About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Sabtu, 29 September 2012

DHT (Part 2)

-- DEOGRATIAS  HEAVEARTH  TAN --

Jumat, 21 September 2012

Pukul 21.58

Sunshine Hospital, St. Albans, Melbourne

Berat 3,13 kg

Panjang 50 cm

No. Bangsal 26


Deogratias:
Diambil dari bahasa Latin yang artinya "Syukur Kepada Allah". Nama ini diberikan oleh calon bapak/ibu babtisnya Reza dan Meili yang juga diambil dari nama salah satu orang suci yang pernah hidup di kota Kartago - Afrika. Santo Deogratias yang pada waktu itu menjabat sebagai Uskup setempat berusaha membeli budak-budak belian sebanyak yang ia mampu dengan menjual segala macam jubah, peralatan, dan perhiasan2 gereja karena ia sedih melihat budak2 diperdagangkan secara perorangan tanpa memperdulikan ikatan keluarga sehingga banyak dari budak2 tersebut tidak pernah bertemu dengan keluarga mereka lagi.
http://ariawijaya.com/2008/03/22/st-deogratias-22-maret/

Heavearth: 
Diambil dari 2 kata, Heaven and Earth. Heaven yang merepresentasikan Allah dan Earth mewakili dirinya sendiri. Dua kata ini dijadikan satu karena diharapkan hubungannya dengan Allah sangat akrab dan dekat seperti namanya yang menjadi satu sehingga mereka saling mengenal satu sama lain. Allah ada di dalam dia dan dia ada di dalam Allah.

Tan:
Nama keluarga yang sempat saya tolak untuk dimasukan dalam namanya dikarenakan saya sendiri ga punya nama keluarga, masa tiba2 anaknya punya nama keluarga yang sama dengan kakeknya? Tapi setelah dipikir2 sebenernya kalo ngomong dari sisi tradisi, ada ataupun tidak ada nama keluarga di nama saya, sebenernya saya sudah membawa nama keluarga itu sendiri. Jadi nama ini kami putuskan untuk dicantumkan supaya dia tidak lupa dengan marganya. Kebetulan, mami Kristina pun bermarga sama.

Pic diambil 23 Jan 2012
Ada satu hal yang cukup unik ketika usia kehamilan Kristina menginjak 2 minggu dimana janin belum bisa diketahui jenis kelaminnya. Ketika itu kami jalan2 ke pantai Frankston (Selatan Melbourne), Meili sang calon ibu babtis iseng2 menulis di pasir "Dad, Mom, Baby Boy" yang menjadi kenyataan si bayi bener2 berjenis kelamin laki2. Ya mungkin ini kebetulan karena pilihannya cuma 2, kalo ga cewe ya cowo. Tapi sadar atau tidak sadar, sebenernya melalui "kebetulan" itulah cara Tuhan bekerja, cara Tuhan menjawab, cara Tuhan menyanpaikan pesannya ke orang2 yang dikasihinya.

Contoh kebetulan yang lain di DHT (Part 1) dimana Kristina dapet tebengan sampe 2x dalam hari yang sama untuk ke Rumah Sakit. Saya jujur aja dalam hati geleng2 kepala, kok bisa ya? Tapi ah, sudahlah. Logika saya mulai jalan nih. Saya ga mau memikirkan bagaimana cara Tuhan bekerja karena saya kapok jadi atheis. Kalo di logika udah pasti ga bisa masuk karena Tuhan ga bisa di logika. Kalo Dia bisa di logika, berarti dia bukan Tuhan alias ciptaan (creation). 

The Way You Love Me (Part 2 - Tamat)


Los Angeles, lima tahun yang lalu...
“Douglas O’Neil?” Tanya Francesco. Sebenarnya dengan sekali pandang saja dia sudah tahu kalu pria muda yang berdiri di ambang pintu dengan rambut acak-acakan dan bertelanjang dada itu adalah adik tirinya. Mereka seperti pinang dibelah dua walaupun usia dan ibu mereka berbeda. Douglas tidak kalah terkejutnya. Selama ini ibunya tidak pernah berverita kalau dia mempunya saudara.
“Ya, aku sendiri.” Jawab Douglas bingung.
            Francesco melewati Douglas dan duduk di sofa ruang tamu apartemen yang sempit itu. Keadaan apartemen itu seperti kapal Titanic yang dilanda badai. Douglas mengangkat bahu lalu duduk di depan Francesco.
“Aku kakak tirimu.” Kata Francesco.
“Melihat kemiripan wajah kita kukira hal itu tidak perlu disangsikan lagi.” Jawab Douglas seenaknya.
            Francesco tidak memperdulikan komentar Douglas.
“Siapkah kau memasuki keluarga Ambrosetti, Douglas O’Neil?”

26 Juni
“Di sinilah aku sekarang.” Pikir Douglas. Ibunya sudah melarang mati-matian agar dia jangan berhubungan dengan keluarga Ambrosetti. Kehidupan mafia sangat berbahaya dan penuh intrik serta kekejaman. Selama dua puluh tahun terakhir ini Tracy berusaha menyembunyikan diri dari Luciano Ambrosetti untuk menjauhkan Douglas dari keluarga itu. Tapi Douglas sudah bosan hidup miskin. Dia tidak sudi tinggal di apartemen murah itu lagi dan bekerja sebagai pebgantar pizza seumur hidupnya. Douglas O’Neil sudah berubah manjadi Douglas Ambrosetti sekarang.
“Aku akan melakukan apa saja agar Frank mempercayaiku. Aku tidak mau dan tidak akan diremehkan oleh siapapun. Membunuh gadis selemah Lucia adalah hal kecil.” Pikirnya.
“Frank...” Lucia berlari menghampiri Douglas.Lamunan Douglas pun terputus.
“Ada apa sayang?”
“Aku ingin berkuda ke atas bukit.”
“Baiklah, kutemani kau.”
            Lucia tertegun, Francesco tidak pernah mau berkuda lagi sejak dia jatuh dari punggu kudanya di usia sepuluh tahun.

