About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Jumat, 06 Desember 2013

Mount Macedon

Buat pendatang seperti saya di Ausi pasti ga akan sempat tau ada tempat wisata alam yang menarik di daerah barat Melbourne City. Bahkan orang2 lokalnya sekalipun saya ga yakin mereka tau karena tempatnya gratis dan kurang promosi. Saya pecinta gunung dan udara dingin dan Mt Macedon menjawab keinginan saya. Hanya saja untuk menikmati pemandangan awan harus diwaktu terik  jadi ga ada dingin-dinginan deh.

Ada banyak desa yang masuk dalam area Gunung Macedon ini dan kami secara random memilih Hanging Rock yang terletak diantara 2 desa yakni Newham dan Hesket. Di sini kami menemukan ada batu2 besar yang tumpang tindih akibat dari letusan magma gunung berapi. Katanya sih kejadiannya udah 6 juta tahun yang lalu jadi batu2 ini bisa jadi adalah saksi mata kehidupan dinosaurus.

Berlanjut ke Memorial Cross, spot berbeda dari Hanging Rock. Kira2 cuma 15 menit naik mobil dari Hanging Rock. Di tengah perjalanan ada banyak sapi2 yang berkeliaran sambil makan rumput dan tentunya hamparan hijau rumput dan gunung menghiasi jendela kaca mobil. Stres pun langsung hilang apalagi waktu hirup udara bersihnya, wuih... seger banget. Kagak bisa didapet di Jakarta ini mah. Tapi buat beberapa orang memang lebih memilih Mall ketimbang wisata alam. Jadi buat mereka pecinta Mall saya yakin artikel ini sih ga menarik.


Memorial Cross ini tempatnya ga ada yang istimewa, hanya saja pernah terjadi kebakaran hutan di sini dan menewaskan seorang pengunjung. Di Memorial Cross ini terdapat tugu salib besar yang menghadap ke lembah. Tugu salib ini didirikan oleh William Cameron tahun 1935 untuk mengenang anaknya yang meninggal di perang dunia pertama.

Ada yang menarik di tempat ini yang hanya memiliki satu jalan menuju salib besar. Waktu baru masuk dari gerbangnya, tempat ini hanya pohon2an tak terawat dan semak2nya pun cukup tinggi menghiasi pinggiran jalan setapak yang kami lewati. Seperti di hutan, terasa gersang dan panas. Tapi ketika masuk terus mendekati salib besarnya, ada banyak bunga berwana warni dan tanamanannya pun nampak terawat, terasa sejuk dan tenang.

Perjalanan kali ini sampe di sini dulu. Besok2 rencananya kami mau ke desa yang lain masih di seputar Gunung Macedon ini. Katanya sih ada spot kalo kita me-netral-kan mobil kita, ga lama setelah itu mobil kita bisa jalan sendiri dan nanjak ke atas. Bukan magic bukan sihir, ini udah barang tentu kerjaannya magnet bumi. Kan ada gunung berapi di sekitar situ. Ditambah lagi katanya sih posisinya pas diantara lempeng bumi. Jujur, ga ngerti saya soal ginian...







 

Sabtu, 23 November 2013

Pekerjaan Ketujuh

Tak lain dan tak bukan, alasan saya untuk mendapatkan pekerjaan ketimbang ngendon di rumah adalah uang. Waktu Eog anak saya sudah berumur 6 bulan dan kami merencanakan mertua saya untuk didatangkan ke Melbourne untuk ngurusin Eog, sejak itu saya mulai berpikir pengurusan Eog akan semakin mudah dan saya sendiri akan semakin banyak waktu luang. Selain berencana menghabiskan nya untuk hobi saya pun mulai ngelamar kerjaan casual part time sebagai waiter.

Kalo ada yang inget dengan postingan saya, dulu kami sempet punya kenalan di Melbourne ini selama setahun, namanya Reza. Kebetulan dia dulu waiter di Chilipadi cabang Watergarden. Tiap saban hari dia selalu punya cerita yang menarik dari tempat kerjanya. Dari sistem restorannya yang tertata cukup apik ditambah sang manager yang menurut Reza adalah tipe ideal dan sangat profesional. Nah di restoran yang sama inilah saya bekerja sekarang, Chilipadi Watergarden, Malaysian restaurant.

Kemampuan sang manager ketika dealing dengan customer yang komplen sangat memicu saya untuk mau tau dan belajar dari orangnya langsung. Ha3... ini dia kekuatan edifikasi, pengalaman dulu waktu jalanin MLM, kalo kita sering promosiin sesuatu terus2an, lama2 orang pasti tertarik (setidaknya jadi pengen ngebuktiin apa bener omongan nya tersebut).

Singkat cerita saya kasi CV saya langsung ke restonya dengan menyambanginya dan hanya perlu nunggu 1 minggu ditelpon untuk interview. Intinya saya diterima kerja dan ini adalah untuk kali pertamanya saya kerja jadi waiter. Biasanya kalo kerja di resto saya selalu jadi tukang cuci piring padahal apply nya waiter.

Setelah beberapa hari kerja saya baru sadar ternyata yang interveiw saya adalah pengganti sang manager yang diceritai Reza. Yang artinya si Manager udah ga bekerja di situ lagi. Aduh, sayang banget ga sempet belajar deh. Tapi mari dilihat dulu sang pengganti ini, apa yang bisa saya pelajari dari dia.

Singkat cerita kesimpulan saya tentang si pengganti manager (PM) ini adalah negatif. Dia hanyalah seorang yang beruntung di tengah banyaknya staff yang disponsorin oleh Chilipadi dan menjadi leader untuk semua waiter/waitress. Hanya butuh waktu 6 bulan bagi dia untuk dijadikan atasan semua waiter/waitress Chilipadi Watergarden. PM sangat kurang pengalaman menurut saya. Yang membedakan saya dengan dia adalah dia tau semua menu Chilipadi baik makanan maupun minuman. Tapi dari segi profesionalisme dan leadership saya merasa lebih unggul dari dia (sombong, uh!)

Saya menyadari perbedaan kami setelah 1 bulan kerja karenanya performance saya langsung merosot setelah itu dan PM semakin mempresure saya setelah dia tau saya menyukai pekerjaan waiter ini walaupun ini hanya pekerjaan sampingan. Dia tau saya mengerjakan setiap tugas yang dikasi dari dia dengan serius dan cepat. Dia pun sadar bahkan pernah bilang sendiri bahwa cara saya kerja keliatan berbeda, ga seperti mereka2 yang tujuannya cuma duit. Tapi pas saya minta naik gaji dia ga bisa mengabulkannya karena menurut dia saya belum sempurna, artinya masih ada cacat walaupun intensitasnya sangat kecil. Ini adalah syarat yang konyol menurut saya karena ga ada manusia yang sempurna.

