About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Sabtu, 31 Desember 2011

Malam Tahun Baru Pertama

Tak ada yang lebih pelik dari apapun ketika kita melihat orang lain bersenang-senang sementara kita sendiri merasa sengsara menjalani hidup ini. Di masa2 natal dan tahun baru seperti ini biasanya para pekerja cenderung libur dari kerjaan atau rutinitas mereka. Tapi ada beberapa dari mereka justru harus bekerja. Kalo dulu membayangkan disaat orang lain liburan sementara saya harus masuk kerja, hanya demi gaji sebulan, itu pun ga cukup untuk kebutuhan sehari2 (alias depisit) rasanya ngenes banget hidup ini. Tapi sekarang justru aneh. Sama-sama harus masuk kerja di waktu orang2 menikmati liburan tapi perasaannya berbeda jauh, justru saya senang harus bekerja. Masih saya tela’ah lebih dalam lagi, saya juga bingung sebenernya saya senang dengan pekerjaannya (tukang cuci piring) atau saya senang dengan gajinya?

Memang ada perbedaan yang jauh pekerjaan yang saya jalankan waktu di Indo dengan pekerjaan di sini. Dulu di Indo kalo pulang kerja muka bawaannya udah stres aja. Di tempet kerja stres, pulang kerja juga masih stres karena masih mikirin kerjaan yang belom kelar itu dan harus dilanjutkan lagi besok paginya. Bahkan saya ga jarang saya harus merelakan jam tidur saya dikurang dengan datang ke kantor lebih pagi dan pulang lebih larut hanya demi menyelesaikan kerjaan closing pembukuan.

Sementara di sini dengan profesi yang jauh dari kata glamornya karir, justru jauh dari kata STRES. Saya sangat menikmati pekerjaan ini, apalagi berat badan saya bisa turun 6 kilo tanpa harus pergi fitnes atau jaga makan. Dan 1 hal lagi yang membedakan tapi dari sudut pandang yang sama, setelah pulang kerja dari kerjaan ini justru malah happy dan ga perlu mikirin lagi kerjaan yang ditinggalin itu nasibnya gimana. Hukum alkitab berlaku di sini, perkara hari ini ya untuk hari ini aja. Perkara besok ya lain lagi dan ga perlu dipikirin sekarang karena perkara besok setelah dilewati ya udah selesai.

Makanya walaupun saya harus bekerja di malam pergantian tahun begini, hati tetep seneng walaupun beberapa orang menilai kok kayanya ngenes banget. Kalo dulu waktu kerja di Indo saya selalu melewati malam tahun baru dengan tidak bekerja. Entah kumpul bersama keluarga, atau kalo lagi males ya tidur aja di rumah, ga ikutan begadang. Tapi yang sekarang dimana saya harus melewati malam tahun baru di dapur sambil cuci piring (untuk pertama kalinya) justru malah memberikan sensasi tersendiri dan pengalaman baru.

It’s a nice experiance. Selamat tahun baru untuk semua manusia yang masih memiliki semangat hidup. Semoga tahun depan ada kehidupan yang luar biasa menanti kita. Semangat saya semakin berkobar untuk masuk ke tahun 2012, tahun yang penuh kejutan, pengalaman, dan tantangan hidup... Dan buat yang kehilangan semangat hidup, cobalah renungkan apa yang anda inginkan dalam hidup ini. Kejar itu, jadikan resolusi dan wujudkan di tahun 2012. 

Kamis, 29 Desember 2011

Buang Air Jarang di Tengah

Sebenernya udah lama mau ngebahas topik ini. Tapi selalu ditunda tunda terus lantaran topik ini ga mutu banget. Tapi setelah dipikir-pikir lagi ga ada yang namanya ga mutu kalo itu merupakan buah pikiran kita sendiri dan bukan jiplakan. Kalo dikemudian hari ditemukan ternyata buah pikiran kita itu ternyata udah pernah dibahas oleh orang lain itu lain lagi soalnya. Yang penting di aini adalah kejujuran hati pada waktu mengekspresikan pemikiran2 tersebut.