26 Juni, tengah malam
“Frank, apa boleh aku bertanya?”
“Apa?”
“Mengapa kau ingin membunuh Lucia?”
“Karena dia terlalu banyak tahu.”
“Hanya itu?”
“Aku sudah bosan padanya.”
“Tidak adakah jalan yang lebih baik?”
“Jangan bertanya lagi!” Francesco menutup teleponnya.

28 Juni
            Satu per satu Lucia mulai melihat keanehan pada diri Francesco yang bersamanya sekarang.
“Frank seorang vegetarian, tetapi di sini ia melahap semua makanan yang terbuat dari daging. Selain itu dia selalu mau menemani aku berkuda. Dengan mengabaikan wajahnya aku pasti yakin kalau dia bukan Frank.” Pikir Lucia heran.
            Lucia memasuki kamar Douglas. Didengarnya pria itu sedang mandi. Lucia membongkar semua laci meja untuk menemukan petunjuk yang bisa meyakinkannya bahwa pria yang bersamanya saat ini bukan Frank. Benda itu ditemukannya di laci paling bawah. Dengan tenang Lucia duduk di tempat tidur Douglas, menunggu selesai mandi.
“Lucia?” Douglas keluar dari kamar mandi lima menit kemudian. Air menetes ke lantai dari rambutnya yang basah.
“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan.” Kata Lucia sambil tersenyum manis.
“Tunggu sebentar.” Sahut Douglas sambil membelakangi Lucia. Dia membuka laci paling bawah lalu mencari sesuatu di dalamnya.
“Percuma saja kau mencari, Frank. Kau mencari ini bukan?”
            Douglas terperanjat melihat kontak lensanya ada di tangan Lucia. Sekarang Lucia sudah melihat mata birunya.
“Aku sudah tahu kau bukan Frank.”
“Maafkan aku.” Douglas salah tingkah melihat sikap Lucia yang begitu tenang.
“Mata birumu bagus, untuk apa kau menutupinya?”
“Dengar dulu Lucia, aku...”
“Tak perlu kaujelaskan. Cukup jawab dengan ya atau tidak.”
“Tapi...”
“Frank yang merencanakan semua ini bukan?”
“Aku...” douglas berusaha menyangkal akan tetapi langsung dipotong oleh Lucia.
“Ya atau tidak?”
“Ya...”
“Frank menyuruhmu untuk membunuhku bukan?”
“Itu...”
“Bunuhlah aku sekarang.” Lucia menyodorkan pistol kepada Douglas.

28 Juni, tengah malam
“Apa maksud perbuatanmu ini?” Suara seorang wanita terdengar.
“Dia harus disingkirkan. Hanya boleh ada satu ahli waris dalam keluarga Ambrosetti.“ Kali ini suara pria yang menjawab.
“Kapan?”
“Independence day.”
            Telepon ditutup...

2 Juli
“Sudah lebih dari seminggu kita di sini, Doug. Frank akan curiga bila kau belum juga membunuhku.” Kata Lucia. Mereka berdua duduk di punggung kuda masing-masing memandang lembah yang menghijau di kaki tebing tepat di bawah mereka.
“Aku tahu.” Jawab Douglas. Dia sudah merasa cemas sejak pertama kali melihat Lucia di pesta pertunangan Antonio. Dia takut, Lucia begitu menarik. Dia khawatir tidak tega membunuh Lucia. Kekhawatirannya menjadi kenyataan dan yang lebih buruk lagi dia sudah jatuh cinta pada gadis itu.
“Apa yang akan kita lakukan?” Tanya Lucia.
“Aku sendiri belum tahun.”
“Doug, aku punya rencana. Mungkin ini bisa menyelamatkan kita berdua.” Kata Lucia tiba-tiba.

3 Juli
“Frank, datanglah kemari besok pukul sepuluh pagi.”
“Ada apa?”
“Akan kubunuh Lucia dihadapanmu.”
“Untuk apa?”
“Untuk memastikan bahwa aku benar-benar telah membunuhnya.:”
“Aku percaya padamu.”
“Kau pernah berkata jangan percaya sebelum kau melihatnya dengan mata kepala sendiri.”

4 Juli – Independence Day of The United States of America
“Mana Lucia?” Tanya Francesco. Douglas menyambutnya di depan pintu.
“Di kamarnya. Tenang saja, dia tidak curiga sama sekali.”
“Mana pistolmu?”
“Untuk apa?”
“Siapa tahu kau lupa mengisinya dengan peluru.”
            Douglas memberikan pistolnya dengan berat hati. Francesco mendahului Douglas ke kamar Lucia. Pintu kamar itu tertutup.
“Kau masuk dulu.” Francesco memberikan pistol itu ke pada Douglas.
            Semua terjadi begitu cepat. Douglas masuk ke kamar Lucia diikuti Francesco. Lucia tidak sempat terkejut lebih lama. Douglas menembaknya tepat di dada dan Lucia langsung roboh ke lantai. Douglas menghampirinya.
“Dia sudah mati, Frank.”
“Bagus.” Francesco keluar dari ruangan itu.