Menurut pengalaman saya sehebat2nya, sejago2nya orang kerja, bahkan walaupun dia udah bertahun2 ngerjain kerjaan yang sama, saya yakin dia pasti ngelakuin kesalahan juga. Ga usah si PM ini, bahkan head chef nya aja pernah salah bikin makanan. Yang diorder sama yang dibikin beda. Apalagi si PM ini yang masih anak bawang. Udah gitu dia nuntut saya untuk sempurna tapi gajinya sama seperti staff yang baru masuk, kan konyol banget, nget, nget...

PM juga melakukan bullying menurut saya karena dia selalu memaksa saya bekerja tanpa menanyakan kesanggupan saya. PM juga melarang saya untuk ngemil atau makan apapun di jam kerja tapi PM dan istrinya (waitress juga) melakukan kebalikan yang dia suruh ke saya. PM, istrinya, dan beberapa staff lain yang bisa berbahasa Hindi, seringkali berkomunikasi dengan bahasa Hindi tanpa memperdulikan orang di sekitar mereka. PM yang lulusan Hospitality di Melbourne harusnya mengerti bahwa ini sikap yang tidak profesional. Saya sempat komplain tentang keharusan untuk berbahasa inggris selama jam kerja tapi hanya di 'iya' kan tanpa ada perubahan sedikit pun.

Intinya, di sini saya belajar untuk rendah hati walaupun atasan saya lebih 'kecil' dari saya. Saya pun belajar untuk menghargai perbedaan disaat saya mendengar nama saya disebut ketika mereka ngobrol pake bahasa Hindi. Jujur aja, sangat sulit untuk melakukannya tapi saya yakin ketika saya ada di posisi puncak saya harus memiliki karakter itu. Karenanya saya harus bertahan karena saya yakin betul suatu hari nanti saya akan memimpin ratusan orang dengan karakter dan pengalaman yang saya miliki. Kalo saya belum memiliki karakter pemimpin yang baik, berjiwa besar, pantang menyerah alias belum layak menginjakkan kaki di posisi puncak itu, bagaimana mungkin ada sekelompok orang yang mau saya pimpin. Alam semesta (baca:Tuhan) pun ga akan kasi kesemoatan itu karena DIA tau saya ga akan bisa menaggung bebannya.

Jadi saya cuma percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya baik itu masalah keluarga, keuangan, maupun kerjaan, semuanya baik adanya untuk men-training saya menjadi manusia berkualitas. Karena itu sudah terjadi dalam hidup saya, melihat pencapaian2 hidup yang sudah saya gapai sampai di titik ini.

Sangat sulit untuk menjadi 'besar', tapi bukan berarti tidak mungkin...

Selasa, 24 September 2013

Melbourne Aquarium

Kali ini saya mau nge-review jalan2 ke suatu tempat yang udah lama mau dijambangin tapi selalu ga jadi  karena tiketnya yang mahal (menurut standar saya yang pelit ngirit). Dan kali ini berhubung Eog ulang tahun ke-1 sepertinya jadi ada momen khusus untuk untuk ngerayainnya dan kami memutuskan untuk ke situ. Nama tempatnya adalah Melbourne Sea Life Aquarium, atau orang2 Melbourne biasa menyebutnya cukup Melbourne Aquarium. Letaknya ada di ujung jalan antara Flinder Street dan King Street. 

Dari namanya udah barang tentu tempet ini seputar-putar ikan, laut dan lainnya. Kalo di Jakarta kita punya Sea World tapi saya belom pernah ke sana sama sekali jadi ga tau mana yang lebih bagus. Dan kalo dibandingkan dengan Melbourne Zoo, tempat ini termasuknya mahal karena selain harganya yang lebih tinggi dari Melbourne Zoo, tempatnya pun lebih kecil. Dulu waktu pertama kali ke Melbourne Zoo, saya dan Kristina ga sempet ngeliat semua binatangnya tau2 udah sore dan mau tutup. Tapi Melbourne Aquarium ini, kami sampe muterin 2x aja masih ada sisa 1 jam lagi menjelang tempetnya tutup.

Harga tiket masuknya sebesar $38 per orang dewasa. Untuk anak2 saya ga tau berapa tapi mereka yang dibawah 4 tahun terhitung gratis. Selain melihat2 ikan, bintang laut dan sejenisnya, ada beberapa acara yang bisa kita ikuti seperti presentasi dari petugasnya yang sangat informatif tentang hewan2 laut pada masing2 spot.

Misalnya saja di tempat bintang laut sebagai spot pertama yang dapat kita jambangi ketika pertama kali masuk. Kita diajarkan cara yang benar untuk meraba bintang laut, yakni jangan diangkat melewati batas air karena bintang laut tak bisa hidup sekejap saja tanpa air. Atau di tempet lainnya di aquarium paling besar dimana terdapat ikan hiu nya di sana. Pada jam tertentu ada petugas yang bertugas menjelaskan seperti apa tindak tandauk ikan predator ini.

Di spot2 berikutnya setelah bintang laut, ada banyak ikan2 yang saya belom pernah liat. Tentunya yang bikin menarik dari ikan air laut adalah warna warni dari ikan tersebut dan bentuknya yang lucu2. Ada banyak sekali ikan2 unik selain dari ikan badut yang terkenal sebagai “Nemo”. Ini dia yang dinamakan kekuatan brand marketing ketika semua orang memanggilnya bukan lagi Clown Fish tapi Nemo. Sama seperti Odol, Indomie, Chiki yang harusnya namanya pasta gigi, mi instan, dan camilan.

Di spot aquarium yang terdapat ikan hiunya ada satu pajangan sebuah kaca transparan dengan ketebalan kurang lebih 1½ jengkal tangan saya. Kaca tersebut mau menjelaskan bahwa setebal itulah kaca aquarium yang ada di sekitar kami waktu itu. Dengan ketebalan tersebut mempengaruhi daya visual kita dimana ukuran ikan atau hewan2 lainnya yang berada di aquarium tersebut lebih kecil 1/3 kali dibanding ukuran aslinya. Jadi bisa kebayang deh waktu itu ngeliat ikan hiu yang gedenya segede orang. Atau ikan pari yang lebarnya seawang-awang.

