About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Selasa, 26 April 2011

Yang Beda di Australia (Part 2)

Perlahan-lahan tapi nambah juga. Lama2 banyak ditemukan perbedaan2 antara Australia dengan Indonesia. Selain dari segi bahasa dan perawakan manusia2nya, ternyata masih banyak hal2 yang beda banget dari segala bidang. Berikut ini yang berhasil saya telusuri (halah, sok wartawan aja...!):

1.       Jalan Toll
Waktu pertama kali dateng sama istri kami dari bandara ke Frankston melewati jalan toll yang panjang banget. Agak heran sih, kenapa ga ada loket pembayarannya seperti di Indo. Kami sempet mengira kalo fasilitas toll adalah termasuk fasilitas gratis yang diberikan pemerintah Oz kepada warganya tapi ternyata dugaan kami salah. Pertanyaan kami ini terjawab waktu saya harus ke Sorrento bersama Joe Morreto (atasan saya untuk kerjaan cleaner) dengan mobil yang dia cicil selama 4 tahun dengan angsuran $400 / bulan. Setiap beberapa saat ada bunyi “Beep” yang cukup keras (setidaknya lebih keras ketimbang bunyi GPS yang dia gunakan). Setelah beberapa kali bunyi saya baru menanyakan bunyi apa itu sebenernya? Ternyata bunyi itu berasal dari satu kotak putih kecil seukuran kotak korek api yang di taro di atas dashboard menghadap ke depan dan agak didongakkan ke atas. Joe ternyata harus mengisi deposit ke dalam kotak tersebut sebagai biaya toll nya. Dan setiap kali melewati jalan toll akan ada sensor infra merah yang tergantung di atas jalan. Pada saat mobil melewati sensor yang ada di atas tersebut pada saat itu juga deposit yang ada di dalam kotak itu berkurang. Jadi sistem ini cukup efektif untuk mengurangi kemacetan gara2 antrian di pintu toll, selain itu juga mengurangi biaya karyawan jaga loket.

2.       Cewek cakep, seksi dan PD
Di sini hampir semua cewek cakep & seksi. Buat para cowok kalo ga kuat iman mungkin tiap hari bisa onani 2-3 kali sehari atau mungkin lebih, hahaha, lebay... Walaupun cuaca dingin begini, tetep aja ada banyak dari mereka yang berpakaian dengan rok mini, belahan dada di angin2in. Dan kalo yang saya perhatikan sih, cewek2 di sini rata2 langsing dan sangat memperhatikan lekuk tubuh (walaupun tetep ada juga yang gemuk). Mungkin karena di sini menganut paham free sex, jadi kalo pacaran harus free sex. Mungkin karena itu mereka berlomba2 untuk langsing untuk supaya bisa punya pacar. Tapi ini dia yang beda banget sama di Indo, di sini mereka yang bertubuh gemuk pun tetep PD untuk berpakaian seksi & mereka ga canggung bahkan terlihat nyaman dengan pakaian mereka. Selain itu, (nah, ini dia nih...!) walaupun belahan dada bertaburan dimana2, paha atas dipajang ngejejer kaya di etalase toko bikini, saya sama sekali ga liat manusia berjenis kelamin pria yang NORAK, yang melototin dengan penuh gairah & keinginan menyentuh seperti di Indo. Yang kalo berpapasan/liat cewek bening dikit (padahal ga berbaju seksi) kepalanya nengok sampe mo patah. Menurut saya di sini cewek bener2 dihargai sebagaimana dirinya yang ingin terlihat seksi & cantik tapi tetep merasa nyaman & aman.

3.       Baju berwarna stabilo
Aduh, gimana ya nyebutnya. Stabilo ini sebenernya merek bukan nama warna. Tapi saya harap pembaca tau maksudnya. Intinya warnanya kaya alat tulis merek Stabilo. Di sini orang2 yang kerjanya di lapangan alias di alam terbuka (misal: kuli bangunan) atau di tempat2 yang rawan kecelakaan, misalnya di gudang, harus & wajib menggunakan pakaian berwarna stabilo ini supaya apabilang terjadi hal yang tidak diinginkan, tubuh mereka cepat ditemukan walaupun dalam keadaan gelap sekalipun. Awalnya saya mengira kalo mereka yang berpakaian stabilo ini bekerja pada 1 instansi yang sama. Tapi kok warnanya ada yang orange, kuning, ijo. Udah gitu model nya juga ga sama. Akhirnya saya tau setelah tanya Reine (pemilik rumah tempat kami tinggal pertama kali datang ke Oz) karena dia punya baju tersebut dan pekerjaan dia adalah sopir forklift (kendaraan dengan garpu di depannya yang berfungsi sebagai alat untuk menaikkan/menurunkan barang di gudang)