“Lucia, bangunlah! Frank sudah pergi, kita berhasil.” Douglas mengguncang tubuh Lucia. Lucia tetap diam.
“Lucia, hentikan sandiwaramu! Kita harus cepat-cepat pergi dari sini.” Desak Douglas. Dia mengangkat tubuh Lucia dan terlihat genangan darah di bawahnya.
“Percuma kau memanggilnya. Dia sudah mati.” Tiba-tiba Francesco muncul di ambang pintu.
“Kau...” Douglas hendak menyerang Francesco.
“Berhenti!” Francesco menodongkan pistol ke arah Douglas.
"Kau menukarkannya, kau menukar pistolku!” Geram Douglas.
“Aku Cuma melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Ayah menunjukmu sebagai ahli waris dan aku tidak terima. Kau harus mati.” Jawab Francesco dingin.
“Lucia sudah mati. Tidak ada artinya lagi aku hidup.” Douglas merebut pistol dari tangan Francesco dan menembakkannya ke kepalanya sendiri.

            Pukul sebelas tepat Lucia membuka matanya lalu bangkit menghampiri Francesco.
“Obat penghilang denyut nadi ini benar-benar hebat, tetapi darah ayamnya membuatku ingin muntah.” Kata Lucia.
“Ayo, kita pergi ke Bahama.” Francesco merangkul Lucia keluar dari kamar itu.


--- TAMAT ---

The Way You Love Me (Part 1)

Los Angeles, 16 Juni 2004
        “Tuan, ada sambungan langsung dari Chicago untuk anda.” Terdengar suara operator.
        “Terima kasih.” Jawab pria itu.
        “Ini aku, lenyapkan gadis itu!”
        “Kapan?”
        “Secepatnya. Dia terlalu banyak tahu dan aku sudah bosan padanya.”
        “Baiklah.” Terdengar suara telepon ditutup dari seberang sana. Pria itu menunggu sebentar lalu menekan tombol operator.
        “Operator? Tolong pesankan tiket ke Chicago untuk besok pagi pukul tujuh.”

Chicago, 17 Juni 2004
    “Nona, Tuan Besar sudah menunggu anda di mobil.” Joe Bergomi, Kepala pelayan yang sudah berusia enam puluh tahun tapi masih cakap itu mengingatkan Lucia Ventola untuk kesekian kalinya dalam waktu lima menit.
     “Suruh dia menunggu sebentar lagi.” Jawab Lucia seenaknya. Dipasangnya sebuah jepit kupu-kupu emas dengan taburan permata yang berkilauan ke rambutnya yang berwarna coklat madu.
     Joe Bergomi meninggalkan kamar Lucia dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya.
     “Kenapa kau begitu lama? Kau kan tahu aku palinbg tidak suka menunggu.” Tegur Francesco Ambrosetti gusar. Lucia membuka pintu limousine lalu duduk di samping tunangannya itu.
    “Sudahlah Frank, yang penting sekarang aku sudah ada di sini.” Lucia mencium pipi Francesco sekilas. Mereka berdiam diri selama perjalanan ke pesta pertunangan Antonio Ambrosetti, sepupu Francesco.

     Lobi Silverstone Building sudah penuh tamu ketika limousine yang ditumpangi Francesco dan Lucia tiba. Seorang wanita setengah baya bergaun merah menyala menyongsong kedatangan mereka.
    “Francesco, kukira kau tidak datang. Antonio sampai khawatir harus memulai acara tanpa kehadiranmu.” Kalimat demi kalimat menyembur dari bibirnya yang dipoles sewarna dengan gaunnya. Keseluruhan penampilan wanita itu membuat tubuhnya terlihat semakin bulat.

    “Maafkan aku, Bibi Camille. Jalanan kota Chicago di malam hari memang selalu macet.” Jawab Francesco sambil tersenyum, tetapi matanya melirik Lucia yang pura-pura sibuk membetulkan rambutnya yang sudah rapi.
  “Sudahlah, ayo kita masuk. Antonio sudah menunggu dari tadi.” Camille Ambrosetti menggandeng Francesco dengan tangan kanan dan Lucia dengan tangannya yang satu lagi.
    Seorang pria berkaca mata hitam mengamati Lucia dari meja bar.

17 Juni, tengah malam
    “Sudah kau amati wahjahnya baik-baik?”
    “Dia cantik sekali.”
    Suara di seberang sana terdiam.
    “Jangan cemas, dia akan mati sebelum Independence Day.”

  Keluarga Ambrosetti terkenal sebagai salah satu keluarga mafia terbesar di Amerika Serikat. Walaupun sang Godfather, Luciano Ambrosetti sudah meninggal dunia karena stroke lima tahun yang lalu, seluruh kegiatan legal maupun ilegal dapat dikelolah dengan baik oleh putra tunggalnya, Francesco Ambrosetti.

24 Juni
  “Yang benar saja, Frank? Aku tidak mau tinggal di tempat yang membosankan itu.” Protes Lucia. Digebraknya meja kerja Francesco dengan marah.
    “Kau harus mau. Paling tidak sampai aku menyusul ke sana.” Jawab Francesco tenang. “Kau sudah baca surat kabar hari ini? Ada perusahaan kita yang mendapat masalah dengan pihak kepolisian. Kejadian ini sudah yang kelima kalinya dalam kurun waktu enam bulan. Akan ada pertemuan besar di sini dan aku tidak mau kau menggangguku.”
   “Bukankah selama ini kau tidak pernah mereasa terganggu olehku? Kau pasti menyembunyikan sesuatu.” Tuduh Lucia.
   “Kemasi kopermu! Pesawat akan berangkat satu jam lagi.” Francesco memberikan tiket pesawat kepada Lucia.
   “Tidak bisakah aku naik pesawat pribadi saja?” Lucia mencoba membujuk Francesco untuk terakhir kalinya. Francesco menggeleng tegas.
   Lucia sudah pergi sambil membanting pintu.
   Francesco memastikan suara langkah lucia sudah tidak terdengar lagi lalu mengangkat gagang telepon.
   “Halo...” Terdengar suara pria menjawab.
   “Doug, dia sudah berangkat. Cepat kau bereskan dia!”