Dari semua ikan2 ini kalo ditanya nama ikannya apa aja? Sejujurnya saya melewati bagian itu karena percuma saja mengingatnya karena nanti pasti lupa juga. saya tipe orang visual dimana lebih mudah mengingat bentuk, warna, dan situasi daripada harus mengingat nama yang bagi saya harus menguras kalori 3x lipat untuk memompa nutrisi ke otak supaya ingat yang akhirnya pasti lupa juga. Kalo nonton film aja saya lebih inget jalan ceritanya ketimbang judul film, nama peran, atau nama artisnya.

Ada beberapa ikan yang cukup unik menurut saya. Saya lupa nama ikannya tapi ikan ini pernah saya liat waktu saya jalan2 ke Pontianak beberapa bulan lalu. Ikan ini bisa jalan ke darat dengan menggunakan siripnya sebagai kaki untuk mendaki ke darat. Uniknya mereka bisa bernafas dan berdiam cukup lama di darat padahal mereka ini hewan laut. Ada juga ikan yang memiliki wajah seperti orang. Ya, menurut saya sih seperti orang ya karena saya ngerasanya kaya pernah liat orang yang mukanya kaya gitu, hehehe...

Udah pernah liat belom ikan yang berenangnya berdiri tegak lurus? Saya aja baru sadar kalo ikan ini ternyata unik. Di liat sekilas waktu itu mah biasa aja, tapi pas liat2 fotonya lagi, lho, kok ini ikan apaan? Baru tau saya kalo ada ikan yang berengnya tegak lurus, mencuat-cuat ke atas.

Di akhir kunjungan hewan terakhir yang kami lihat adalah Pinguin. Lucunya saya baru tahu kalo Pinguin itu ternyata bertelor waktu saya liat ada yang lagi ngeremin telornya. Dan saya baru sadar kalo Pinguin itu kan termasuknya spesies burung bukan ikan. Lucunya lagi saya baru tau juga nih, ternyata yang ngeremin telornya itu adalah pinguin jantan sementara yang betina bertugas bertelor dan mencari makan.

Dari semua kunjungan tempat favorit saya adalah spot kuda laut. Hewan unik ini memang ga ada abisnya deh. Ternyata bentuknya ga Cuma yang normal2 itu aja yang sering ada di tipi dan film2 kartun. Ternyata kuda laut ada yang versinya mirip batang pohon dan rumput laut. Uniknya hewan ini adalah si jantan lah yang mengandung dan melahirkan anak2nya dalam jumlah puluhan dalam sekali melahirkan.

Sekian cerita jalan2 kali ini. Dari penilaian saya tempet ini cukup bagus dan informatif buat anak2 dan orang tua seperti saya yang kurang informasi perihal hewan.





Selasa, 20 Agustus 2013

SIM Australia

Pic from here
Buat orang Indo seperti saya yang biasa tinggal di Indo dengan mudahnya untuk urusan SIM bisa didapat dengan cepat, ga sampe Rp 1 juta SIM udah keluar dan polisi ga ambil pusing kita bisa nyetir apa nggak yang penting uang udah masuk ke kantong mereka. Lain negara lain pula aturan yang diterapkan di lapangan. Sebenernya peraturan Indo dan Ausi ga jauh beda lah, rambu lalu lintas nya pun sama, hanya saja pemerintah nya aja yang ga mau ngikutin aturan sehingga menciptakan rakyat seperti saya ini yang giliran ketemu aturan malah jadi frustasi waktu mengajukan SIM Ausi. Sistem dan budayanya memaksa manusia2 yang tinggal di benua ini untuk tunduk pada peraturan dan sogok menyogok bukanlah sebuah kebiasaan di sini. Karena bukan kebiasaan otomatis yang melakukan pun sedikit, jadi kalo ketawan ada petugas yang menerima sogokan, dijamin, kerjaannya ga aman lagi, seumur hidup pun akan susah cari kerja karena namanya udah tercoreng.

Untuk bisa nyetir mobil di Ausi, kita harus mempunyai SIM yang layak. Ada beberapa tahap yang harus dilewati bagi mereka yang belum punya SIM Ausi. Tahap pertama adalah Learner (Pemula), dimana si calon pengemudi diharuskan lulus tes dengan menjawab pertanyaan2 yang diajukan di komputer Victoria Road (Instansi yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan lalu lintas di negara bagian Victoria), kalo di Indo mungkin namanya Ditlantas, tapi Ditlantas ga ngurus pembuatan SIM. Lalu polisi di sini kerjanya ngapain? Di sini polisi urusannya berkaitan dengan kriminal dan pelanggar aturan, misal razia SIM dan kadar alkohol pengemudi, atau bikin SKCK tanpa dipungut bayaran.

Ngomongin bikin SKCK, dulu saya sempet lagi ngantri mo bikin SKCK. 2 Orang di depan saya yang sedang dilayani meyakinkan saya kalo dia orang Indo karena dari aksen bahasa Inggrisnya dan passpor nya yang berwarna hijau bergambar garuda. Bikin SKCK harus bawa passport karena polisi akan cek nama kita di sistem pemerintahan nya apakah orang ini berkaitan dengan kriminal atau nggak, contohnya visanya udah kadaluarsa, alias ilegal. Setelah dilayani dan membereskan berkas2nya, pria tersebut terlibat komunikasi dengan sang polisi:
Pria        : Berapa semuanya?
Polisi      : Berapa? Maksudnya?
Pria        : Ini semua, stempel, dsb...
Polisi      : Ga perlu, gratis.
Pria        : Gratis??? (keheranan)

Hahahaha, ga usah si mas itu, saya aja waktu pertama kali heran di sini banyak nemu hal2 yang gratis yang kalo di Indo malah di suruh bayar. Contoh aja masuk Royal Botanical Garden yang suasananya kira2 kaya Kebun Raya Bogor tapi versi 2-3x lebih bagus, gratis.