4.       Motor dan sepeda
Katanya jumlah motor di Jakarta udah mencapai 4x lebih banyak dari jumlah mobil dan jumlah pengendara sepeda 4x lebih sedikit dari jumlah mobilnya. Tapi di sini justru orang2 malah ga tertarik untuk berkendara dengan motor karena lebih tidak aman dalam berkendara dan lebih memilih menggunakan sepeda. Kalo saya banding2kan di Melbourne city  dengan Jakarta, pengendara motor di sini jumlah nya jauh lebih sedikit ketimbang pengendara sepeda di Jakarta. Bisa dibayangkan kan? Pengendara sepeda aja di Jakarta udah termasuknya sedikit (walaupun udah mulai merebak orang2 kerja naik sepeda, tapi saya ga yakin bisa bertahan lama, karena polusi Jakarta hanya akan menambah penyakit bagi pengguna sepeda bukan kesehatan) tapi di sini yang naik motor lebih dikit lagi.

5.       Ngamen
Ga kaya di Indo, ngamen jadi topeng untuk ngemis kalo lagunya belom abis dan uang udah dikasi mereka langsung ngacir, ditambah lagi tukang ngamen di Indo justru yang nyamperin dari rumah ke rumah. Di sini sama2 namanya tukang ngamen, tapi mereka ngamen dengan tidak membanting harga diri mereka. Mereka ngamen di pinggir2 jalan, di pusat2 keramaian kota dengan menyediakan satu tempat untuk wadah uang dan mereka harus berusaha terlihat menarik supaya orang tertarik menonton atraksi mereka & mau ngasi uang. Kalo mereka ngamennya musik, biasanya ada lagu2 mereka yang udah direkam di DVD dan mereka jual juga di situ. Rata2 harga DVD nya $10 /  keping dan kalo mereka ngamennya suatu atraksi misalnya sulap, dancer, biasanya mereka melibatkan penonton yang ada di pinggir2 jalan itu. Gimana kalo ga ada yang nonton? Nah, pikirkan sendiri deh, saya juga ga tau, soalnya bukan tukan ngamen... ;p

6.       Aktifitas di transportasi umum
Biasanya kalo mereka bersama dengan orang2 yang mereka kenal di transportasi umum gitu mereka ngobrol, sama kaya di Indo. Obrolannya pun ga jauh2 lah, mirip2 sama kaya orang Indo, misalnya gosipin orang, curcol tentang kejadian yang dialamin tadi siang, atau diskusi tentang pelajaran. Tapi kalo pas cuma sendiri cuma ada 3 aktifitas yang mereka lakukan: baca, mainan HP, dengerin lagu. Baca: dari baca koran, novel, sampe buku pelajaran. Mainan HP: dari bales2an sms, main game, sampe telpon2an. Dengerin lagu: ya Cuma 1, pasang earphone, deg... udah... dia langsung masuk ke dunianya dan mengabaikan suara2 kanan/kirinya. Ini dia bedanya, saya jadi teringat papa saya waktu pertama kali menggunakan kereta untuk sarana pergi/pulang kerja Tangerang-Jakarta-Tangerang. Baru 6 bulan aja, udah kenal semua orang yang biasa naik kereta itu. Enci inilah yang biasa ke Kampung Bandan sekalian jualan apem. Engko inilah yang pergi gelap pulang gelap tetep aja gajinya nombok. Mas2 yang itulah yang kalo jualan minuman nyebutnya teh otol, eprit, anta, ola2, & mijon. Beda banget sama di Indo, orang Indo rasa ingin tau tentang orang lainnya lebih tinggi ketimbang orang di sini makanya mereka sering bertegur sama, menyapa walaupun Cuma sekedar tanya “udah makan belom?” “mo saya beliin?” padahal makan sehari2 aja di warteg yang sama dengan lauk yang sama terus demi menghemat. Dan orang Indo menyebutnya itu toleransi antar penduduk setempat. Masing2 ada kelebihan & kekurangannya sendiri2. Buat orang tua kaya papa saya, aktifitas di kereta tangerang sepertinya menjawab kebutuhan dia akan aktifitas sosial orang2 jaman dahulu. Karena aktifitas sosial masa kini sudah beralih ke friendster, facebook, twiter, dll. Sayang dia udah ga kerja, jadinya ga ada tujuan lagi untuk menggunakan kereta tersebut.

