkan di lingkungan yang tersesat, liat aja nanti gedenya. Saya yakin sekali pemuda tersebut pasti jadi manusia pemberontak, pelanggar aturan dan sewenang2. Jadi biasakan dari kecil anak kita berada pada lingkungan agama, supaya ketika dia masuk usia puber, walaupun emosinya labil dia masih mau mendengarkan, menghargai, dan berbuat apa yang seharusnya diperbuat. 

Minggu, 02 Oktober 2011

Pekerjaan Keempat

Sebelum bener2 kadaluarsa dan ga inget lagi apa aja yang terjadi mending saya bikin dulu aja ceritanya tentang pekerjaan keempat yang saya geluti selama tahun pertama di Australia ini walaupun mood ga ada

Pekerjaan keempat kali ini adalah masih sebagai tukang cuci piring, tapi kali ini lebih profesional, yang saya kerjakan hanyalah cuci piring. Ga seperti di pekerjaan yang kedua selain cuci piring saya juga waiter, preparing makanan, dll deh. Lengkapnya saya akan ceritakan di artikel berikutnya.

Doa saya dijawab sama Tuhan. Dulu saya sempet berdoa saya siap kerja keras tapi kenapa Tuhan ga kasi saya kesempatan? Dan akhirnya iseng2 waktu itu saya kasi lamaran eh si Manager ga pake liat resume saya lagi langsung nawarin bisa ga kerja tiap kamis malam sama Minggu dari jam 10 – 22? Ya udah barang tentu saya langsung menyanggupinya. Ini kan seperti doa yang saya sebut. Lagipula siapa yang mo nolak kerjaan? Kerjaan = uang.

Awalnya saya berpikir kerjaan = uang. Kesempatan untuk dapetin uang lebih banyak. Apalagi di tempet baru ini $13 / jam dan saya ga perlu berhenti kerja dari kerjaan yang sebelumnya, jadi ini adalah tambahan penghasilan. Ya saya sih awalnya berharap dari Cuma kamis sama minggu menjadi senin – jumat kerjanya. Kan lomayan tuh lebih banyak jam kerjanya udah gitu weekend bisa libur, istirahat.

Tapi apa yang terjadi justru di luar dugaan saya. Di hari pertama kerja aja perasaan saya udah ga enak sama situasi dan orang2 yang kerja di situ. Mereka sama sekali ga berbuat hal2 yang bikin sebel tapi ini semacam insting aja. Rasanya tuh ga damai kerja di situ. Nah, berhubung saya tipe orang yang lebih menggunakan logika daripada perasaan jadi saya tetep kerja di situ sampe pada akhirnya saya pun berhenti juga karena udah ga kuat. Total lamanya saya kerja adalah dari pertengahan agustus sampe akhir september, berarti satu setengah bulan.

Nama restorannya adalah Di Caprio, sebuah restoran Italia yang berada di Melton Highway, Watergarden (Sydenham). Saya adalah satu2 nya manusia yang bermata sipit dan paling ancur bahasa inggrisnya. Yang lainnya kebanyakan orang India (Punjabi) dan Aussie. Mat (kokinya) pernah bilang ke salah satu koki yang lain di depan saya, kalo mo ngobrol sama Petter harus pake bahasa inggris, dan mereka semua tertawa...

Saya ga ngerti, emangnya bahasa apa yang mereka pake? Orang kadang sedikit2 saya ngerti kok apa yang mereka bicarakan. Tapi jujur aja sih, sedikit banget hehehe... Dan akhirnya saya ngerti maksud Mat waktu itu, mereka ternyata lebih sering pake bahasa slank (Inggris yang ga formal) dalam keseharian mereka.

Tiap kali pulang kerja saya selalu dapet makan dari restoran ini, bisa milih semua rasa pizza. Kadang2 malah dibikinin Lasagna, Seafood rice, dll dah makanan2 Italy. Tapi sayangnya yang cocok di lidah saya Cuma pizza nya doank, menu yang lainnya kalo ditawarin buat dibawa pulang, dengan senang hati saya tolak. Saya lebih milih pizza aja walaupun di resto ini pizza adalah menu yang paling murah, Cuma $8 - $10 (tergantung ukuran).

Di sini bercandaan mereka semuanya berkaitan dengan seks. Kabarnya ada 2 orang yang Gay di situ, tapi saya ragu mereka berdua itu beneran gay, karena kebanyakan mereka berusaha melucu dengan ngibulin saya. Terlihat jelas di sini bedanya gaya bercandanya orang2 India sama yang aussie. Yang aussie bercanda seks tapi ga dipraktekin, sementara kalo yang india bercandanya sambil dipraktekin. Misalnya aja ada yang bernama Lucky dan Minni, mereka pria india yang sedang bercanda kalo mereka gay, dan salah satu dari mereka bergaya seperti berusaha menempelkan kelaminnya dari belakang. Sementara yang aussie saya ga pernah liat mereka seperti itu.

