About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Jumat, 25 Maret 2011

Makan Malam

Udah beberapa hari ini kami diajak Reine untuk makan malam bersama keluarganya terus dengan menu yang berbeda2. Tapi sekitar 1 minggu yang lalu sayang Kristina ga bisa ikut makan malam karena dia udah mulai kerja sampe pk. 21.00 dan makanan adalah makanan India. Wah keliatan enak banget, nasi nya aja ada 3 macem: nasi putih biasa, nasi kelapa (nasi yang dicampur sama kelapa), dan nasi yang entah apa namany tapi waknanya kuning kecoklat2an seperti dicampur dengan kunyit dan rempah2 lainnya. Itu baru nasi nya lho, belom lauknya. Ada daging domba, kambing sama ayam, semuanya di masak dengan kari, tapi kari nya berbeda2 ada yang kari dicampur yogourt, ada yang kari murni makanya waknanya beda2. Belom lagi cocolannya, ada yang berwarna putih yang terbuat dari yogourt, ada juga yang kaya sambel tapi dicampur sama kacang panjang yang udah dipotong kecil2 (... dan namanya tetep kacang panjang, bukang kacang pendek). Nah, makanan India belom lengkap kalo ga ada roti Kane nya, pastin ya disediain juga.  

 Sebelumnya kami juga ada makan malam sama sepupu kami yang kebetulan kerja di Oz juga dan dia ngajak makan malam makanan jepang yang murah banget menurut dia & pas kami sampe di sana kayanya yang makan di situ kebanyakan adalah mahasiswa. Sepertinya beneran murah, karena banyak mahasiswa. Entah apa nama makanannya tapi bisa diliat di foto aja deh. Resto jepang ini deket sama univ. RMIT yang ada di jalan Cardigan Street, sebelahan sama Es Teler 77.

Oya, pernah pas lagi makan malam saya agak kaget waktu liat dia ada di meja makan, dia ga pake baju. Padahal cuaca waktu itu 14 derajat & saya bener2 kedinginan. Belom lagi kalo pas angin bertiup, buusssshhh... Oh... dinginnya minta ampun, padahal baru 14 derajat. Gimana kalo pas musim dingin ya? Orang sini ternyata kuat banget sama dingin.

Makan malam berikutnya adalah Pizza. Ini bukan makan malam bersama Reine dan keluarga. Ini adalah makan malam dadakan kami karena kami habis dari perjalanan ke Belgrave. Ga bisa dimasukin list makan malam sih tapi, berhubung ini pizza istimewa jadi gw mau masukin biar ada ceritanya. Harganya $6.90 tapi harus take away. Kalo makan di situ harganya jadi $7.90. beda banget sama Pizza Hut yang topping ny Cuma se-encrit, rotinya tebel banget. Sementara ini dengan harga yang nyaris mirip bisa dapet pizza yang bener2 pizza kaya dari itali, rotinya tipis, toppingnya tebel.

Makan malam berikutnya dibikin sama Moriza & Matt (couchserfer dari Slovenia). Mereka bikin makanan pasta yang sayang saya lupa ambil gambarnya. Tapi yang jelas makanannya ala eropa banget. Kurang cocok lah di lidah saya.

Di hari berikutnya adalah giliran kami yang bikin makan malam. Sebenernya bukan digilir sih untuk bikin makan malam, hanya saja kami merasa ga enak sementara yang lain tiap malam udah mau bikinin makan malam masa kami cuma tukang menikmati aja. Jadi akhirnya kami berinisiatif untuk itu. Tapi karena sayanya kerja jadi Kristina bikin sendiri. Menunya adalah Semur kentang & Perkedel. Tapi kata Kristina kentang di sini terlalu lembek jadinya kentangnya ga bisa dibentuk untuk digoreng. Alhasil jadinya adalah Mess Potato. Sayang ga diambil fotonya.

Berikutnya adalah makan malam yang disiapkan Reine, makan malam ala mexico. Ada pan cake yang mirip2 sama roti cane tapi ini lebih tipis lagi karena tujuannya adalah roti/tepung panggang yang tipis itu nanti diisi sama lauk yang mirip kaya semur tapi rasanya beda, dimana didalamnya ada kacang merah, sayuran, kentang dipotong kecil2. Terus dikasi keju parut, alpukat, yogourt & saus tomat, lalu digulung Terus tinggal gayem deh... ini juga rasanya kurang cocok sama lidah saya. Mungkin karena masakan rumah kali ya. Kalo beli di resto mungkin lebih enak. Yang jelas makanan luar kayanya emang kurang berbumbu gitu deh. Kalah sama kuliner indo yang bumbu nya macem2 dan nikmat banget.