Ya, benar ini adalah sebuah hasil pemikiran sekaligus pengamatan saya yang terlihat konyol dan bodoh yang saya lakukan udah bertahun-tahun lalu dan perilaku mereka sampe sekarang masih sama. Mungkin udah ada orang yang pernah meneliti topik ini dari segi paikologis tentunya, karena ini berkaitan dengan perilaku manusia. Sehingga saya tidak perlu merasa penasaran dengan arti dari perilaku manusia-manusia yang saya perhatikan ini. Sejujurnya saya belum menemukan arti dari perilaku manusia ini, saya hanya memperhatikan kalau mereka selalu melakukan hal yang sama. Jadi ada kesempatan bagi agan-agan yang kuliah di psikologi untuk mengembangkan topik ini lebih lanjut lagi.

Yang selalu saya perhatikan itu adalah...

Buang air kecil
Setiap kali saya ke toilet (toilet pria tentunya) apabila di situ hanya tersedia 3 tempat untuk pipis (buang air kecil) para pria pasti selalu memilih pipis di sebelah kanan atau kiri. Jarang dari mereka memilih untuk pipis di tempat pipis yang tengah. Apabila salah satu dari yang kanan dan kiri itu berada di posisi paling pojok/sudut, pastilah tempat pipis itu yang paling ramai dikunjungi para pria.

Buang air besar
Sama halnya waktu pipis, apabila hanya ada 3 pilihan kamar untuk tempat buang air besar, para pria akan lebih memilih kamar kanan atau kiri. Dan apabila salah satu dari yang kanan atau kiri itu berada di sudut/pojok, pasti kamar itulah yang paling favorit.

Ga mutu ya yang saya perhatikan ini. Tapi hal ini menjadi pusat perhatian saya terus setiap kali saya meluncur ke toilet pada waktu saya masih kerja kantoran. Karenanya saya begitu penasaran sebeneranya kenapa mereka bersikap begitu ya? Bahkan saya sendiri memang cenderung untuk memilih tempat yang pojok, karena merasa lebih nyaman dan aman. Entahlah aman dari apa, tapi sepertinya rasa aman waktu buang air memang diperlukan. 

Untuk alasan kesehatan dikarenakan yang tengah pastilah lebih jarang dipake jadinya saya berusaha keluar dari zona nyaman saya, dengan membiasakan diri menggunakan toilet yang tengah baik yang untuk pipis maupun buang air besar. Selain lebih bersih, tissue toilet pun biasanya masih banyak ketimbang yang kanan atau kiri yang lebih sering dipakai yang otomatis tissue toiletnya lebih rentan habis.

Saya ga tau nih apakah di toilet wanita pun terjadi hal yang serupa. Tapi saya pikir ini perlu diteliti deh, saya bener2 penasaran dengan sikap ini, kira2 apa ya artinya dari sikap manusia yang seperti ini? Tolong donk temen2 yang dari psikologi, kalo ada waktu luang mungkin bisa diteliti. Atau mungkin punya rekomendasi artikel yang berkaitan dengan topik ini, sekiranya bisa menjawab rasa penasaran saya. Hehehehe...

Selasa, 27 Desember 2011

Profesi Pengemis dan Mental Pengemis

Beda negara beda lagi cara ngemisnya. Kalo di tangerang & jakarta yang pernah saya alami adalah mereka cenderung bersikap seperti preman. Mereka ga perduli orang yang mau memberi sumbangan/ sedekah apakah bisa mendapatkan sesuatu/timbal balik atau tidak dari si pengemis. Yang penting si pengemis mendapatkan apa yang dia inginkan, dalam hal ini biasanya dalam bentuk uang. Coba kalau anda perhatikan, walaupun judulnya ngamen yang notabene menunjukkan skill bermain musik, kalo anda langsung kasi uang pasti musiknya langsung selesai. Ini menunjukkan bahwa mereka cenderung enggan untuk berlama-lama show up kemampuan mereka. Seolah-olah skill mereka terlalu mahal untuk terlalu lama dipertontonkan. Atau mungkin saja tujuan utama mereka adalah uang. Jadi untuk apa mereka berlama-lama kalo mereka udah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Sementara pengemis di sini justru ga bikin kita memaksa untuk ngasi receh atau untuk bilang "maaf" karena ga mau/ga punya receh. Bahkan kita bisa menikmati persembahan mereka tanpa perlu kita apa2. Misal ada yang ngamen di pingkir jalan (bukan dari rumah ke rumah lho, walaupun sama2 di siang bolong) kita tetep bisa menikmati suara sekaligus atraksi musiknya. Kalo kita mau kita bisa kasi receh atau sebagian uang kita tapi kalo nggak mau pun dia akan tetep bernyanyi dan mempersembahkan yang terbaik dari talenta yang mereka miliki. Atau pernah juga saya melihat pengemis yang melukis jalanan/trotoar dengan crayon. Kalo kita mau menghargai hasil karyanya kita bisa nyumbang tapi kalo ga rela, sekali lagi, ga ngasi juga ga apa2. Gambar ini saya ambil pada waktu saya lagi nunggu belanjaan saya minuman Bubble Milk Tea di Taiwan Cafe, tepat di sebelah Mc Donals di Swanston Street.