7.       Mandiri dan berbakti
Anak umur 4 tahun di sini udah ditinggalin sama orang tua nya pergi jalan2 . Itu yang dilakukan Reine terhadap anaknya yang paling kecil, Henry. Gila, bisa apa sih anak umur 4 tahun? Di Indo mah anak umur 4 tahun kalo ditinggal ortunya paling2 udah tinggal nama aja, masuk koran sore, ditemukan mayat tanpa organ dalam. Alhasil ya kita2 ini pada gantian ngurusin Henry waktu itu, termasuk kakaknya Samantha & pacarnya Cree. Segi positifnya adalah kalo udah terbiasa dididik seperti itu si anak akan menjadi mandiri dan ga dompleng sama orang tua nya terus. Tapi segi negatifnya adalah si anak juga berpikir ketika orang tua mereka sudah jompo mereka pun harus mandiri. Alhasil di sini orang2 jompo tuh pada jalan sendiri, ga ada anak muda yang menemani. Padahal ada kakek2 yang sampe mo ngeluarin duit aja tangannya sampe udah bergetar sangkin tuanya, tapi dia sendirian dan ga ada yang nemenin. 

Sabtu, 23 April 2011

My Jobs at Australia

Beberapa teman agak shock waktu saya bilang di Aussie kerja nya jadi tukang cuci piring (kitchenhand). Jadi kitchenhand di restoran Indonesia adalah pekerjaan ke-3 saya setelah yang pertama kerja di kebun anggur dengan gaji $11.5 / jam, rasanya sengsara banget kerja di sana. Kena terik matahari, ga bisa minum. Kalo haus Cuma bisa minum anggurnya doank. Eh, lebih tepatnya bukan minum, tapi makan anggur, hahaha...  

Alhasil kerja nya Cuma sehari aja, kerja Cuma 7jam badan udah langsung encok semua, kulit baret2, dan sepatu nyaris rusak. Apalagi kalo mereka yang orang nya beser (sering kebelit kencing/boker) wah, kayanya kerjaan ini ga cocok deh. Karena ga tahan akhirnya kami memutuskan untuk hengkang dan ga mau dilanjutkan lagi. Gaji saya selama 7jam kerja ($80.5) dipotong share house $65 / minggu (walaupun Cuma 1 hari saya tidur di situ), dipotong $10 biaya antar jemput dari share house (di Springvale) ke kebun anggur (di Lylidale). Alhasil yang tersisa Cuma $11 - $5.5 x 2, kan istri pun ikut kerja. Karena $11 adalah duit, bukan batu, jadi kami bersikukuh untuk tetep minta dibayar. Setelah kami kirimkan no rekening bank kami untuk ditransfer $11 tersebut, sampe sekarang juga belom dibayar2. Ya udahlah... setelah dapet kerjaan yang ke-2, $11 rasanya jadi ga worthed untuk diperjuangkan (ck ileh, sombong banget, padahal itu sama aja +/- Rp 90,000. Dengan Rp 90,000 kan bisa buat minum2 di Starbuck sambil makan cake & internetan gratis... ;p). 