   Ada satu peraturan yang tidak boleh dilanggar dalam keluarga Ambrosetti. Setiap pria hanya boleh memiliki satu istri. Tidak ada yang boleh melanggar peraturan itu atau dia akan dikeluarkan dari keluarga dengan tidak hormat.
  Douglas O’Neil adalah anak hasil hubungan gelap Luciano Ambrosetti dengan aktris film porno bernama Tracy O’Neil. Douglas dilahirkan setahun setelah Francesco. Wajah dan postur tubuhnya pagaikan pinang dibelah dua dengan Francesco. Hanya ada satu perbedaan di antara keduanya, Francesco bermata hitam sedangkan Douglas mewarisi mata biru ibunya. Francesco tidak pernah mengenal Douglas sampai ayahnya memberitahu bahwa Francesco memiliki seorang adik tiri sebelum dia meninggal dunia. Francesco terus menyimpan rahasia ini. Bahkan ibunya sendiri yang meninggal setahun yang lalu tetap menganggap bahwa Luciano Ambrosetti adalah suami paling setia di dunia.

  Lucia menghempaskan tubuhnya ke kursi pesawat dengan kesal. Bayangan bahwa dirinya harus menghabiskan waktu di kota sekecil Crimson City membuatnya ngeri. Lucia sudah terbiasa hidup mewah dan glamor. Sekarang dia harus tinggal di vila sederhana di kota kecil yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Chicago.
   “Sialan! Apa yang harus kulakukan di sana? Berkebun?” Gerutu Lucia kesal. Para penumpang dipersilahkan memakai sabuk pengaman karena pesawat akan segera take off. Lucia melihat pria yang duduk di sampingnya sedang melihat keluar jendela tanpa menghiraukan pemberitahuan tersebut. Pria itu masih muda, kira-kira dua puluh lima tahunan. Rambutnya pirang panjang seperti Axl Rose dan pakaiannya pun mirip vokalis grup Gun’s N Roses itu.
   “Tuan, pakailah sabuk pengaman anda. Pesawat akan segera berangkat.” Lucia menepuk bahu pria itu.
   Pria itu menoleh lalu tersenyum lebar, “Halo Lucia, rindu padaku?”

  Lucia dan Douglas duduk berhadapan di meja makan vila.
 “Bagaimana dengan pertemuan pentingmu, Frank? Aku takut kau Cuma membuang waktu dengan menemaniku di sini.” Sindir Lucia.
  Douglas sudah melepas rambut palsunya yang panjang. Dengan T-shirt putih tanpa lengan dan jeans belel yang berlubang di lutut, Douglas tampak lebih muda dari usianya. Dia memakai lensa kontak hitam untuk menutupi mata birunya. Bahkan Luciano sendiri pun tidak akan dapat menebak kalau dia bukan Francesco.
  “Kau lebih penting dari semua itu, Lucia.”
  “Sejak kapan kau jadi begini romantis?”
  “Sejak aku tiba di sini.” Jawab Douglas kalem. Dia mengamati Lucia. Dari jarak dekat seperti ini Lucia tampak lebih cantik dengan wajah khas Italianya. Kalau bukan karena perintah Francesco, dia tidak akan tega membunuh Lucia. Apa boleh buat, Francesco adalah kakak sekaligus bosnya.

Selasa, 25 September 2012

Kesombonganku Ada di Ketidaktahuanku

Aku tau kau lelah
Aku tau kau sakit
Aku tau kau butuh itu
Aku tau kau berusaha

Aku tau tak mudah jadi kau
Aku tau perjuanganmu tak henti
Aku tau keinginan kita sama
Aku tau kau menyesali kekasihmu

Tapi..
Terpikirkah untuk koreksi diri
Terbesitkah untuk memikirkan perasaanku

Jauh di dalam diriku kau begitu penting tapi... Hati ini sakit untuk bisa memahami dirimu yang tak pernah bisa memahamiku.

Aku iri melihat orang lain yang mempunyai topangan hidup
Aku iri mendengar mereka punya sandaran kepala
Aku ingin seperti mereka tapi itu seperti mimpi di siang bolong yang membuat hati semakin gunda dan tak mampu berpikir jernih.

Ingin ku lampiaskan kekesalan ini pada dirimu
Aku ingin merubah dirimu
Tapi seketika itu juga aku menyadari bahwa kekasihmu inilah penyebabnya

Bagaimana mungkin aku menyakiti engkau
Aku menghadapi dilema luar biasa
Kekasihmu atau kamu yang harus ku sadarkan

Tak sadarkah kau bahwa aku berusaha menarikmu dari liang kehancuran
Aku tak ingin melihat kau terjauhi
Tak terjamah oleh siapa pun karena mereka membenci dirimu jua
Aku ingin kau sadar, jadi...