Menurut saya ini berkaitan dengan budaya. Seperti cerita yang saya dapet dari Jess dan Suman, di India cowok dan cewek ga bisa saling interaksi kalo bukan keluarga deket. Karenanya mungkin mereka overacting kaya gitu jadinya setelah sampe di aussie mereka merasa bebas berekspresi. Sementara yang aussie mungkin seks bebas udah menjadi budaya bagi mereka karenanya mereka ga norak gitu. Paling2 mereka kalo bercanda seks berkaitan dengan isu2 seks yang lagi populer. Atau misalnya semalem abis mabok2an ada salah satu staff yang saling ngeseks, ya semacam gosip2 gitu lah.

Ya, intinya saya udah resign dari restoran Di Caprio ini karena ga kuat dan ga bisa mengimbangi kecepatan yang diminta. Saya memilih resign aja dah daripada tetep bertahan tapi stres. Besok2 saya harus ganti doanya. Sepertinya saya salah doa, lebih baik minta kerjaan yang lebih baik daripada mengatakan siap kerja keras.

Sabtu, 01 Oktober 2011

10 Hal Yang Ingin Dilakukan Setelah...

Berikut ini adalah 5 hal yang ingin saya lakukan apabila Permanent Resident yang sedang dalam proses bisa disetujui:

1.      Gaji Pertama
Apa yang akan saya lakukan adalah sama seperti yang saya lakukan pada waktu pertama kali dapet gaji dari kerjaan pertama. Gaji pertama saya waktu itu saya kasi ke gereja. Kali ini gaji pertama saya dari status PR akan saya sumbang ke PMK Melisia Christi, persekutuan mahasiswa di Yogyakarta, tempat dimana saya setidaknya pernah jadi orang waras.

2.      Pekerjaan Aneh
Aneh yang saya maksud adalah pekerjaan yang kalo saya di Indo ga akan pernah terlirik oleh saya karena berbagai macam alasan seperti gajinya yang kecil, resiko pekerjaannya yang besar, ataupun peluang untuk keterimanya kecil. Tapi kalo PR disetujui saya yakin bisa mewujudkan pekerjaan2 aneh tersebut tanpa kuatir besok makan pake apa. Pekerjaan tersebut misalnya: jadi masinis, sopir tram, sopir bis, kerja di kantor pos, kuli bangunan, dan PCA (kerja di panti jompo)

3.      Catalin and family
Kristina punya sahabat pena dari Rumania namanya Catalin. Sampe sekarang kadang2 mereka masih kontak. Walaupun bahasa inggrisnya Catalin ini sulit dimengerti tapi herannya mereka masih eksis ngobrol. Catalin sempet kirimin foto2 dia, pacarnya (Anna), keluarga dan rumahnya. Jadi pengen ke sana, apalagi kalo pas natal, wah, yang namanya White Chistmas bener2 white. Ya sekalian lah pengen ngunjungin negara asalnya Dracula, biar lebih akrab. Khan katanya “Tak kenal maka tak sayang...”

4.      Basket dan Sepak Bola
Saatnya mewujudkan impian. Saya pengen ikut klub basket dan sepak bola di sini. Saya sempet ngobrol sama temen di restoran itali, Jordan, kebetulan dia main basket, dia bilang harus bayar sekitar $50 untuk pertama kali dan $20 untuk tiap minggu latihan. Yang sepak bola saya belom dapet info, soalnya orang aussie jarang yang suka bola, mereka lebih seneng football sejenis olahraga seperti rugby. Tapi saya udah sempet liat permainannya, sepertinya kasar dan sedikit brutal jadi saya urungkan niat untuk mengenal olahraga ini. Jadi, ga perduli saya nantinya jago apa nggak dalam olahraganya, yang penting impian menjadi kenyataan.

5.      Keliling Indonesia
Sebenernya ga keliling Indo sih, soalnya ga semua tempet dikunjungi. Saya Cuma pengen ke 4 tempat ini: piknik di Danau Toba (Sumatra), berjemur di pantai Bali, Honeymoon ke-2 di Raja Ampat (Papua), dan snorkling di Bonake (Sulawesi). Dulu sih sempet berkata2 dalam hati sebelum umur 35 tahun saya harus bisa keliling asia tenggara. Tapi sekarang targetnya keliling Indo dulu, kalo ini bisa terwujud pasti saya akan semakin termotivasi dan kalo udah termotivasi besar kemungkinan keliling asia tenggara menjadi kenyataan. Ya semoga aja jadi kenyataan.