Ya abis mo gimana lagi, masa mo dipaksain harus ke Springvale? Iya, kalo ketemu sama si bos cewek orang Vietnam itu, kalo ga? Sia2 ke sana. Kan dia ga tinggal di share house yang kami tinggalin itu & kami ga tau dia tinggal dimana. Di sms aja ga pernah bales, di telpon bingung sama logat ngomongnya dia. Ya udah lah, setidaknya kami dapet pengalaman seru, dan kami juga ga ngerasa ngenes2 amat. Malah merasa ini sebuah pertualangan yang ga semua orang seberuntung kami bisa merasakannya. Hidup adalah sebuah pertualangan... Untuk info lebih lengkap tentang kerja di perkebunan bisa di baca di link ini:


Kerjaan yang kedua, adalah jadi Office Boy. Atau kalo di sini disebutnya Cleaner. Saya kerja Cuma di hari Sabtu dan Minggu. Sabtu 2 jam, Minggu 5 jam dengan bayaran $17 / jam. Saya kerjanya bersihin toilet dan ngepel sebuah Pub/diskotik di satu kota bernama Sorrento. Agak jauh ke arah selatan dari kota Melbourne, tapi ga masalah buat saya, karena ada banyak pemandangan bagus sepanjang perjalanan. Padang rumput menghampar luas, ada yang berdanau juga, ada pula kuda2 liar, sapi, wah, udah kaya di novel kesukaan istri saya deh pokoknya. Total ongkos dan waktu perjalanan pergi-pulang dalam sehari masing2 adalah $8.5 dan 6jam. Sampe sekarang kerjaan ini masih saya jalanin karena Cuma sabtu-minggu aja. Ya daripada sabtu-minggu nganggur, mending kerja aja sambil jalan2 keliling Aussie, hehehe... Bos saya yang bernama Joe Morreto adalah orang Italia yang hengkang ke Aussie waktu dia kecil bersama orang tuanya. Dia nikah sama orang Aussie dan sekarang udah punya 2 anak kira2 yang paling gede (cewek) umurnya 17 tahun lah. Joe ini bukan yang ngurusin Pub/diskotik nya lho. Dia adalah Pemilik usaha sendiri Cleaning Service, namanya JVAA. Jadi JVAA ada kontrak kerja sama dengan Continental Hotel untuk urusan kebersihan di bagian Pub/diskotiknya.

Kerjaan ke-3 adalah seperti yang udah dijelasin sedikit di awal, saya jadi kitchenhand di restoran Indo bernama Es Teler 77. Awalnya saya ngira pemiliknya mungkin orang Indo apalagi pas interview ketemu, lho mukanya persis kaya Tukul Arwana, Cuma dia lebih pendek. Wah, orang indo nih... Namanya Koko, dia ngejalanin 2 restoran Es Teler 77 di Melbourne City ini. Yang pertama di 319 Swanston Street, satunya lagi di Cardigan Street, deket Lygon Park. Dan setelah beberapa hari kerja ternyata baru ketawan kalo dia punya restoran yang sama juga di Malaysia. Gila nih orang, kaya banget deh kayanya. Dan ternyata tebakan saya salah, dia bukan orang Indo, tapi orang Burma. Hahaha... Kalo ga salah inget ada 1 temen tanya, Burma itu dimana? Negaranya dia baru pertama kali denger. Dulu Burma namanya adalah Myanmar. Nah, ini pasti tau donk. Intinya negara ini bagian dari Asia Tenggara dan setau saya Indonesia masih lebih maju ketimbang Burma, tapi lucunya di sini justru malah orang indo jadi bawahannya orang Burma, wkwkwk... Saya kerja dengan bayaran $10 / jam. Paling rendah saya pernah dapet dalam seminggu $280 waktu pertama kali kerja. Tapi sekarang selalu di atas $300 seminggu. Ya semoga aja ke depannya ga pernah di bawah $300 lagi, hehehe... Setelah ngobrol2 sama beberapa orang tentang tarif gaji di Aussie, sebenernya $10 / jam itu terlalu rendah untuk pekerjaan di restoran, karena katanya standarnya minimal adalah $13 / jam. Ya, saya sih di kasi $10 / jam udah bersyukur banget. Dengan $10 / jam aja udah bisa makan daging, susu, telor. Belom lagi jajan2 yang lain karena di sini banyak makanan yang aneh2 dan beda dari di Indo. Hehehe... mungkin waktu di Indo udah biasa susah jadinya dikasi enak dikit udah seneng. Kalo di Indo beli makanan jepang rasa2nya kok mahal banget, tapi di sini harga nya malah sama kaya beli makanan indo. Waktu kerja di indo selalu makan siang di warteg yang sama dengan harga yang sama (Rp 5,000) selama 2 tahun dengan profesi kerja kantoran tapi di sini hampir semua makanan yang aneh2 dan mengundang selera harganya mirip2 dan aduh, beruntung banget sih, terjangkau sama gaji jadi tukang cuci piring dan OB.