Tolonglah,
Untuk bisa memahamiku
Karena aku yakin jalanku tak salah
Karena aku menyertakanNya di jalanku
Karena aku memohon ampun untuk setiap kesalahanku terhadapmu
Sehingga ku yakin Dia bersamaku

Karenanya, ikutlah jalanku
Dan kau kan lihat ketika kau bisa menerimaku
Bahwa kita akan bahagia, bersama

Aku mengasihi kamu, dan kamu mengasihi aku dengan segala yang ada pada kita masing-masing
Tentu dengan segenap jiwa dan akal sehat yang kita tampakan dari perbuatan kita

Itu keinginanku yang ternyata jauh berbeda dengan apa yang di dalam benakmu
Aku tak mampu lagi, tak mempunyai kekuatan lagi untukmu
Habis sudah kata-kata yang harus ku ucapkan

Mulai hari ini tak ada sepatah kata lagi yang bisa ku sampaikan
Selamanya, tak akan pernah lagi
Mungkin kejam, mungkin jahat
Tapi kiranya kau menyadari bahwa aku akhirnya menyerah atas usahaku selama ini yang tidak berbuah apa-apa

Biarlah keheningan menyelimuti kita dan aku tidak akan perduli lagi apapun yang kau lakukan dan kau katakan
Sungguh, aku akan berusaha untuk tidak meresponnya lagi
Karena rasanya bagi ku sudah habis waktuku ku gunakan untuk menyadarkanmu

Selamat berjuang untuk hidupmu
Tak akan lagi orang terdekatmu ini menyentuhmu, mengrecokimu, bergumam tentangmu
Semoga kau mampu bermimpi indah tentang hidup ini yang aku yakini itu sulit bagimu

Aku akan coba untuk mengalihkan pandangan ku agar aku mampu lewati hari demi hari dengan kebahagiaan
Karena hanya dengan itulah aku bisa bahagia

Biarlah kita jalan masing-masing dan coba atasi rintangan kita tanpa lagi mengandalkan satu sama lain

Selamat tinggal...

Sabtu, 22 September 2012

DHT (Part 1)

Mengandung selama 9 bulan 10 hari, itu normalnya. Tapi janin satu ini sepertinya betah di dalam sana. Sampai pas hari H (14 Sep'12) pun tanda2 mau dateng seperti kontraksi ga ada terlihat. Sama seperti saya waktu lahir molor 2 minggu dari jadwal seharusnya.

Agaknya janin satu ini nakal dan hiperaktif. Tiap hari joget2 di dalam sana ga kenal waktu, ga pagi ga malem. Kalo nendang kenceng banget. Tapi pas dipegang langsung diem.

Setelah 1 minggu berlalu baru deh ini jagoan berani nongolin batang idungnya. Walaupun sebenernya dia ga punya batang idung alias pesek hehehe... Tapi setidaknya penantian yang kami tunggu datang juga.

Jumat, 21 Sep
Pk. 02.00:
Gangguan mulai terasa, kontraksi mulai muncul setiap 15-20 menit sekali. Namun berdasarkan kesaksian si ibu tingkat kesakitannya masih bisa ditahan tapi cukup sakit untuk bikin ga bisa tidur lagi sampe pagi. Berhubung jam 9.00 Kristina ada janji ke dokter untuk periksa sekaligus USG, jadi saya ga terlalu prihatin dan berangkat kerja seperti biasa.

Pk. 16.45
Saya baru sampai rumah dan menemukan istri di dalam bathup mandi berendam air hangat sambil mengerang kesakitan tiap 4-5 menit sekali. Sekedar info, berendam air hangat bisa sedikit membantu menghilangkan rasa sakit akibat kontraksi selama masa penantian melahirkan. Sambil berendam dan pas kontraksi tidak menyerang, Kristina bercerita tadi pagi waktu berangkat jalan ke RS tiba2 ada Om2 naik mobil nawarin tumpangan. Om2 dari Philipina ini ternyata punya anak seumuran Kristina juga. Waktu Kristina memuji dia kok baik banget mau nganterin, si Om merespon: "Pagi2 harus berbuat baik dulu, biar nanti siang saya bisa berbuat jahat." Maksudnya bercanda yang setelah itu dijelasin sama si Om yang intinya kalo orang sudah mendapat berkat dan menyadari berkat itu dari Tuhan pasti dia mau berbagi dengan orang lain. Nah berbagi itu sendiri ga bisa dipaksakan dan cenderung reflek bila terbiasa melakukannya karena berasal dari hati. Hati yang berbahagia biasanya lebih mau berbagi dengan orang lain ketimbang hati yang resah dan penuh kekhawatiran.

Ok, lanjut ke ceritanya Kristina yang lagi curhat di bathup. Sampe di RS isinya rame banget orang2 yang mau periksa juga. Sambil menahan sakit yang semakin sering Kritina pun baru dilayani jam 11 yang hasilnya adalah baru Bukaan 1 dan disuruh pulang menunggu di rumah. Sesampai di rumah Kristina bilang kalo kontraksinya semakin sering dan lebih sakit. Tapi 3 kali dia telpon bidan katanya nanti, nanti, nanti, belum waktunya. Para bidan yang terima telpon Kristina pastinya beda2 tapi mereka yakin Kristina belum waktunya berdasarkan suara Kristina yang masih terkontrol.

Sampai pada telpon yang keempat, kebetulan saya udah pulang kerja waktu itu, emosi Kristina mulai labil. Dia mulai marah2, emosional dan teriak2. Telpon kali ini bidannya bilang "Oke, ke RS sekarang" Berdasarkan pengalaman ini anda bisa akting mengerang dan memunculkan suara yang emosional supaya bisa cepet di suruh ke RS. tapi resikonya adalah kalo sampe Bukaannya masih kecil anda pasti di suruh pulang lagi.