Ok, balik lagi ke cerita tentang SIM. Jadi sejak Oktober 2012 saya sudah berhasil mendapatkan SIM L untuk pemula hanya dalam sekali tes dengan membayar $50 (kalo ga salah). Nilai saya waktu itu 84% dimana syarat minimum kelulusan adalah 75%. Tiap hari saya latihan dari link yang udah disediakan oleh VicRoad di sini: http://webapps.vicroads.vic.gov.au/vrne/vrlpq.nsf/start?OpenForm dimana pertanyaan yang keluar di waktu ujian 95% persis. Jadi lebih efektif belajar dengan menjawab pertanyaan dari pada belajar dari buku manual yang dijual oleh VicRoad atau bisa download dari internet. Inti dari tes ini adalah kita para kontestan SIM L diajak untuk belajar rambu2 dan peraturan lalu lintas Australia. 98% peraturannya sama kaya di Indo, hanya saja karena orang Indo ga biasa mentaati rambu2 jadi seringnya ga tau maksud/arti dari rambu yang bersangkutan.

Menurut peraturannya dengan SIM L tersebut kita diharapkan belajar praktek menyetir mobil sambil memanfaatkan pengetahuan tentang rambu2 dan peraturan2 lalu lintas yang sudah kita ketahui setidaknya 3 bulan. Dengan SIM L tersebut kita dilarang menyetir mobil sendirian. Harus ada yang mendampingi kita pada saat pemegang SIM L berada di belakang kemudi. Siapakah yang layak mendampingi pengemudi SIM L? Mereka yang memiliki SIM Full (akan saya jelaskan SIM Full di belakang).

Setelah mendapatkan SIM L saya memutuskan untuk membeli mobil sekalian untuk latihan sendiri, belanja, bawa Eog, anak saya, ke Klinik untuk imunisasi, serta urusan2 lainnya. Lho, tadi bilangnya kalo yang memegang SIM L harus didampingi oleh pemegang SIM Full sementara saya yang mendampingi adalah istri kadang malah sendirian. Istri saya ga bisa nyetir yang artinya SIM pun tak ada. Kalo ketemu polisi udah barang tentulah saya akan ditilang denger2 sekitar $200 dan saya ga bisa bikin SIM P selama setahun kedepan. 28 tahun tinggal di Indo sulit sekali menghilangkan budaya melanggar peraturan. Rasanya kalo ga melanggar aturan itu kok ga mirip orang orang Indo, kurang “Nasionalis” rasanya, hehehe (ngeles aja lu ter!).

3 Bulan berlalu dengan belajar nyetir sendiri meyakinkan saya untuk mendaftarkan diri untuk tes SIM P. P yang merupakan singkatan dari Probationary yang artinya kurang lebih “masa percobaan”, memiliki 2 macam warna P Hijau dan P Merah. P Hijau diperuntukan bagi mereka yang berumur lebih dari 25 tahun sementara P Merah diperuntukan bagi mereka yang berumur 25 tahun atau lebih muda. Mereka pemegang P Merah harus melewati 120 jam menyetir tanpa melakukan pelanggaran setelah itu barulah mereka bisa mendapatkan P Hijau yang harus dipegang selama 3 tahun tanpa melakukan pelanggaran. Jika melakukan pelanggaran dan terkena tilang, maka “masa percobaan” nya akan semakin lama. Kenapa P Merah harus melewati 120 jam menyetir terlebih dahulu? Ini ada kaitannya dengan budaya. Di Australia budaya minum alkohol dan mabuk sudah menjadi hal biasa. Walaupun budaya, tapi pemerintah tetap mengutamakan keselamatan sehingga mereka yang memiliki kadar alkohol dilarang untuk dibelakang kemudi. Kecenderungan mereka yang melanggar aturan alkohol adalah mereka yang berumur 25 tahun ke bawah, karenanya 120 jam tersebut harus dilewati terlebih dahulu untuk mendapatkan P Hijau. Selama memegang SIM P, baik P Hijau maupun P Merah, si pengemudi wajib menempelkan stiker/plat pada mobil nya bertuliskan “P” pada plat berwarna hijau (untuk P Hijau) atau merah (untuk P Merah).

Setelah 3 tahun memegang P Hijau, barulah SIM Full (Full Lisence) bisa didapatkan. SIM Full inilah yang saya maksudkan sebelumnya yakni pengemudi yang diperbolehkan untuk mendampingi mereka yang baru belajar menyetir. Lalu apakah dengan SIM Full ini anda serta merta bebas dari pengawasan? Tentu saja tidak. Pemegang SIM Full bisa mendapatkan penalti dengan penarikan SIM apabila melakukan pelanggaran yang dinilai terlalu berat, salah satunya adalah mengemudi setelah menenggak minuman keras. Ancaman tidak boleh menyetir (karena SIM telah dicabut) adalah ancaman yang sangat memberatkan karena Australia bukanlah negara yang padat penduduk sehingga banyak daerah2 yang berpenghuni atau tempat bekerja yang belum terjamah oleh transportasi umum.

Bisa dibayangkan jika Indonesia menjiplak sistem ini dalam hal untuk mendapatkan SIM, dijamin penataan lalu lintas lebih teratur, pengemudi pun jauh lebih tertib. Karena sulitnya untuk mendapatkan SIM Full ditambah lagi waktu yang cukup panjang (3 tahun) untuk membuat para pemegang SIM P memiliki kebiasaan mentaati peraturan. Bisa dibayangkan efek jangka panjangnya, terutama bagi kota besar seperti Jakarta, sistem ini akan amat sangat berperan besar menjadikan Jakarta kota yang tertib. Tapi apakah semudah itu diterapkan? Hmmm, tentu saja tidak. Sistem ini harus didukung oleh pihak2 yang mau bekerjasama untuk bersikap jujur dan jauh dari korupsi terutama instansi kepolisian sebagai badan yang menerbitkan SIM.

Dan satu hal lagi, warga Australia tidak mempunya KTP, mereka menggukan SIM sebagai kartu identitas mereka. Alamat yang tertera di SIM harus benar karena jika tidak SIM tersebut akan dicabut. Jadi kalo Indonesia menduplikasi sistem ini,  2 aspek langsung terselesaikan. Data kependudukan dan tata tertib lalu lintas. Ada baiknya sistem ini diterapkan di kota kecil terlebih dahulu, setelah itu barulah kota2 di sekitarnya menduplikasi. Lambat laun, pastilah Indonesia memiliki penduduk yang bermoral dan beretika, terutama ketika menyetir.


Harapan tinggal harapan, jika kita hanya bisa berharap dan tidak melakukan tindakan...