Oya, balik ke rencana awal tujuan dari artikel ini adalah saya mau menginformasikan mengenai kerjaan yang saya dan istri lakukan di sini. Jadi jangan shock dengan profesi kami karena ada begitu banyak yang lebih jeglek lagi dari kami. Misalnya saja rata2 dari mereka adalah mahasiswa. Logikanya kalo sampe orangtua mereka bisa membiayai kuliah mereka sampai ke Australia, berarti mereka setidaknya masuk keluarga di atas rata2. Ada yang kuliah Teknik Sipil, Akuntansi, Bio Pangan, Kedokteran, bahkan ada yang sudah berprofesi sebagai Dokter sebelumnya.

Saya iseng selalu tanya setiap kali ada orang baru yang masuk, kuliah dimana? Jurusan apa? Apa kerjaan orang tuanya? Nah yang paling mengagetkan adalah ketika saya menanyakan kerjaan orang tua mereka. 95% orang tua mereka adalah pengusaha. Dari sekian banyak orang baru yang saya tanyai pekerjaan orang tua mereka, yang berprofesi sebagai karyawan baru 3 orang. Itupun posisinya mengejutkan. Ada yang General Manager di sebuah perusahaan asuransi ternama di Indo, yang kedua adalah Direktur Utama perusahaan asuransi ternama juga (beda perusahaan dengan yang pertama), yang ketiga bapaknya adalah pejabat negara (PNS) yang sering ditugaskan ke luar negeri. 

Udah beberapa kali setiap kali temen bertanya "Kerja apa di Ausie?" Setiap kali itu juga mereka bertanya lagi: “Masa sih?”, atau pertanyaan2 lainnya yang mengekspresikan ketidak-percayaan mereka, dari kerja kantoran sekarang jadi pelayan restoran. Kalau seandainya mereka menyaksikan sendiri di sini bahwa ada begitu banyak orang kaya yang mau bekerja jadi pelayan, mungkin mereka ga se-shock itu. Ada satu anak yang membuat saya benar2 shock waktu saya tanya berapa biaya kuliah kedokterannya di Melbourne University (Melbourne University dikenal sebagai universitas terbaik se-Asia Pasific). Jawabannya membuat saya ga bisa mikir itu duit didapet dari mana? Biaya kuliahnya per semester $20,000 (DUA PULUH RIBU DOLAR) membuat saya semakin yakin bahwa jadi karyawan ga akan pernah bisa bikin saya mempunyai kehidupan yang berkualitas. Bapaknya adalah pengusaha karet mentah yang luas kebun karetnya sampai berhektar-hektar.

Sekian sharing pengalaman kali ini. Kiranya memberikan manfaat dan  motivasi dalam menjalani hidup ini. Jika penasaran bagaimana saya bisa di Ausi, silahkan baca postingan ini:
http://god-must-be-crazy.blogspot.com.au/2015/05/bagaimana-saya-bisa-di-australia.html

Untuk info tentang Work and Holiday Visa di Australia bisa baca postingan saya yang satu ini mengenai syarat2 utamanya:

Atau jika anda sudah mendapatkan visa tersebut, anda bisa baca postingan saya berikut ini untuk panduan anda mencari kerja yang efektif dan efisien:

Selasa, 19 April 2011

Yang Beda di Australia (Part 1)

Ada beberapa hal yang beda di Aussie sama di Indo. Berikut ini yang berhasil saya tangkap dan akibat dari kekurang-pekaan saya jadi harap maklum kalo baru ini yang saya sadari, hehehe... Kalo ada lagi nanti pasti saya update & sepertinya saya baru mengeksplor 1% nya saja...