Nah, yang berikut ini adalah 5 hal yang pengen dilakukan juga tapi termasuknya adalah rencana jangka panjang dan itupun kalo Babeh di dalam Surge berkenan ngabulinnye (dan tentunye nyawa masih nempel di badan aye):

1.      Jadi Pembina Rohani
Hahaha, terkesan bullshit, atau emang beneran bullshit. Sikap saya aja sehari2 ga kaya rohaniwan. Tapi inilah keinginan terdalam, saya ingin pelayanan di tempat saya pernah bertumbuh, PMK Melisia Christi, Yogyakarta. Ya minimal 1 tahun lah kalo diijinkan, walaupun syaratnya berat karena harus lulusan teologi, sementara saya lulusan akunting yang kuliahnya aja hampir sama lamanya kaya kuliah kedokteran. Saya ga yakin kalo disuruh kuliah teologi bisa lulus singkat. Kalopun bisa lulus singkat bisa2 malah jadi orang munafik sedunia, terus bukannya pelayanan di PMK Melisia Christi tapi malah bikin agama baru. Bah, kacau, kacau...

2.      Camphill
Sebuah organisasi sosial untuk anak2 downsyndrom. Saya jadi pengen tau gimana sih rasanya bekerja di belahan dunia eropa dengan cuaca yang lebih ekstrem dari aussie? Ya sekalian mengenal belahan dunia tersebut beserta orang2. Apalagi di Indo belom ada organisasi yang khusus menangani dan membudidayakan orang2 downsyndrom. http://www.camphill.org/

3.      Eksplor Australia
Australia bukan sekedar negara tapi juga sebuah benua yang isinya macem2, dari lemper, donat, sushi, sampe yang namanya ular paling berbisa aja ada di sini. Ada gunung dengan tanah merahnya (Uluru), pemandangan fantastik Great Ocean Road, gunung bersalju Mount Buller. Pengen juga nonton opera di Sydney yang bangunannya sering jadi ikon. Nah satu lagi juga nih, pengen tau hewan Tazmanian Devil itu kaya apa dan katanya cuma ada di pulau Tazmania. Belom lagi Brisbane, Darwin, Perth, kyyyaaaaa... banyak banget sih? Masih punya cukup waktu ga ya?

4.      Bahasa
Ada 2 bahasa yang mau saya kuasai di luar dari bahasa inggris. Yang pertama bahasa Mandarin yang susahnya minta ampyyuuun, deh. Sering banget saya dapet ledekan, muka cina ga bisa ngomong cina. Selain itu dikarenakan orang cina ada dimana2, otomatis bahasa mandari akan sangat berguna dimanapun engkau berada (mirip lagu apa ya?). Apalagi berdasarkan ramalan Nostradamus bahwa nanti ras “kuning” lah yang akan menguasai dunia menjadi salah satu motivator juga untuk bisa mandarin. Yang kedua, bahasa Spanyol. Sejak mengenal Andres (mukanya mirip artis Roger Danuarta lho) temen sharehouse di sini, saya baru tau ternyata negara2 di benua Amerika sana semua pake bahasa Spanyol kecuali Brazil. Bahkan kata Andres kalo menguasai Spanyol lebih mudah untuk mempelajari bahasa Italy, Portugis, Maltis, Yunani, dan negara2 sekitarnya karena bahasa mereka mirip2 sama Spanyol. Easy peasy

5.      Warga Negara Kanada
Berkewarganegaraan ganda? Kenapa nggak? Setelah 4 tahun deh kalo ga salah status Permanent Resident Australia bisa diganti menjadi Cityzen dan australia termasuk negara yang mengijinkan untuk memilliki status warga negara lain. Saya menyadarinya setelah tau Jack Chui, ketua cellgroup di st. Augustine, Melbourne (sebenernya orang ini mau saya jodohin sama ipar saya, tapi sayang dia belom tertarik mencari jodoh, jadi mungkin belom jodoh kali?) ternyata berkewarga-negaraan Aussie dan Kanada. Jack sebenernya orang Chinese-Malaysia yang lahir di Kanada dan besar di Sydney, jadi dia punya 2 kewarganegaraan. Dan Kanada sebenernya pernah menjadi impian papa saya untuk tinggal di sana waktu liat di acara TV tentang jalan2 ke luar negeri yang pada waktu itu lagi ngebahas tentang Kanada. Pada waktu nonton acara tv tersebut kesannya kaya ngomong ngalor ngidul ga jelas. Gimana nggak? Boro2 punya planing tinggal di luar negeri, sekolah aja belom kelar. Ditambah lagi kondisi keuangan keluarga morat marit waktu itu. Bah, udah kaya orang debus deh. Tapi sekali lagi semua nya itu berawal dari mimpi. 