Kalo ditilik dari sisi psikologis, mental seperti inilah yang paling sering dimiliki oleh manusia-manusia yang udah bertahun-tahun menghuni suatu daerah/kawasan yang konon menurut beberapa buku, kawasan yang dihuni manusia-manusia yang saya maksud ini dulu bernama benua Atlantis. Sebuah benua yang telah lama hilang dari perdaban. Bahkan sangkin lamanya hilang, benua ini pun diragukan pula keberadaannya. Sebuah kawasan yang dengan tingkat kemajuan teknologi terceapat pada masa itu. Sempat diduga pula bahwa di kawasan ini manusianya sangat cerdas dan pekerjaan kloning mengkloning hewan dengan manusia sudah menjadi profesi yang biasa. Di kawasan ini pula ditemukan begitu banyak sumber daya alam yang tak terhingga banyaknya. Sampai-sampai kawasan dari daerah tetangga pun iri dan ingin menguasai.

Tapi sayang kawasan ini sekarang tak lagi seperti yang digambarkan di atas. Kawasan ini sekarang justru dihuni oleh manusia-manusia yang sebaliknya 180 derajat. Bermoral bejat dimana yang berkuasa bertindak semena-mena dan yang miskin ga bisa berbuat apa2 hanya bisa berpaku tangan dan menerima nasib. 


Yak, benar... Kawasan itu bernama Indonesia. Di kawasan inilah manusia-manusianya bermoral seperti pengemis, termasuk saya sendiri. Kalo yang namanya gratisan langsung nyerbu udah kaya orang berebut zakat. Bahkan yang judulnya harus bayar aja bisa dipikirin jadi gratis. Contoh aja kalo naik kreta api saya akui saya sendiri masih sering ga rela bayar tiket kretanya. Kalo aja tiket kreta saya bukan langganan bulanan, darah di dalam otak ini pasti masih bersirkulasi untuk memikirkan cara supaya ga bayar tiket.

Memang salut sama orang sini. Walaupun tetep yang namanya pelanggaran pasti ada tapi kuantitas nya jauh lebih sedikit ketimbang negara yang dulunya diduga benua atlantis itu. 

Sabtu, 24 Desember 2011

Musibah Atau Anugerah

Entah ketiban musibah atau ini keruntuhan anugerah ya namanya? Jd ceritanya setelah mendapatkan PR dan datang kembali ke melbourne rencananya saya udah ga mau kerja lagi di restoran yang selama ini paling banyak menyumbang gaji yang biasa saya kirim ke rumah sekaligus menyumbang luka. Baik luka lahir maupun batin (mencoba jadi pujangga kelas teri). Gimana nggak? Luka batin mah udah pasti lah ga cuma saya aja yang dapat gara2 majikannya yang mata duitan dan genjot staff nya terus. Luka lahirnya itu lho alias kecelakaan kerja udah banyak banget yang berbekas di badan saya.