Pk. 17.45
Karena belum punya mobil jadi saya booking taksi yang seharusnya datang 15 menit kemudian. Tapi taksinya ternyata tak kunjung datang. Sambil marah2 Kristina bentak saya untuk tunggu di luar aja, jadi taksinya ga pake acara nyasar dulu. Sambil nunggu taksi, tau2 ada Om2 umur 60an tahun berenti depan rumah tanya jalan keluar ke jalan raya. Sepertinya dia nyasar dan saya udah jelaskan arah jalan keluar tapi sepertinya konsentrasi si Om buyar setelah lihat Kristina keluar rumah sambil nahan sakit. Saya ga tau ini dari Tuhan atau kebetulan, si Om langsung nawarin mau nganter ke RS. Win Win Solution, pasalnya RS nya berada di jalan raya juga. Saya jadi penasaran itu Om2 siapa ya?

Ga ada 5 menit kami udah sampe RS nya. Kami masuk dari pintu Emergency seperti yang udah dijelaskan di kelas hamil dulu. Waktu masuk semua mata memandang suara Kristina yang menahan rasa sakit. Dan saya pun jadi bahan cubitan dan jambakan ketika menunggu petugas Bagian Kelahiran menjemput dengan kursi roda.

Pk. 18.30
Pemeriksaan janin pun dimulai. Pemeriksaan dilakukan seperti yang pernah saya lihat, memasang 2 alat pada perut Kristina. Yang satu buat mengetahui detak jantung si janin, satunya lagi buat mengetahui tingkat kontraksi. Tapi pemeriksaan kali ini ada yang tidak lazim bagi saya. Tangan si bidan masuk ke dalam vagina Kristina sambil bilang udah Bukaan 5.

Ashlee, bidan yang sabar banget bantu lahiran Kristina tiba2 ngajak pindah kamar bersalin setelah tau udah Bukaan 5.

Pk. 20.00
Setelah 1 jam di kamar bersalin dan selalu direngekin Kristina yang minta obat penahan rasa sakit, Ashlee bilang kalo ini udah waktunya lahiran. Dia langsung terlihat terburu2 dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Seiring dengan itu Kristina pun terlihat sedikit nervous.

Namun apa yang terjadi justru malah anti-klimaks. Tak ayal sampe 2 jam ke depan Kristina diminta untuk ngeden tapi bayinya ga keluar2. Mentok2 cuma sampe keliatan ubun2nya doank.

Kristina terlihat lemas dan dia udah beberapa kali bilang ga kuat lagi. Akhirnya Jean bidan ke-2 bilang ke Kristina "Kita coba sekali lagi kalo masih ga bisa juga kita akan bius mulut vagina kamu dan kita gunting sedikit.

Beneran aja, apa yang paling mengerikan dari melahirkan yang pernah saya bayangkan terjadi di Kristina. Saya pernah diceritain temen (cewe) dari proses melahirkannya dimana vaginanya digunting sampe ke lobang pantat. Ouch... Ga kuat bayanginnya.

Jujur aja, saya ga kuat waktu liat mulut vagina Kristina digunting, jadi saya alihkan perhatian saya ke ngusap2 Kristina sambil motivasi dia. Tapi untungnya setelah digunting kira2 2-3 kali ngeden kepalanya bisa keluar. Ngeden berikutnya Deo langsung brojol. Huhuhu... Suasananya waktu itu bener2 mengharukan saya gemetan waktu video-in. Bukan karena ngeri darahnya tapi karena efek sentimentil yang ga abis dibayangkan. Di depan saya ada duplikasi diri saya yang dipadukan dengan gen Kristina.

Bener2 ga bisa dijelaskan dengan kata2. saya ga tau harus bilang apa untuk menjelaskan suasana hati saya waktu itu. Ga terlupakan, bener2 mengesankan. Terutama melihat perjuangan Kristina. Hebat, bener2 hebat. Walaupun kepala Deo seperti alien dan hidungnya pesek akibat terjepit di vagina Kristina selama 2 jam ngeden, saya tetep happy. Hehehe...

Saya sengaja merekam momen2 melahirkan tersebut supaya kalo nanti Deo udah gede dan dia mulai kurang ajar, video ini kiranya bisa mendidik dan menyadarkan dia tentang arti menghormati orang tuanya.

Selasa, 18 September 2012

Awal Segala Pengetahuan Ialah...

Ini dia satu lagi saya temukan keuntungan takut sama Tuhan, bikin hidup kita lebih damai dan tenang.

Jadi ceritanya ada anak baru di pabrik tempat saya kerja sekarang, namanya Vincent, orang China, maksud saya bener2 dari China. Bahasa inggrisnya dableg, kalo diajak ngomong tanggapannya "Hmm... Aaaa,... Eeee... Ooo..." Intinya ini anak kagak bisa bahasa inggris tapi berlagak seperti bisa menanggapi. Menurut saya pertanyaannya aja dia pasti kagak ngerti jadi boro2 bisa jawab. Yang bikin sebel ini anak kenapa harus berlagak ngerti ya? Kalo emang ga tau pertanyaannya kenapa ga tanya lagi sih? Jadinya kan malah menghambat kerjaan.

Waktu dia baru masuk, saya sempat bincang2 sama dia menanyakan visa yang dia pake dan dimana dia kerja sebelumnya. Dan jawabannya cukup mengagetkan saya. Dia pake Working Visa disponsorin GUILDA, pabrik tempat kami bekerja dan sebelum kerja di GUILDA Melbourne dia udah kerja 5 bulan di GUILDA pusat (Bribane).