Aduh, jadi kangen tahu gejrot yang tahu nya dari tahu busuk & baunya nyengat kaya bau tai dan kuahnya yang dikasi bawang merah mentah yang dibejek gitu aja...

Minggu, 20 Maret 2011

Transportasi di Melbourne

Di Melbourne ada 1 fasilitas yang menurut saya sih ini sangat mempermudah warga di sini, Namanya Metcard. Dengan menggunakan Metcard kita bisa naik kereta, tram (kereta dalam kota), dan bis sesuai dengan tiket yang kita beli. Mungkin ada fasilitas transportasi lainnya lagi kali ya, Cuma saya belom sempet eksplor lebih lanjut aja.

Misalnya kami kemaren2 ini sempat beli tiket dengan jenis “5x weekend”. Artinya kami hanya bisa pake tiket itu di hari sabtu & minggu saja sebanyak 5 kali atau 5 hari weekend tanpa ada tanggal expirednya. Dan misal dalam 1 hari itu kita mau bolak-balik, bolak-balik berkali2, naik-turun bis, naik-turun tram, itu semua tetep diitung 1x karena masih dalam 1 hari yang sama. Jadi cocok banget buat kami yang belom mengenal kota Melbourne, karena kami udah beberapa kali salah turun stasiun dan salah naik bis. Semua nya ga bayar, ups maksudnya udah dibayar dimuka dengan tiket “5x weekend” ini, ya tentu nya dengan harga yang lebih murah ketimbang kita beli yang “Daily” atau tiket yang hanya bisa dipakai untuk 1 hari saja. Selain itu ada pula jenis tiket “2 hours”, harganya juga jauh lebih murah, tapi kita hanya dikasi waktu untuk pemakaian semua transportasi di Melbourne selama 2 jam.

Bahkan ada satu program ticketing yang mengharuskan kita memasukan deposit ke dalam kartu tersebut & setiap kali kartu di tempelkan di pintu masuk stasiun atau pada saat naik bis/kereta/tram, depositnya akan berkurang dengan sebesar biaya yang telah ditentukan, maksimal adalah sebesar biaya tiket Daily. Jenis tiket ini yang paling murah biayanya apalagi kalo kita sering melakukan perjalanan jauh, misal dari Zona 1 ke Zone 2, namanya MYKI. Kita diharusnya membeli kartunya terlebih dahulu sebesar $10 dan selanjutnya kita bisa isi kartu itu dengan jumlah deposit yang kita inginkan. Besaran depositnya pun terserah kita, bahkan bisa diisi cuma $1.
Oya, berikut ini gambar suasana di dalam kereta. Kebetulan model yang ada di dalam foto adalah saya sendiri & istri jadi diharapkan ga bosen2 ngeliatnya... ;p


Dan berikut ini gambar Tram yang ada di dalam kota:


Hmmm... ada lagi nih... buat yang cape udah jalan2 bisa sewa sepeda atau naik dokar di tengah kota. Tapi kalo yang ini bayaran nya beda sama yang tiket yang di jelasin di atas. Alias ini harus bayar lagi, tapi ga tau berapa...

Pertualangan Kami Sudah Dimulai

Kami berangkat dari Kuala Lumpur, Malaysia pk. 22.30 dan sampe di Melbourne pk. 06.30 dan ada beberapa hal yang kami khawatirkan pada waktu mau masuk Oz. Salah satunya adalah visa kami. Ini adalah kali pertama kami masuk suatu negara pake visa, jadi ada banyak ketakutan2 seperti misalnya visa kami ga berlaku, atau ternyata kami hanya boleh 3 bulan seperti yang dikhawatirkan mama kami. Tapi untungnya semua itu lancar2 aja walaupun kami sempat ditanya bawa obat apa? Karena waktu itu kami bawa obat untuk hidung & mata kami yang lagi bermasalah karena udara. Kami kira kami akan digeledah tapi ternyata ga. Intinya semua berjalan lancar.