1.       Makanan & Minuman

Di sini air minum bisa langsung diminum dari keran. Bahkan ditengah jalan sering ada tempet untuk minum, gratis, tinggal pencet & mangap aja. Tapi kalo di rumah/restoran biasanya air keran ada panas & ada dingin. Yang bisa diminum langsung dari kerannya Cuma yang dingin soalnya katanya yang air panas itu dari pusatnya bikinnya pake arang apa gitu yang dicampur bahan kimia tertentu lagi supaya airnya tetep panas waktu sampe ke perumahan2. Selain itu dijual juga air putih bersoda. Kayanya orang sini doyan banget sama soda. Selain seneng sama alkohol, mereka seneng sama yang bersoda. Terus ada jenis keripik singkong tapi rasa cuka. Ya ada asinnya juga sih, tapi ada asemnya juga. Aneh deh rasanya. Terus ada dijual sedotan rasa. Maksudnya sekalipun kamu minum air putih, akan ada rasanya sesuai dengan pilihan. Misal kamu pilih sedotan rasa coklat, otomatis nanti air putih yang kamu sedot jadi rasa coklat. Oya, di sini dijual daging yang di Indo ga dijual, yaitu: daging Kanguru. saya sih belom pernah makan, abis ga pernah diskon, mahal banget. Tapi dagingnya keliatan merah banget, kayanya cocok buat pekerja keras seperti saya... ;p

2.       Perpustakaan
Kartu Member Perpus
Kalo diliat dari luas kotanya, kurang lebih setiap 1-2 Kecamatan, pasti ada 1 perpustakaan. Dan yang boleh minjem ga Cuma warga negara aja, orang seperti saya aja bisa jadi member, cuma dengan kasi 1 bukti transaksi yang rutin dibayarkan tiap bulan. Awalnya petugasnya minta rekening listrik. Tapi kan kami ga punya. Yang pegang rek listriknya kan ya yang punya rumah tempet kami nyewa, tapi ternyata bukti bayar sewa rumah pun bisa kok. Sewa buku nya gratis, buku nya banyak yang menarik, dari komik, buku anak2, fiksi, novel, sejarah, asal usul Ausie, tentang aborigin, dll sampe DVD pun ada, semua gratis. Yang bayar Cuma kalo mo ngeprin/foto copy & kalo pinjemannya telat dibalikin. Bahkan dibikin gampang lagi sama mereka, kalo hari ini hari terakhir ngembaliin buku (misalnya), cukup telpon aja, minta perpanjang dengan menyebutkan no. Member, selesai. Abis itu dibalikin besok atau lusa juga gpp. Jadi diperpanjang Cuma buat menghindari denda, dimaklumin kok sama mereka. Maksimal pinjaman buku adalah 30bh sekali pinjem. Buat yang bilang dikit, kelewatan... Kalo saya pinjem 1 aja kagak selesai2 bacanya. Lah orang bukunya bahasa inggris semua. Buku bahasa indo aja bacanya lemot, apalagi inggris?

3.       Apresiasi
Orang sini kayanya bener2 bisa memahami pekerjaan orang lain dan ga merendahkan. 1 hal yang baru saya sadari, rata2 setiap kali orang baru turun dari bis mereka pasti ngucapin “Thank you...” ke sopirnya walaupun harus sedikit berteriak, karena jarak antara tempat duduk sopir dengan pintu keluar yang ada di tengah bis agak jauh. Ya kurang lebih mirip2lah besaran bisnya & pintu keluarnya kaya busway. Tapi kayanya saya belom pernah denger penumpang busway ngucapin makasih sama sopirnya, apalagi harus sedikit berteriak, malah jadi pusat perhatian karena beda sendiri. Yang ke-2, kebetulan saya & istri kerja sebagai waiter/waitress di resotaran. Selalu saja ada komentar/kata2 pujian tentang makanan yang kami sajikan untuk mereka, padahal belom tentu rasanya sesuai dengan selera mereka, tapi sepertinya itu cara mereka untuk menghargai orang yang sudah  menyiapkan, misalnya kata2 seperti “wow, awesome”, “it looks so tasty”, “oh, lovely”, “hmm, yummy”, dll. Jadi bukan Cuma ucapan terimakasih aja yang terlontar, makanannya juga dipuji. Walaupun mungkin terkesan digombalin, tapi kok seneng ya rasanya... hahaha...