Yang bikin saya struggling adalah setelah saya korek2, Vincent ini gajinya $21,64/jam lebih gede dari saya dan dia terlihat seperti ga tau apa2 dengan kerjaan yang udah pernah dia lakukan sebelumnya. Saya sering liat dia dimarahin sama Jimmy, Supervisor nya, gara2 kerjaannya masih salah2, ga teliti dan bahkan dia ga bisa jawab pertanyaan mudah, misalnya waktu ditanya warna plastik yang diminta kurang terang, sebaiknya ditambah warna hitam atau putih? Pertanyaan ini anak lulusan SD Impres juga bisa jawab. Kalo mau tambah terang ya tambahin warna putih. Tapi dia malah "Hmm... Aaa... Eee..." Hadeh, bohwat dah gw. Dan lagi, dia kan udah ada pengalaman 5 bulan di perusahaan yang sama dengan kerjaan yang sama pula, konyol kalo sampe kinerjanya seperti itu.

Pengalaman dengan Vincent ini sebenernya mudah bagi saya untuk mengontrol emosi dan rasa iri hati karena dia dibayar lebih tinggi. Karena sebelumnya saya udah pernah berhadapan dengan situasi yang mirip di tempat kerja yang sama tapi dengan orang di bagian produksi. Namanya Mean orang Kamboja. Kalo kerja otaknya ga pernah dipake. Maaf, saya tidak menemukan istilah yang tepat, karena memang itulah kenyataannya. Dia seperti bodoh atau apa gitu, dan ga punya inisiatif dalam mengerjakan tugasnya. Kalo kerja lebih parah dari robot. Kalo robot, disuruh apa ya itulah yang dikerjakan. Kalo Mean ini udah ga punya inisiatif, kerjaannya selalu saya bantu, apa yang disuruh masih salah. Padahal dia megang kerjaannya udah 3 tahun dan gajinya $25/jam. Dan segitu pun dia masih nuntut bos untuk naikin lagi. Pengen banget saya ngomong sama dia: "Mean, kita tukeran posisi yuk. Tukeran kerjaan sekaligus gajinya, gimana?" Pengen tau apa responnya.

Nah ada cerita lain lagi yang mirip2 karena merasa diperlakukan tidak adil. Kali ini dari temen yang bilang dia BT banget pas tau ternyata ibu kos nya mengenakan uang listrik ke dia lebih tinggi dibanding anak2 kos lainnya. Belum lagi janji yang pernah terucap dari si ibu kos yang ternyata pada saat ditagih janji itu, si ibu kos berlagak lupa bahkan berusaha meyakinkan kalo dia ga pernah janji. Rese kan kalo gitu. Kita udah ngarep2 eh ternyata kecewa.

Dulu waktu masih jadi tukang cuci piring, saya juga pernah ngerasa diperlakukan tidak adil. Jadi tukang cuci piring jauh lebih berat ketimbang jadi waiter/waitres. Energi yang terkuras jauh lebih banyak, resiko yang mungkin terjadi pun lebih besar. Tapi gaji saya justru lebih kecil ketimbang para waiter/waitres. Dan mereka para waiter/waitres dapat pembagian tips yang diperoleh dari customer yang datang pada hari itu. Saya dapet apa? Nothing. Cuma gaji doank yang besarnya udah ditentukan diawal. Menurut saya, saya udah diperlakukan tidak adil. Tapi bagi management mungkin lain.

Nah, karenanya saya penasaran sama orang2 yang ga punya pegangan hidup, orang2 yang ga percaya eksistensi Tuhan, orang2 yang hanya mengandalkan kemampuannya sendiri, kalo menghadapi kasus2 di atas, apa yang membuat kalian masih mau survive? Alasan apa yang membuat kalian masih mau bertahan? Bagaimana kalian menanggapi setiap kepedihan2 itu? Apa kalian masih menganggap hidup ini indah jika seumur hidup kalian alami itu terus? Berat kan? Susah kan? Kalian ga punya alasan yang kuat untuk menghargai orang yang mengecewakan kalian selain untuk alasan uang, relasi bisnis, dan/atau apapun itu bentuknya.

Kalian akan selalu merasa hidup ini ga aman, persaingan dimana2. Memang betul kita harus bersaing, tapi dengan takut Tuhan, kita bisa bersaing dan berkembang disertai dengan hati yang damai bukan dengan keinginan menjatuhkan orang lain. Dengan takut pada Tuhan sikap kita lebih rendah hati, ga arogan, nada bicara ga tinggi, dan tidak ada keinginan untuk menjatuhkan orang lain. Bahkan kita masih bisa enjoy the life walaupun kesusahan terus mendera.

Kanan-kiri pada "sikut2"an? Enjoy the life.
Di kerjaan ditusuk dari belakang? Enjoy the life.
Ente dianggap lugu karena takut Tuhan dan orang2 memanfaatkan ente? Enjoy the life.

Karena orang2 yang takut Tuhan pasti mengerti akan esensi hidup ini. Mereka bukan mengejar hal2 yang ada di sini tapi hal2 yang bagi kebanyakan orang dianggap konyol dan useless.

Bagi seorang atasan yang ga takut Tuhan, memperkerjakan staff yang takut Tuhan merupakan hal kesialan. Misalnya si staff tidak kooperatif untuk membuatkan laporan keuangan ganda. Tapi dari sisi lain si atasan tidak sadar bahwa ketika dia memperkerjakan staff macam ini, segala aspek bisnis, relasi, dan lingkungan tempat bekerja sedang dilimpahi berkat. Karena kehadiran staff inilah Tuhan mau memberkati perusahaan tersebut.

Karenanya mungkin kita pernah liat atau denger di berita, kok orang jahat kaya dia bisa sukses ya? Seolah2 Tuhan memihak ke dia. Salah satunya adalah dikarenakan hal yang saya sebutkan di atas.