Di Oz kami tinggal di Frankston, kami nebeng di situ & sama sekali ga bayar apa2 karena lewat couchsuring, suatu website yang mewadahi pada bagpacker dengan budget rendah untuk biaya akomodasi/penginapan. Kami harus naik Airport bus untuk bisa sampai ke Frankston, atau kalo di Indo biasa di kenal bis Damri yang biasa ngangkut orang ke Airport atau dari Airport ke tujuan si penumpang. $34/orang, tapi kalo beli 2 jadinya $ 61.

Pertualangan kami pun dimulai dari Frankstone ini, dimana sebenernya kami ga tau Frankstone itu dimana & kapan harus turun dari bis. Kami hanya punya alamat si pemilik rumah yang bernama Reine, ibu dari 3 orang anak; Samantta (21), Rivah (16), Henri (4). Dan kami sudah memastikan si sopir untuk menurunkan kami di Frankstone. 2 jam kemudian tau2 udah sampe Frankstone dan... dimana ini? Kami tanya si sopir mungkinkah dia tau jalan 32 Kelso Street? Dia malah bilang “Frankstone luas, saya mana mungkin tau alamat ini?” Pertualangan pun dimulai di negeri antah berantah yang kami ga tau siapa2 di situ, tempatnya pun asing, bahasanya beda, tapi asik, seru banget, bener2 berpetualang, sangat menyenangkan dan banyak hal2 baru yang kami belom kenal, misalnya: kami sebagai pejalan kaki bener2 dihargai & didahulukan (jika kami berada pada tempatnya tentunya). Kami merasa waktu itu seperti ada dalam suatu permainan video game dimana kami harus menyelesaikan satu kasus maka kami bisa dapatkan apa yang kami inginkan.

Semua orang yang kami tanya Kelso Street ga ada yang tau. Kami jadi bingung, apa mungkin Reine salah kasih alamat? Karena dia bilang kalo alamat tersebut adalah alamat barunya, dia baru pindah rumah. Terus, dia pun ga bisa dihubungi saat itu, karena dia tidur jam 5 pagi dan mabuk berat. Jadi kami harus berusaha sendiri untuk cari tau alamat rumahnya ditengah kondisi perut lapar. Di seberang jalan ada 2 pilihan restoran, yang satu restoran italy, La ... apa gitu namanya, saya lupa, menunya spagetti, pizza, dll. Yang satunya lagi restoran terkenal di Indo juga ada dengan lambang lengkungan M berwarna kuning yang terkenal dengan burgernya. Pilihan kami jatuh ke Junkfood, sekalian mo nyoba kalo yang luar punya rasanya sama ga sih? (alasan, padahal cari yang murah).

Singkat cerita, rumahnya ketemu gara2 tadi sambil makan sambil cari di google map, dan kami udah tau harus jalan kemana. Walaupun sambil tanya2 orang lagi biar lebih pasti dan ga salah jalan. Di tengah jalan kami liat toko buah, kebetulan udah lama ga makan buah, eh ada buah kiwi yang biasa di beli sama Ci Nova (temen kantor saya dulu) murah banget di sini. Ci Nova biasa beli Rp 65,000 dapet 4, di sini malah $2 dapet 4 ($1 = Rp 8,800). Belom lama ini kami juga liat Peach seharga $2.50 sekilo (1kg = 4-5bh) padahal di indo harganya bisa Rp 17,000/bh. Mantaps, makan buah mahal dengan harga terjangkau, kapan lagi. Di sini harga pisang justru malah lebih mahal dari kiwi. Jadi ga usah dibeli, di indo udah bosen makan pisang, hehehe, sombong...

Singkatin lagi, kami sampe di rumah Reine, rumah dengan nuansa kuno terbuat dari kayu, dengan cerobong asap yang keliatan dari depan rumah, ada halaman depan & belakang yang bisa dipake untuk acara2 keluarga misal: barbeque-an. Bahkan sampe lantai rumahnya pun dari kayu. Sempet terpikir, bukannya rumah dari kayu ga ramah lingkungan ya? Tapi kenapa di sini 1 komplek rumah dari kayu semua, sampe ke lantai2nya? Bukannya Ausi lagi berusaha dalam upaya menanggulangi pemanasan global? Belakangan saya baru tau kalo rumah dari kayu lebih hangat dari beton. Karena suhu di sini katanya 2 derajat lebih rendah dari melbourne city.