4.       Barang Bekas
Yang pertama, ayo, bisa nebak ga barang bekas di sini kalo dijual laku berapa? Misal botol, kaleng, koran, kertas bekas, katanya cuma di Victoria doank barang bekas kagak laku. Semua barang habis pake langsung buang. Aduh liatnya aja sayang banget. Di indo bisa jadi duit tuh. Misal, kardus2 bekas, botol minuman, kaleng2, buuuaaaannnyak banget... Katanya sih Cuma si daerah New South Wales yang mau terima barang bekas untuk di olah lagi. Denger2 untuk botol2 minuman gitu 1botolnya dihargai $0.10 (red 10 cen). Yang ke-2, sepertinya dikarenakan biaya reparasi barang elektronik itu terlalu mahal, makanya mereka cenderung membuang barang mereka yang udah usang. Bahkan kadang belom rusak pun mereka udah buang dikarenakan mereka udah beli yang baru, mungkin lebih modern modelnya, tapi sayang banget ya ngeliatnya. Tuh rumah tetangga deket rumah baru buang TV +/- 20 inci lah, ditaro gitu aja di depan rumahnya, udah berhari2, tapi kagak ada yang mau ambil, ga ada yang tertarik. bahkan udah memasuki minggu ke-3 aja TV nya masih nongkrong aja di trotoar depan rumah. Oya, pernah dalam perjalanan ke Sorrento, saya liat kompor (dengan 4 tempet masak) dibuang juga, sayang waktu itu ga bawa kamera, jadi ga sempet di foto.

5.       Kendaraan & Lampu lalu lintas
Di sini arus kendaraan di jalanan sama kaya di Indo, jalan di sebelah kiri. Tapi yang beda adalah ketika ada di persimpangan, harus mengutamakan kendaraan lain yang datang dari arah sebelah kanan. Selain itu di sini kalo trafic light udah menunjukkan warna kuning, kendaraan langsung memperlambat bahkan berhenti walaupun masih kuning, kalo di Indo... Udah gitu pejalan kaki bener2 dihargai sama kendaraan di sini asal si pejalan kaki berjalan di tempet yang bener. Saya pernah mo nyebrang jalan tanpa pencet tombol supaya lampu lalu lintas nya jadi merah. Maksud hati kan jalanan nya lagi sepi, ga ada mobil juga ngapain repot2 nungguin lampu nya merah dulu baru saya nyeberang, kelamaan. Tapi teringat wajah saya wajah asia, takut bikin malu, jadinya pencet aja deh. Yang terjadi adalah mendadak setelah lampuny merah terjadi kemacetan sepanjang +/- 50 meter gara2 1orang (saya) mo nyeberang jalan. Duh, jadi ga enak... Tapi ada kebanggaan juga udah memilih melakukan tindakan yang bener. Dan anehnya walaupun saya udah ada di seberang dan lampunya masih merah, mereka ga ada yang berani tancap gas, lho. Soalnya ada kameranya, coba aja kalo berani tau2 besok ada surat tilang di pos-in ke rumah. Katanya kurang lebih $75 - $100 sekali tilang.

6.       Barang Hilang
Sekitar 1 minggu yang lalu temen di tempet kerja kehilangan tas nya. Waktu dia selesai kerja dia ga nemu tas yang biasa di taro di gudang tempet tas para karyawan. Di lihat di kamera pun ga terlihat siapa yang ngambil. Agak aneh sih memang, tapi Denis (si pemilik tas yang hilang) langsung laporin ke polisi. Dan ini bedanya, lapor barang ilang ga pake duit, udah gitu besok nya tau ada polisi dateng ke restoran tempet kami kerja bilang kalo tas nya udah ketemu. Nyuruh orangnya langsung dateng ke kantor polisi untuk ngecek isinya & lagi2, polisi nya ga usah dibayar. Bah... cepet & murah...

7.       Tato & Piercing
Rata2 hampir semua anak muda di sini bertato & tindikan. Tatonya macem2 & tindikannya juga aneh2 dari pelipis mata, lidah, idung, bibir, kuping (ga usah ditanya, pastinya lebih dari 1 tindikan). Bahkan pekerja kantoran pun ada yang bergaya dengan tato & tindikan. Bahkan salah satu kenalan saya namanya Cree, dia malah ditraktir neneknya tato seharga $200. Sepertinya neneknya pun minimal punya 1 tato di tubuhnya. Wah, kayanya bisnis tato & piercing cukup menjajikan...