Suatu hari ada temen yang minta ditemenin cari kerja dengan membagi-bagikan resume/CV ke semua restoran-restoran yang ada d melbourene ini. Tiba-tiba sampailah kami di bar majikan saya ini yang baru aja dibuka. Saya langsung bilang ke temen saya ini kalo saya ga bisa menampakan diri di depan staff2 nya apa lagi di depan majikan. Karena pesan dia sebelum saya berangkat ke Indo adalah untuk mengabari dia sesegera mungkin karena pekerjaan sudah menanti saya. Dalam hati saya jawab ini majikan pede abis, kaya saya masih mau aja kerja sama dia? Alhasil maksud jati mo sembunyi eh sanh majikan malah udah liat saya dari jauh. Waktu saya udah misah sama temen saya ini sang majikan yang sedang berada di dalam mobil yang waktu itu sedang bongkar muatan langsung klakson saya. Nasib... Nasib... Jadinya singkat cerita saya kerja lagi sama majikan yang paling saya benci ini. Apa coba maksud Tuhan nempetin saya di sini lagi. Sampai detik artikel ini di posting saya udah kerja 2 minggu. Selama itu pula saya gencar kirim2 lamaran untuk kerja kantoran dengan harapan yang lebih tinggi karena status PR. Kalo dulu apply kerja kantoran dengan work n holiday visa, panggilan interview ada beberapa kali tapi selalu terbentur status visanya itu. Karenanya kali ini saya lebih pede, ya minimal kalo dapetnya sama2 kerja kasar juga ya di pabrik lah yang gajinya bisa 2x lipat.

Harapan tinggal harapan. Genap 3 minggu setelah balik ke melborne (1 minggu pertama anggur, 2 minggu berikutnya kerja di resto) udah gencar kirim2 lamaran tetep ga ada panggilan yang berarti. Panggilan selalu mentok dikarenakan saya ga punya mobil. Eh, tiba2 ada panggilan dari Kantor Pos untuk nganterin surat pake motor, intinya jadi tukang pos lah. Tapi ada masalah lagi, saya ga punya SIM ausie. SIM Indo ada tapi namanya aja salah cetak (kagak tau dah apa kerjaan orang pemerintah. Ga ada yang beres). Saya ga yakin SIM saya bisa dipake di sini. Seandainya ga salah cetak ada kemungkinan SIM saya bisa dipake karena bisa ditranslet di sini. Akhirnya dengan segeralah saya mengkontak Victoria Road – instansi pemerintah ausie yang mengurusi bidang lalu lintas – untuk bikin SIM sini. Eh, tau2nya malah libur sampe tanggal 3 Januari 2012 baru buka lagi. Ya lama banget. Gimana ini ya? Semua usaha seperti dihalang2in. Jangan2 saya emang jodohnya sama sang majikan ini.

Di tengah penantian sampe tanggal 3 Januari 2012 tersebut tau2 sang majikan ngajak saya ngomong waktu saya kerja kemaren, sambil mojok dengan suara yang super kecil karena dia takut kedengeran orang di sekitar (tolong jangan diartikan kami melakukan hal2 yang “diinginkan” yach!). Dia bilang kalo awal Januari nanti dia mo mecat manager S karena kerjaannya banyak yang berantakan. Misalnya, harusnya kan manager bisa jadi penengah antara staff dengan pemilik, tapi ini malah berantem sama bartender – staffnya sendiri. Dan sang majikan nawarin saya untuk bantu gantiin manager S. Waduh, ini bener2 tawaran gila menurut saya. saya tertarik dengan pekerjaannya, tapi saya tidak tertarik dengan kepribadian sang majikan. Saya bisa liat gimana sang majikan cukup kesal dibikin sama manager S dan sang majikan ga puas dengan kinerjanya. Gimana kalo nanti saya bernasib sama? Gimana kalo nanti semua gaji saya habis dipotong Cuma buat bertanggung jawab akan suatu hal yang membuat sang majikan terpaksa kehilangan banyak uang? Misalnya saja saya melakukan suatu kesalahan. Dulu dipotong untuk Coca cola masih masuk akal lah jumlahnya. Tapi kalo udah kelasnya “Manager” takutnya ada kesalahan2 yang lebih fatal ketimbang Coca cola. Haduh, haduh... Banyak ketakutan2 yang udah terbayang di otak pada waktu saya ditawarin kerjaan ini. Karenanya saya bingung, ini musibah atau anugerah?