Sabtu, 08 Juni 2013

Yang Beda di Pontianak

Ada beberapa hak unik di Pontianak ini selain suhu udaranya yang lebih panas (karena dilewati garis Khatulistiwa) juga memiliki kebiasaan2 yang menurut saya berbeda dengan kebiasaan penduduk di kota besar seperti Jakarta. Berikut ini hal2 unik tersebut, silahkan disimak:

1. Minum Air Hujan
Para penduduk di Pontianak memiliki kebiasaan meminum air hujan dengan membuat semacam talang sepanjang tepi atap rumah sehingga air yang jatuh mengalir dari atap langsung jatuh ke talang tersebut dan mengarah ke satu lubang yang dipasang pipa untuk mengaliri air hujan tersebut ke bawah dan ditampung di drum. Jika hujan turun setelah beberapa hari ga hujan, mereka ga akan menampung air tersebut karena selain membawa kotoran dari atap, rasanya pun ga enak. Jadi mereka akan membuang air hujan di hari pertama. Hujan hari kedua mulai dicicipi. Bila rasanya masih ga enak akan dibiarkan terbuang lagi. Begitu seterusnya sampai mendapatkan rasanya sesuai untuk layak diminum.

2. Kafe Apung
Mungkin kita pernah denger ada yang namanya pasar apung di Banjarmasin atau sekitarnya, pertemuan panjual dan pembeli di sungai untuk melakukan transaksi dari atas perahu. Lain halnya dengan Pontianak. Penduduk kota ini cukup kreatif menerapkan aspek kehidupan ke dalam bisnis restoran. Kini ada yang namanya kafe apung. Dengan bermodalkan sebuah perahu, seorang penjaja minuman/makanan sudah bisa berbisnis kafe kecil2an. Jangan bayangkan kafe berkelas seperti Starbuck atau Coffee Bean. Kafe apung ini mirip2 seperti warung kaki lima yang menjajakan roti bakar, mi instan, kopi, teh, susu, dan minuman2 lainnya. Kalo di Yogya warung seperti ini disebut warung Burjo (bubur kacang ijo). Tapi di Jakarta saya ga tau apa ada nama khusus untuk warung kaki lima jenis ini.

3. Tukang Parkir 
Pernah mencoba parkir motor di pinggir jalan Jakarta atau sekitarnya? Atau pernahkah anda mencoba parkir Valet seperti di mall2 ketika anda membawa mobil? Saya merasakan perbedaan yang jauh dalam hal pelayanan parkir di Pontianak ini. Anda para pengendara motor jika ingin memarkir motor anda di tepi jalan Pontianak, anda bisa sesuka hati menaruh motor anda dimana pun asal jangan dikunci stang. Tukang parkir yang melihat anda akan segera membereskan motornya. Mereka yang akan merapikan dan meletakkan motor anda pada tempatnya. Ketika anda sudah selesai dan mau pulang tinggal tunjuk motor anda atau kalo anda ga tau tempetnya anda tinggal sebut plat nomornya, ga lama motor anda sudah di depan anda tanpa harus bersusah payang mengeluarkannya sendiri yang mungkin beresiko menyenggol motor lain. Mereka para tukang parkir ini diupahi Rp 1.000 per sekali parkir tapi mereka bener2 bekerja. Ga kaya di Jakarta/sekitarnya, tukang parkir kerjanya cuma duduk2 atau tunjuk2 posisi kosong ke orang yang mau parkir. Yang masukin, ngatur posisi dan ngeluarin motornya ya tetep kita. Jadi apa kerjanya tukang parkir Jakarta itu? Menurut saya pribadi sih ga ada kerjaannya, ga ada fungsinya. Mereka hanya para pemalas yang ingin uang tapi tapi ga mau berusaha.

4. Jalan Gajah Mada
Nama jalan Gajah Mada ini sangat dikenal oleh masyarakat Pontianak karena jalan ini termasuk jalan besar dan ramai sekali dihuni oleh toko2, hotel, bakery, kafe sampe gereja. Sangkin terkenalnya jalan Gajah Mada ini seolah2 seperti jalan Malioboro yang dimiliki oleh Yogyakarta. Jalan Gajah Mada ini dikenal dengan wisata kulinernya yang dijajakan oleh para pedagang kaki lima yang membuka lapak mereka setelah menunggu ruko2 di sepanjang jalan tersebut tutup. Jakarta punya jalan yang mirip sekali dengan Jalan Gajah Mada ini, namanya Jalan Mangga Besar dimana situasinya mirip sekali. Sepanjang malam mulai sore hingga pagi hari (pk. 01.00) orang2 ramai mencari makan di jalan ini. Budaya nongkrong sambil gosip di pinggir jalan bukan lagi milik ibu2 rumah tangga lagi melainkan para laki2, dari bapak2 sampe anak2 muda kini mulai menyukai aktivitas ibu2 tersebut.

Kuliner di Pontianak

Kota yang dihuni oleh mayoritas suku Dayak ini memiliki beberapa hal yang unik perihal kaitannya dengan kuliner. Berikut ini hal unik tersebut:

Nasi goreng Iin
1. Rumah Makan Iin
Rumah makan yang interiornya terlihat biasa saja tapi yang makan ga pernah berhenti ini bikin saya penasaran untuk mencicipi seperti apa rasa masakannya. Beralamat di jalan Johar 65, Pontianak menghargai sepiring nasi gorengnya seharga Rp 9.000. Tak pelak membuat saya semakin heran setelah mendengar cerita dari adik saya yang udah sering mondar mandir Pontianak, ternyata rumah makan ini hanya menyajikan satu menu masakan saja, yaitu nasi goreng. Seperti apa rasanya? Hmm, tak perlu menunggu 3 menit satu porsi nasi goreng tiba2 sudah diantar ke meja saya. Gila, cepet banget. Digoreng atau disembayangin tuh nasi saya. Tak ada yang istimewa dari rasa maupun penyajian. Nasi goreng dengan taburan irisan ayam goreng di atasnya dan sedikit potongan ketimun di pinggirnya tidak bisa membuat saya membelalakkan mata dan mengatakan ini enak. Nasi goreng tek tek yang dijajakan dengan gerobak di Jakarta masih jauh lebih enak ketimbang nasi goreng Iin ini. Adik saya bilang jangan2 Iin ini pake "pemanis" makanya larisnya menggila. Bahkan Siska, adik ipar saya sempat menakut-nakuti dengan wajah serius kalo yang jual tuh bikinnya pake celana dalam. Wah dalam hati saya sempat ngeri mendengar pernyataan itu. Tapi ga lama saya mikir lagi kalo yang bikin nasi goreng sepanjang hari ga pake celana dalam, pasti dia udah masuk rumah sakit karena Hernia (read: burut, biji testisnya besar sebelah). Jadi udah barang tentulah dia pakai celana dalam. Yang membuat nasi goreng Iin ini terasa enak hanyalah sambalnya. Buat mereka pecinta pedas siap2 saja dipuaskan oleh sambal Iin. Baru taruh sedikit saja rasa pedasnya sudah menggelegar, mantap dah. Score 60/100 (60 dari 100)