Jadi intinya menurut pengalaman saya pribadi, menjalani hidup dengan takut pada Tuhan jauh jauh jauh lebih mudah ketimbang dengan menjadi Atheis. Akhir kata, hidup ini pilihan. Pilihlah pilihan yang tidak mempersulit anda karena hidup ini sudah sulit.

Senin, 17 September 2012

Rich Man, Poor Woman

Pic from here
Pertama denger judul film ini saya langsung males dan sama sekali ga ada keinginan untuk nonton. Pasalnya dengan judul seperti ini udah pasti temanya “Makjang”, drama Korea yang alur ceritanya udah bisa ditebak dimana si cewek miskin suka sama cowok yang kaya. Terus orangtua si cowok ga setuju dengan hubungan mereka.

Tapi pas saya denger dramanya udah sampe episode 9 dan tamat di episode 11, saya baru tau ternyata drama ini bukan drama Korea melainkan Jepang dan menurut saya ceritanya menarik, walaupun temanya pasaran sih. Yang membuat saya tertarik dengan drama Jepang satu ini adalah cara kepemimpinan Toru Hyuga sebagai seorang atasan sekaligus pendiri perusahaan  “Next Innovation”. 80% figur seperti inilah yang saya rencanakan dalam impian saya kalo nanti saya bisa mendirikan perusahaan saya sendiri.

Drama ini berkisah tentang seorang Toru Hyuga yang sukses di usia 29 tahun dengan memiliki kekayaan yang sudah bisa disamakan dengan para konglomerat di Jepang pada waktu itu. Berawal dari perusahaan yang ia dirikan, Next Innovation, bisnisnya menjalar ke bermacam2 segmen seperti restoran, saham, properti, art design, gadget, elektronik, dll. Tapi main bisnisnya tetep Next Innovation, sebuah perusahaan game (permainan) yang menuntut dan menekan setiap karyawannya untuk selalu berinovasi menciptakan game2 baru. Setiap 3 bulan dia melakukan pemecatan terhadap karyawan yang dirasa kurang produktif sehingga menyebabkan biaya perusahaan membengkak karena harus membayar pesangon. Namun di tengah pembengkakan biaya akibat bayar pesangon Next Innovation mampu meraup keuntungan yang terus meningkat karena inovasi yang dilakukan terus menerus.

Toru Hyuga mendirikan Next Innovation berkat dorongan dan kerjasama dari temannya Asahina yang memutuskan resign 8 tahun lalu dari perusahaan tempat dia bekerja setelah terkesan dengan Toru Hyuga yang tidak mau menerima tawaran perusahaan untuk menjadi programmer di perusahaan tersebut. Mereka bertemu pertama kali ketika Toru Hyuga mempresentasikan konsep program yang hendak dia buat namun Toru Hyuga menolak untuk menjadi karyawan.

Toru Hyuga tidak pernah menyelesaikan SMA nya karena dia drop out dan dia mempelajari segala hal secara otodidak. Ketika dia sudah memiliki konsep dan rencana di kepalanya, maka dia mampu untuk tidak tidur dan menyelesaikannya dengan puas hati. Toru Hyug mengidap Prosopagnosia (face recognition deficiancy) ketidak-mampuan dalam mengingat nama dan wajah. Karenanya setiap nama karyawannya tidak ada yang dia ingat. Namun ada 2 nama yang selalu ada di benaknya sehingga dia tidak pernah lupa, mereka adalah Chihiro Sawaki (ibunya) dan Asahina, partner kerjanya yang saya sebutkan tadi di atas dimana nanti dikemudian hari akan menikam Toru Hyuga dari belakang.

Makoto Natsui, wanita cerdas lulusan universitas ternama, Universitas Tokyo dengan kemampuan memori otak yang sangat kuat. Dia mampu mengingat segala hal dalam waktu singkat. Namun nasibnya selalu sial, dia tidak pernah diterima kerja padahal sudah 40 interview dia lewati. Namun ketika Next Innovation membuka lowongan dia bisa diterima kerja sebagai karyawan panggilan dikarenakan dia menyebut nama Chihiro Sawaki sebagai namanya ketika Toru Hyuga memintanya untuk keluar karena dia tidak memenuhi syarat.

Makoto Natsui ingat ketika dia masih SMA bahwa ia pernah bertemu dengan Toru Hyuga waktu Toru datang ke desanya untuk mencari ibunya, Chihiro Sawaki. Toru Hyuga ditinggal pergi oleh ibu kandungnya sejak masih kecil. Dan kenangan terus terbayang dan memacu dirinya untuk mencari dimana keberadaan ibu kandungnya. Chihiro Sawaki memang benar tinggal di desa itu namun berpesan pada Makoto untuk tidak memberitahukan keberadaannya para Toru Hyuga.

Suatu hari Toru Hyuga terpaksa harus resign dari perusahaan yang dia dirikan dikarenakan Asahina, partner kerjanya yang semakin hari semakin tidak bisa menerima keadaannya yang selalu menjadi nomor 2. Rasa ingin menjadi nomor 1 telah menggelapkan matanya dan mengorbankan persahabatan yang sudah terbina 8 tahun dengan Toru.

Drama ini cukup singkat dan hanya 11 episode ditambah episode spesial, yakni episode asal mula bagaimana Next Innovation berdiri, dan bagaimana Toru Hyuga bertemu dengan Asahina dan Tono, salah seorang programmer yang turut bergabung dengan Next Innovation namun berbeda visi sehingga Tono terpaksa keluar karena mengganggap Toru dan Asahina adalah para pimimpi yang punya impian terlalu muluk.