Ada 1 hal yang beda dari di Indo, di sini ga ada tukang fotocopy, printer, ataupun warnet yang biasanya kalo di indo udah ngemper aja di jalan tanpa perlu bikin ijin usaha dulu. Di sini kalo mo print/fotocopy harus di perpustakaan setempat $0.15/lembar. Perpustakaannya aja lengkap bener walaupun kata Reine (pemilik rumah yang saya tebengin) buku2nya udah edisi lama kebanyakan. Eh, ada lagi nih yang beda di sini. Kali ini tentang toilet pria. Kalo mo kencing ga ada penutupnya antara kanan & kiri, jadi kencing aja di satu wadah bersama yang udah disiapkan terbuat dari sejenis alumunium/seng gitu. Jadi besar kemungkinan orang kanan/kiri kita bisa liat punya kita (kalo diniatin). Kalo mo flush ya tinggal teken tombolnya tapi semua wadah itu akan kesirem semua. Gimana dengan toilet wanitanya? hmmm, saya ga tau... Mungkin sama kaya di Indo soalnya Kristina ga ada komentar apa2 tuh tentang toilet.

Selasa, 15 Maret 2011

Teori Ekonomi Makro

Ini adalah pertualangan gw yang paling jauh & paling beresiko selama gw hidup. Gw sama istri sekarang lagi berpetualang ke negeri antah berantah (kata istri gw) yang suhu, budaya, bahasa, bahkan sampe sikap orang2nya berbeda jauh sama yang biasa gw liat di negara gw.

Kalo dulu gw paling jauh berpetualang & ninggalin orang tua untuk jangka waktu lama adalah waktu kuliah ke Yogyakarta. Tapi sekarang gw sama istri ke tempat yang justru lebih jauh lagi, negeri kangguru, Australia, atau lebih sering disingkat Oz.

Intinya sih pertualangan yang mau kita cari adalah pengalaman yang sekiranya ga ada di Indonesia dan kami mau coba suatu aktivitas pencarian nafkah dengan cara yang sedikit berbeda, alias keluar dari rutinitas kami sebagai accounting. Kenapa perbedaannya sedikit? Karena sebenernya pekerjaan2 ini di Indonesia pun ada, hanya saja mungkin di sini orang kerja lebih di hargai, kalo lembur 2 jam yang dibayar 2 jam bukannya diminta untuk jangan perhitungan sama uang lembur.

Ok, pertualangan pertama: kami kemaren2 sempet keterima kerja di suatu perkebunan anggur dengan bayaran $11.5 per jam dan kami kerja 1 hari dengan jam istirahat 30 menit di suatu tempat yang namanya Lylidale. Tapi setelah itu badan kami kaya encok semua. Otot2 semua sakit, kulit banyak luka2nya karena kena ranting, ditambah lagi kerjanya pun under presure karena si kontraktor merasa kami kerja terlalu lambat... ;p Ya harap maklumlah, kagak pernah kerja di bawah matahari, sekalinya dapet kerja langsung jadi kuli, jadi agak kaget juga. Tapi pas itung2 uang yang kira2 kami dapet adalah $100, lomayan juga. Kalo di kali kurs Rp 9,000 gw kerja sehari sama kaya gaji 1 bulan OB kantor gw dulu.

Waktu mo berangkat ke sini ada beberapa temen bilang kalo kerja di luar negri emang gaji nya gede tapi pengeluarannya gede juga. Apakah itu benar? Mari kita itung2an... Kita akan gunakan 1 jenis produk dengan brand yang sama seperti di Indo, Indomie. Kita bagi harga 1 bungkus indomi dengan gaji per jam lalu di kali 100%. Di Oz 1 bungkus indomie goreng harga nya $0.60 (red 60 sen). ($0.60 / $11.50) x 100% = 5.22% ($11.5 adalah gaji gw per jam jadi kuli). Di Indonesia harga 1 bungkus indomi goreng Rp 1,300. (Rp 1,300 / Rp 5,203) x 100% = 24.98% (Rp 5,203 adalah gaji per jam OB kantor gw yang dulu).

Artinya, di Oz orang bisa beli indomi 5.22% dari gaji per jam mereka, sementara di Indonesia orang bisa beli Indomi 24.98% dari gaji per jam mereka. Nah, kira2 mana dari 2 keadaan tersebut yang bisa bikin manusia nya tambah sejahtera? Padahal Indomi adalah barang impor di Oz tapi mereka mampu beli dengan persentase lebih kecil ketimbang orang Indonesia sendiri.