Istri saya bilang ini kesempatan besar untuk saya bisa belajar tentang prosedur bisnis di ausie. Berhubung saya orangnya seneng ngobrol jadi istri saya katakan kalo ini cocok untuk saya karena nantinya kerjaan saya ini akan lebih sering bernegosiasi dengan orang lain. apalagi ditambah keinginan saya yang mau punya usaha sendiri, jadi ini ajang buat belajar bagaimana mengendalikan orang banyak. Ditambah saat ini kan saya belom dapet kerjaan kantoran yang saya inginkan, jadi tawaran ini sebenernya nothing to lose. Permasalahan utamanya adalah sayanya takut ditambah lagi saya ga sreg dengan sang majikan. Tentunya itu memberi pengaruh terhadap saya secara pribadi untuk bisa menikmati pekerjaan ini, bukan?

Tuhan, tolong beri petunjuk... 

Kamis, 15 Desember 2011

Surat Buat Pak Presiden

Motor diwajibkan menyalakan lampu di siang hari (katanya ada kalusi antara pihak kepolisian dengan perusahaan lampu dan aki), zebra cross adalah tempat terdepan untuk menunggu lampu merah, motor naik trotoar (persetan dengan pejalan kaki, salah sendiri ga naik motor), angkot ngerem mendadak karena tiba2 ada penumpang dadakan, angkot ngetem padahal dibelakangnya udah macet 20 meter (tetep PD karena kapan lagi bisa seperti artis), kawinan yang mengambil sebagian jalan umum untuk tendanya (bikin macet, cet, cet... Apa ‘berkat’nya makin melimpah untuk pasangan baru ini karena banyak orang yang ngumpat?), sogok menyogok untuk urusan tilang, parkir sembarang tempat sekaligus pungutan liar atas jasa parkir yang sudah diberikan (padahal itu lahan parkirnya aja nama lainnya adalah jalan umum atau trotoar), makin lugu makin empuk ditipu, makin cerdik makin banyak yang sirik.

Naik motor ngebut resiko nabrak orang yang nyebrang jalan sembarangan. Bahkan biasanya si penyeberang jalan bawa anak kecil yang justru malah jadi tameng si orang tua. Atau mungkin nabrak angkot yang berhenti sembarangan tadi. Atau mungkin nabrak sesama motor yang mau belok tapi ga kasi reting (lampu sen).

Naik motor pelan2, ditabrak, dimaki, diklakson, sama aja sialnya. Ditabrak sama sesama pengendara motor yang uring2an di jalan. Dimaki sama sesama pemakai jalan “...jalanan emang punya bapak loe?” walaupun kita udah dipinggir. Diklakson, paling sering sama pengendara motor yang umumnya mereka ga sabaran.

Paskah dibom natal pun ibadah bareng bom, bangun gereja musti ijin RT/RW/Kelurahan/... bahkan ada yang minta tanda tangan seluruh warga setempat itupun ijin tetep ga keluar, tapi giliran bangun mesjid boro2 minta ijin yang ada minta sumbangan. Dari minta duit ke warga setempat sampe minta duit ke orang2 yang lewat dengan menadahkan jaring di tengah jalan.

Demokrasi, menurut kamus besar bahasa indonesia artinya:
“Gagasan atau pandangan hidup yg mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yg sama bagi semua warga negara.”

Demokrasi yang seperti apa sebenernya yang mau diterapin sama pemerintah Indonesia? Berdasarkan kamusnya sendiri aja artinya udah melenceng jauh dari prakteknya. Bagaimana saya sebagai pengendara motor bisa mendapatkan hak saya untuk bisa berkendara dengan aman dan nyaman kalau para petugas dan pegawai pemerintahannya aja doyang sama ‘grepean’ bahkan malah minta disuap? Dari orang yang pasang tenda kawinan di jalan, itu aja udah mengambil hak saya. Karena hak saya yang diambil harusnya saya yang dapet cipratan duitnya. Tapi kenapa petugas jalan raya yang menikmatinya?

Apa bapak presiden tau ini? Atau setidaknya mentri perhubungan lah? Ah tapi percuma, pernah waktu saya baru melintasi Monas (Jl. Medan Merdeka Barat) aja, di depan saya malah ada sesosok bis Departemen Perhubungan berhenti mendadak untuk naikin pegawainya yang ketinggalan bis. !@#$%^&*&^%$#@! Itu bis bener2 lagi ditengah jalan, “...Astaga, Kopaja nomor berapa sih nih” Saut saya dalem hati waktu itu. Eh tapi kok dari belakang pantat bisnya bagus bener ga kaya Kopaja yang butek dan biasanya ada foto Dedi Mizwar nya. Eh pas ngelewatin keliatan tulisannya di samping bis “Departemen Perhubungan”. Gimana ga gubrak, coba?