5 Barang Yang Ingin Dibeli Setelah...

Berikut ini adalah 5 barang yang ingin saya beli apabila Permanent Resident yang sedang dalam proses bisa disetujui:

1.      Kamera SLR
Ga perduli SLR nya tipe apa yang penting bukan kamera pocket lah. Orang saya pernah liat foto temen saya yang lagi jalan2, padahal fotonya lagi nguap, tapi kok kesannya fotonya seperti bercerita

2.      Ipad
Ini sih barang lama sebenernya, Cuma saya merasa ipad lebih simple ketimbang laptop. Jadi udah saatnya beralih ke barang yang lebih ringan, tipis, dan praktis. Halah iklan banget...

3.      Iphone
Sepertinya punya hp canggih asik juga. Maklumlah selama ini saya males banget pake hp canggih karena hp buat saya paling2 Cuma buat sms atau terima telepon. Jadi kalo kelewat canggih dari monoponik kayanya malah ga berguna. Tapi sejak di sini jadi butuh karena bisa buat dengerin lagu ataupun internet. Misal pas lagi ada topik apa gitu pas di jalan kan bisa langsung di ketik, update di blog, sebelum mood nya ilang. Soalnya seringnya nemu inspirasi tuh pas lagi di jalan, terus pas sampe rumah udah ga niat lagi nyeritainnya di blog.

4.      Mobil
Hahaha... Barang ini nih yang bener2 aneh. Di Indo saya harus kerja 10 -12 bulan untuk bisa dapetin mobil second hand dari penghasilan bekerja di kantoran itupun bekas taksi punya. Tapi di sini saya Cuma kerja 8 bulan saya bisa dapetin mobil second hand tapi dengan kualitas jauh jauh dan jauh lebih bagus dari penghasilan sebagai tukang cuci piring. “Aneh dan heran, (kala ujian, semesteran...)” Hehehe, ga nyambung. Tapi dari semua mobil yang saya pengen saya ngiler kalo ngeliat mobil Lamborghini. Pertama kali Kristina yang demen sama mobil ini. Saya pikir mobil apa ini mahal doank tapi kok kalah keren sama Honda Accord. Sampe suatu hari saya dapet forwadan email tentang mobil Lamborghini yang diproduksi Cuma 10 buah di dunia. Bodi mobilnya terbuat dari bahan yang sama untuk bikin pesawat terbang, soalnya kecepatannya hampir menyamai pesawat jadi bodinya harus menunjang, kalo ga entar yang naik langsung melayang donk. Dan warna mobilnya ga ada pilihan, semuanya abu2 gelap. Sebenernya itu bukan warna cat, tapi warna asli dari bahan buat bikin pesawat terbang. Alias mobil ini ga di cat. Belom lagi aksesoris dalemnya. Mak,ileee... kalo Cuma liat gambarnya doank waktu itu, bingung mana yang harus dipencet dulu biar mobilnya bisa nyala. Mana yang AC, mana yang DVD, bingung dah. Apalagi ada tombol Nitrogen nya, hmmm... Berbahaya. Sejak itu jadi suka sama Lamborghini

5.      Rumah
Ini adalah ornamen yang menyatakan seseorang udah settle atau belom di tempat itu. Sangat penting sebenernya buat saya dan Kristina karena bisa mengurangi biaya rental. Terutama Kristina yang lebih mengutamakan privasi, jadi saya pikir rumah adalah yang paling penting dari semuanya.

Kalo diliat dari urutan pertama sampai ke lima, urutan pertama bukan berarti barang yang paling penting tapi sengaja saya taro barang yang paling penting justru di urutan terakhir. Ini bukan soal saya mau mengutamakan beli barang yang paling penting duluan atau belakangan, tapi ini soal saya lebih mengingini yang mana dalam hidup ini. Saat ini saya sedang belajar bagaimana caranya menikmati hidup. Idup Cuma sekali, saya ga mau sia2kan Cuma untuk mengejar hal2 yang penting tapi mengorbankan, menomor-duakan, atau bahkan melupakan hal yang sebenernya sangat menyenangkan hidup saya. Selamat belajar Petter...