Tau Swan
2. Tau Swan
Saya menemukan makanan ini ketika berjalan2 di jalan Gajah Mada yang dikenal sebagai jalan kuliner di Pontianak yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Tau Swan yang termasuk kelas Entreè (makanan pembuka) ini terbuat dari kacang kedelai, tepung beras, dan gula. Tepung beras dilarutkan dalam air bersamaan dengan gula dan kacang kedelai yang sudah direbus, lalu aduk hingga mengental seperti sup. Penyajiannya pun cukup sederhana. Hanya dengan menabur kerupuk tepung beras di atas semangkuk sup Tau Swan panas. Semangkok sup dihargai sebesar Rp 6.000. Kalau melihat dari komposisinya menurut saya Tau Swan ini bisa disebut dengan Sup Kacang Kedelai. Mungkin bagi mereka pecinta sup akan mengatakan Tau Swan ini enak. Tapi karena saya ga sup menjadi tidak objektif dalam penilaian. Jadi saya ga bisa kasi nilai.

Kokue goreng
3. Kokue Goreng
Sulit untuk menggambarkan seperti apa Kokue ini. Mungkin lebih mirip dengan Kwetiau goreng karena terdapat tepung seperti Kwetiau. Sekedar info buat yang belom tau, Kwetiau terbuat dari tepung beras bukan tepung terigu. Hanya saja kalau pada Kokue tepung berasnya lebih tebal 2-3x dan panjangnya hanya kira2 3-5 cm. Sementara Kwetiau dibuat panjang2 seperti mi. Selain tepung, kandungan lainnya dalam satu porsi adalah kucai dan talas. Semua disajikan jadi satu piring kecil dengan digoreng bersama2 terlebih dahulu. Soal rasa saya kurang puas karena ga gurih sama sekali. Mungkin karena saya mencicipi yang kelas pinggiran kali ya. Mungkin kalo yang di restoran rasanya lebih enak dan gurih. Harga satu porsinya Rp 9.000. Score 60/100, karena menurut saya dengan kecilnya porsi dan rasa terlalu mahal untuk dihargai Rp 9.000.

Kwecap plus kulit babi
4. Kwecap
Makanan satu ini ga bisa dibilang halal karena mengandung babi yakni kulitnya. Sekali lagi menu Pontianak berikut ini memakai tepung beras. Lagi2 tepung beras. Sepertinya tepung beras menjadi bahan favorit dalam kreasi masakan Pontianak. Untuk Kwecap, tepung berasnya dibikin tipis2 dan dibentuk berukuran segi empat seperti kulit pangsit. Kalo kulit pangsit dari tepung terigu kalo Kwecap dari tepung beras. Penyajiannya pun sederhana juga, Kwecap nya disiram dengan kuah kaldu sementara kulit babi yang saya ceritakan di sebelumnya hanyalah kreasi tambahan dari penjualnya. Mungkin kalo mo diganti kulit sapi, jeroan, atau ayam, masih masuk akal kok. Tapi kembali lagi ke budaya Pontianaknya apakah kulit babi itu memang bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan Kwecap? Saya tidak tau. Score 70/100, karena walaupun saya kurang suka menu sup tapi rasa kuahnya berkaldu, cukup gurih. Semoga aja gurihnya memang berasal dari kaldu asli bukan dari kaldu rasa sasetan yang dijual di pasar.

Apam
5. Apam
Nah lho, apa lagi nih? Jujur aja saya belom mencicipi seperti apa rasanya. Karena perut udah menggembung, sixpack pun ber-revolusi menjadi zeropack, ga bisa nampung lagi. Sementara di sisi lain saya ga punya waktu lagi untuk mencicipi semuanya karena jadwal yang padat di Pontianak ini. Alhasil hanya ambil gambar lalu liat2 seperti apa bentuknya. Apam ini mirip sekali dengan martabak. Cara buatnya, loyangnya, garnisnya. Ada kacang/coklat, keju/coklat, pokoknya mirip2 sama martabak. Saya sempat berlogika, jangan Apam ini mirip kue Apem karena namanya yang hampir mirip. Mungkin kalo di Pontianak kue apem ini ada isinya seperti kacang, coklat, keju. Tapi itu hanya khayalan logika saya dan saya pun ga berani bilang kalo rasanya mirip martabak. Karena saya ga beli jadi saya ga tau berapa harganya. Jadi saya ga bisa kasi nilai juga.

Umbut kelapa
5. Umbut Kelapa/Sagu
Menu sayuran ini harus dimakan bersama dengan nasi atau lontong. Kuahnya mirip dengan lontong sayur yang terbuat terdiri dari santan. Umbut Kelapa terbuat dari batang pohon kelapa yang paling puncak yang masih muda atau bisa juga dibuat dari puncak pohon sagu yang masih muda. Karenanya ada Umbut Kelapa, ada Umbut Sagu. Mengenai rasa dari umbut kelapa/sagu ini mirip dengan sayur rebung atau bambu muda yang bisa ditemukan di Jakarta dan sekitarnya. Dagingnya empuk walaupun pemotongan daging batang pohonnya tebal2 dan rasanya pun enak. Buat mereka yang punya sakit jantung, kolesterol, atau darah tinggi, saya rasa sebaiknya ga makan menu ini karena kandungan santannya dikhawatirkan mengganggu kesehatan. Score 75/100.