Lucunya lagi masih dijalan yang sama tapi beda gedung. Saya kurang tau itu gudung apa, tapi di situ ada semacam papan elektronik yang tulisannya bisa berjalan yang isinya tentang informasi kualitas udara pada saat itu. Di situ tertulis “Kualitas udara sehat”. Toweng, toweng, toweng??? “Sehat” dari hongkong? Itu tulisan kayanya ga pernah berubah deh atau mungkin yang bikin informasi itu ga punya idung (ga punya idung apa masih bisa disebut ‘orang’ ya?). Kualitas udaranya selalu sehat dari waktu ke waktu. Dari jaman saya baru ngekos di Sawah Besar sampe terakhir saya liat ya pas waktu balik Indo kemaren2 ini. Berarti minimal 2 tahun 9 bulan kualitas udara sekitar Monas bagian barat selalu baik. Saya ga tau apa tulisan itu masih ‘Sehat’ atau bisa berganti menjadi setidaknya ‘Kurang Sehat’ sekarang?

Kepada bapak presiden, tolong deh turun sebentar ke bawah. Di liat itu yang dibawah kerjanya ngapain aja? Jangan ngurus perkara2 besar dulu kalo perkara kecil aja belom kelar. Ga usah dulu ngurusin hubungan bilateral ataupun meeting KTT yang ga bermanfaat signifikan ke masyarakat bawah. Mending urus staf2 bapak yang pamornya makin lama makin turun. Polisi yang saya liat waktu pulang Indo kemaren2 ini sepertinya polisi yang pulang tugas. Dari jakarta sampe kalideres, dia ga pernah keluar dari jalur Busway. Gile ga tuh? Mantep, gan!

Bagaimana rakyat mau tunduk sama peraturan kalo petugas negaranya aja ngelawan aturan? Kalo rakyatnya ikut aturan otomatis kehidupan perekonomian di Indonesia pastilah lebih efisien. Taraf hidup rakyatpun pasti meningkat karena ga perlu ngeluarin duit sogokan. Parkir dibenahi, pungli diberantas. Dari jaman kapan tau, bertahun-tahun yang lalu dah pokoknya, denger2 bikin KTP gratis. Tapi saya ga pernah dapet gratis. Pasti bayar minimal Rp 20.000 dengan segala alasan buat biaya admin lah, biaya cetak lah. Malah ada temen istri saya bayar Rp 300.000 (kira2 tahun 2008) cuma buat bisa dapet KTP jakarta karena dia berasal dari daerah.

Pak presiden, tolong ya. Kalo memang anda masih cinta sama negeri ini, tolong lah merakyat. Merakyat dalam artian anda sendiri yang turun merakyat, bukannya anda menyuruh staf anda untuk merakyat hanya karena anda pemimpin tertinggi terus Cuma nunggu laporan dari instruksi merakyat tersebut. Merakyat dalam arti anda menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada rakyat, bukan Cuma mendengarkan. Saya tau pak, jadi presiden itu sulit, sulit sekali bahkan. Butuh rasa nasionalis yang tinggi dan niat yang tulus untuk merubah nasib banyak orang. Tapi ketika anda ada di persimpangan dan memutuskan untuk terus maju pada waktu pemilu dulu kan pastinya anda sudah memikirkan hal ini kan? Atau malah belum terpikir ya pak untuk merubah nasib rakyat? Atau mungkin manusia kalo udah di posisi terlalu tinggi memang kadang pola pikirnya agak ngejelimet dan komplek sehingga ga bisa paham akan masalah sepele. Contoh aja seringnya para profesor2 atau mereka yang kuliah sampe S3 (es mambo, es teler, es nangka) biasanya malah ga ngerti ditanyain permasalahan yang mendasar padahal masih dalam jurusan yang sama.