Daun ubi tumbuk
6. Daun Ubi Tumbuk
Mendengar namanya kita mungkin langsung bisa tau kalo ini adalah menu sayuran. Daun ubi yang dipakai adalah daun singkong yang dibuat dengan cara ditumbuk sampai tak berbentuk daun lagi. Kemudian ditumis dengan minyak goreng, bawang merah dan putih, selesai. Simpel ya, cepat pula pembuatannya. Kandungan zat besinya cukup tinggi pada menu ini. Mengenai rasanya saya menyukainya mirip seperti tumis sayur hanya saja terdapat rasa sedikit pahit karena sayurnya ditumbuk sehingga getah dari daun keluar. Kalo di masakan Padang yang kita temukan daun singkong hany direbus saja lalu dimakan dengan sambal. Atau di rumah makan lainnya, ada menu daun singkok yang dimasak dengan santan sehingga berkuah. Daun Ubi Tumbuk ini termasuknya menu khas Dayak. Sama sekali ga berkuah dan penyajiannya kering. Karena itu pada waktu menumisnya jangan memakai minyak goreng terlalu banyak. Jika minyak gorengnya diganti dengan minyak babi, lalu ditambah ikan teri/asin di dalamnya, wah bakalan mantep banget deh rasanya. Begitu kata mama Siska yang bikin Daun Ubi Tumbuk yang kami makan sekarang. Score 75/100

Mi Tiau kuah sapi Antasari

Mi Tiau goreng sapi Antasari
7. Mie Tiau Sapi Antasari
Mie Tiau adalah nama sebutan untuk Kwetiau di Pontianak. Ada banyak sekali pebisnis makanan di Pontianak ini yang menjajakan Mie Tiau karena melihat peminatnya yang begitu besar. Sangkin banyaknya penjaja mi lebar yang terbuat dari tepung beras ini saya minta direkomendasikan oleh penduduk lokal mana penjual mie tiau yang paling enak. Akhirnya saya dapatkan Mie Tiau Sapi Antasari yang terletak di Jalan Antasari. Restoran ini cukup unik mendesain ruangannya yakni dengan memajang piring2 yang telah ditanda-tangani oleh orang2 ternama dari artis luar negeri, artis dalam negeri, pejabat dari bupati sampai anggota DPR. Selain tanda-tangan mereka pun meninggalkan pesan2 yang mempromosikan Mi Tiau Antasari ini. Untuk Mie Tiau gorengnya dihargai Rp 25.000 per piring, mie tiau rebusnya Rp 20.000 per mangkok, es teh Rp 5.000 segelas. Kalo soal rasa memang lebih enak ketimbang nasi goreng Iin. Tapi untuk standar lidah saya rasanya masih kurang mantep. Apalagi setelah tau harganya pas bayar, buset, mahal banget. Score 55/100.

Kue Bingke
8. Kue Bingke
Makanan ini sejenis kue yang terbuat dari telur dan susu sehingga mereka yang jantung dan kokesterol benar2 lidahnya ga boleh kesentuh sama kue ini. Masalah kenikmatan, wah, bener2 enak kue ini. Saya berani bilang enak karena saya pecinta makanan yang bikin blenger. Contoh aja kue tar, black forest, nastar keju, bakpia isi babi. Jadi kalo anda ga suka makanan yang saya sebut barusan, bisa jadi anda hanya bisa makan beberapa potong aja kur bingke ini. Seiring perkembangan persaingan bisnis, kue bingke ini pun mengalami perkembangan pilihan rasa. Kini udah ada rasa spesial, coklat, keju, susu, labu, kentang. Untuk rasa spesial bedanya adalah komposisi telurnya lebih banyak ketimbang yang normal. Begitu juga yang rasa Susu, komposisi susunya lebih banyak ketimbang yang normal. Score 75/100

Pengkang
9. Pengkang
Sejenis ketan yang bisa diisi macam2 seperti bangkuang, ebi, ayam, sapi, abon. Lalu dibungkus dengan daun dan proses pematangannya dengan cara dibakar. Orang Jakarta lebih mengenal nama makanan ini dengan nama Lemper. Hanya saja bentukannya berbeda. Di Pontianak, Pengkang dibuat membentuk segitiga denan ketebalan kira2 4-5cm lalu dijepit dengan bambu dan dibakar. Seperti namanya dalam bahasa Tiociu (rata2 orang Tionghua di Pontianak berbahasa Tiociu), Pengkang artinya bakar. Dari situlah penamaan menu ini. Score 60/100

Cai Kue
10. Cai Kue
Kalau di Indonesiakan artinya Kue Sayur. Sayur2an yang dibungkus rapi dengan kulit yang terbuat dari tepung beras (lagi2 tepung beras) dan dibentuk seperti bikin pastel lalu dikukus. Dengan taburan bawang putih yang sudah digoreng di atas masing2 Cai Kue, bikin tambah sedap rasanya. Sayur2an nya sendiri bisa macam2, ada isi kucai, tales, bangkuang. Waktu itu saya makan Cai Kue ini di Gleam Cafe yang memanfaatkan bangunan rumah kunonya menjadi cafe sederhana. Kalo orang Bangka punya menu yang serupa seperti Cai Kue ini hanya saja isinya yang berbeda. Orang bangka manggilnya Choi Pan atau Sam Kok Pan dimana isinya ada pepaya muda yang dioseng2 dengan udang kering. Lalu bentuknya pun segitiga. Score 75/100.

Pernikahan Leo (Part 1)

Tak tau gimana menggambarkan kemeriahan acara perkawinan adik saya, Leo sabtu lalu. Udah barang tentu lebih besar dari kawinan saya yang hanya ala kadarnya karena memang hanya dengan modal yang seadanya waktu itu. Acara yang berlangsung di restoran Nelayan di daerah Jatake - Tangerang, lebih mudah ditemukan bagi mereka para undangan yang berasal dari Jakarta karena mereka bisa datang lewat toll dan keluar dari toll Bitung.

Saya tidak tau pastinya berapa undangan yang Leo sebar tapi yang pasti saya merasakan kehangatan kemeriahan acara yang berlangsung 2 jam itu. Teman sekolah, teman MUDIKA, teman kecil (tetangga), saudara jauh, saudara deket, semua bikin saya kelabakan untuk meladeni mereka tapi saya senang ketemu mereka semua yang ga bisa saya inget lagi kapan terakhir bercengkrama dengan mereka. 

Ada sedikit kekecewaan sebenernya yaitu saya lupa untuk foto bareng dengan mereka padahal tangan saya sepanjang waktu megang kamera terus. Tapi sangkin asiknya ngobrol mendengar cerita mereka yang udah banyak perkembangan dibanding terakhir ketemu dulu membuat saya lupa untuk mengabadikan pertemuan tersebut.

Kini kami udah berada di Pontianak untuk menghadiri resepsi pernikahan yang kedua yakni dari pihak Siska, istri Leo. Siska yang keturunan Jawa - Dayak, berdomisili di Pontianak, kota yang terkenal dengan garis Khatulistiwanya. Sepertinya acara resepsi di Pontianak ini nantinya tidak seribet waktu resepsi Leo waktu di Tangerang kemaren. Semoga aja kami bisa enjoy menikmati setiap momen acara dan kebersamaan mengenal keluarga baru yang berbeda budaya dengan kami.