Pak presiden, sekali lagi, tolong pahami ya rakyat2 ini, yang udah ga sabar lagi menunggu perbaikan. Bensin memang ga naik pak, tapi kenapa harga KFC jadi naik, terus nasinya juga 2x gigit langsung lenyap? Hoka2 Bento juga pak, judul paketnya Hoka Hemat, tapi harganya udah melejit 1,5x lebih mahal tapi ukuran Egg chiken roll nya tambah kecil? Pak biaya idup di Jakarta kok makin mahal? Kenapa pak? Tolong dijawab pak. Gimana kalo ada rakyat yang frustasi terus lempar molotof ke Istana? Atau karena sangkin ga didengarkannya ada rakyat yang memberanikan diri menembak basoka dari atas monas ke Istana? Bapak bisa apa pak kalo bapak lagi di dalem?

Pfff... Udah cukup itu aja pak curhatnya. Bapak baca ya sukur, nggak ya udah. Saya mah Cuma prihatin aja orang2 pinter, orang2 berbakat dari Indo semuanya kabur dari Indo. Mereka ga mendapatkan apa yang bisa mereka dapatkan di negara luar. Sudah cukup seorang Mia Audina (Bulutangkis Putri) hengkang ke eropa. Jangan biarkan para orang jenius lainnya ngacir lagi pak.

Minggu, 11 Desember 2011

Cara Jitu Membalas Dendam

Entahlah apakah saya pernah menyebutkan atau tidak di artikel sebelumnya tentang perpisahan saya dengan temen2 kantor sebelum berangkat ke ausie dengan Work and Holiday Visa bahwa ada satu atasan (ga bisa saya sebutkan di sini) yang kata2nya selalu bikin down padahal dia seorang atasan yang seharusnya memotivasi. Waktu pamit dia tanya planing saya ke depan gimana, ya saya bilang aja kalo sekarang kami lagi apply PR ausie dan sekarang mo ke ausie dengan Work and Holiday Visa. Waktu itu dia bilang:

“Wah, susah ter PR mah. Ga bakalan dah loe bisa. Tapi kalo loe appy nya bertahun-tahun yang lalu masih gampang tuh. Beda sama sekarang, susah banget dah. Jadi, jangan terlalu berharap dah, nanti loe kecewa. Tapi terserah loe sih.”

Intinya kata “susah” itu terus diulang-ulang seolah2 udah ga ada jalan keluar lain untuk kehidupan yang lebih baik selain kerja sampe mati di tempet yang sama. Setelah itu kami pun berpisah karena hari itu hari terakhir saya kerja di kantor tersebut. Itu adala kejadian 9 bulan yang lalu. 9 bulan kemudian atau lebih tepatnya 2 minggu yang lalu saya dateng lagi ke kantor saya ini tujuan utama nya adalah temu kangen sama temen2 yang masih stuck di situ ga bisa keluar dengan berbagai macam alasan. Tujuan kedua adalah saya mo bales dendam sama atasan satu ini dan nunjukin bahwa tidak ada hil yang mustahal (aka. hal yang mustahil) jika kita yakin dan terus ngandelin kekuatan Babeh di atas sono. Dia nongkrong ngeliatin usaha kita. Dia Cuma jentikin kuku kalo Dia mau, maka berkat pun datang.

Jadi singkat cerita PR kami di approve setelah 9 bulan kami menetap di ausie atau lebih tepatnya 1 tahun yang lalu sejak kami apply. Saya dateng, sang atasan Cuma mingkep ga bergeming. Entah karena emang banyak kerjaan atau karena inget pesan terakhir dia dulu di hari terakhir saya. Intinya saya merasa puas dengan pembalasan dendam seperti ini. Saya merasa seperti udah menampar wajahnya yang dulu pernah maki2in saya di depan umum. Plak... plok... plak... plok... Memang benar ternyata pembalasan dendam terbaik adalah dengan cara halus, yaitu dengan membuat orang tersebut salut dengan anda.

"Jika kita membalas-dendam dengan cara kekerasan, orang lain mungkin akan semakin sakit hati dan ingin balas dendam lagi. Anda tidak akan mendapatkan apa yang anda inginkan. Anda hanya mendapatkan tempat untuk meluapkan kebencian anda. Tapi sakit hati yang anda timbulkan akan memperparah keadaan."