Resepsi nanti akan diadakan di hotel Grand Kartika Hotel, hotel yang letaknya tepat di sebelah sungai Kapuas dan di seberang kantor Walikota Pontianak. Menariknya, hotel ini memiliki pemandangan sungai Kapuas dan kota seberang sungai yang indah.

Senin, 03 Juni 2013

Laporan Transit

30 Mei 2013

Perjalanan pulang ke Indo kali ini cukup penuh tantangan karena sekarang saya udah bawa boncengan si boncel yang biasanya udah tidur tiap jm 9 malam, tapi karena pesawat take off jam 00.45 alhasil masih melek walaupun pesawat udah take off.

Butuh waktu kurang lebih 1 jam setelah take off, Eog baru mulai tidur, dimana berbarengan dengan dimatikannya lampu2 kabin. Untungnya kerewelannya hanya sebatas ketidak-nyamanan pada posisi tidur sehingga Eog ga nangis sepanjang malam. Tapi efek sampingnya adalah, Kristina yang ga bisa tidur semaleman untuk jaga posisi Eog tetep nyaman di pangkuannya. Plus katanya otot paha ke bawah kaya mati rasa karena menahan berat Eog.

Sampai artikel ini diketik, kami udah sampe KLIA, Kuala Lumpur, sambil menunggu pesawat kami yang 2 jam lagi baru take off menuju Jakarta, kota tercinta (sambil menahan mual waktu ngetik kata terakhir). 

Kembalinya saya ke Kota Sumpek ini hanya untuk tujuan mulia, yakni menghadiri pernikahan satu2nya adik saya dengan jejasihnya yang udah dipacari sejak 2004 (kalo ga salah, he3...)

Selain itu sekalian bawa oleh2 pesenan temen2 dan sodara. Salah satunya stroler yang untuk dikasi ke Budi, adik Kristina, yang istrinya sedang hamil 7 bulan. Stroler yang ga kami masukan bagasi ternyata ga boleh masuk kabin. Jadi stroler tersebut ditimbang lalu diangkut oleh petugasnya untuk dimasukan ke tempet khusus, tanpa kena biaya. Selain itu kami ada sedikit kendala ketika bagasi kami yang terdiri dari 2 bok bouncher (untuk dikasi Budi juga) ternyata ukurannya melebihi standar. Jadi kami harus anter ke tempet bagasi khusus, ga kena charge tambahan lho. Kalo di indo mungkin udah jadi ajang buat nambah pemasukan tambahan petugas bandaranya kali ya.

Sekian laporan saya yang lagi transit sambil makan siomai seharga RM 4.50.

Profil: Bambang

Namanya Bambang, sayangnya saya lupa mas ini bernama lengkap siapa. Saya pun lupa memfoto beliau sebagai kenang2an buat para pembaca blog ini. Perawakannya tidak tinggi, kurus dan berwajah sedikit ndeso (menurut standar saya) namun memiliki filosofi/pegangan hidup yang menginspirasi saya.

Bambang adalah nama sebenarnya. Beliau berasal dari tegal dan bukanlah orang kaya atau telah berhasil menggapai impian2 nya. Namun beliau saya masukan ke dalam artikel "Profil" ini dikarenakan saya memprediksi beliau pasti bisa sukses dan dan mampu menggapai impiannya melihat dari jawaban2 yang saya lontarkan ke beliau. Pria Jawa ini memiliki prinsip salah satunya kejujuran membawa rejeki tersendiri.

Beliau sedari kecil sudah punya kerjaan sampingan selepas pulang sekolah (SD), yakni ngangon kerbau. Bambang ditawarkan tetangganya untuk mengurusi kerbaunya dengan perjanjian setiap kali kerbaunya melahirkan, anak pertama buat sang empunya kerbau, anak kedua baru milik Bambang. Ketiga buat yang punya kerbau, keempat punya Bambang. Begitu seterusnya. Ngangon kerbau menjadi budaya bagi para anak2 desa yang ingin memiliki uang. 

Selesai tamat SD, Bambang kecil ga melanjutkan sekolahnya sehingga dia punya banyak waktu luang selepas ngangon kerbau, dia pakai untuk genjot becak. 

5 tahun pun berlalu dan dia menyadari mau sampai kapan begini terus? Mengharapkan kerbau beranak bisa bertahun-tahun baru bisa punya uang dan jadi orang. Suatu ketika musim lebaran dia ketemu dengan tetangganya yang pulang dari bekerja di Tangerang. Tetangganya itu pulang dengan baju bagus dan bawa handphone pula. Hp yang ketika itu adalah barang mahal menggairahkan seorang Bambang untuk ikut tetangganya itu merantau ke Tangerang genjot becak.

Penghasilan besar pun dapat dirasakan oleh Bambang karena ketika itu angkutan umum belum sebanyak sekarang. Ditambah lagi mereka yang belanja dari pasar lebih senang menggunakan jasa becak untuk mengangkut bawaan mereka.

Kurang lebih 4x lebaran Bambang bisa membawa uang untuk orangtuanya hasil keringat dari becak di Tangerang. Suatu hari Bambang ditawari seorang chinese pemilik toko sembako yang sering memakai jasanya untuk mengangkut beras untuk bekerja jadi karyawannya untuk jadi kenek (pembantu sopir) mengantar beras pesanan pelanggan. Si bos sembako ini menyukai Bambang yang ramah dan rendah hati. Bambang mengambil kesempatan tersebut karena ia melihat peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Selama 3 bulan bekerja jadi kenek, Bambang bekerja dengan amat sangat rajin. Dia ga hanya jadi kenek aja melainkan membantu membersihkan dan mengecek kondisi mesin mobil setiap hari tanpa diminta. Bambang punya prinsip kalo kita bekerja dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih melakukan lebih dari apa yang menjadi tugas kita, niscaya rejeki selalu mau mampir ke hidup kita. 

Benar aja ga lama setelah itu si sopir yang senang dengan Bambang karena mobil yang dia bawa selalu dalam kondisi ok, menawarinya untuk belajar nyetir. Bambang dengan senang hati menerima tawaran tersebut dan mulai belajar tanpa sepengetahuan sang majikan. 

5 bulan kemudian majikan sembako Bambang kebingungan karena ada sopir yang ga bisa masuk kerja sementara ada orderan besar yang harus diantar. Sang sopir yang mengajari Bambang nyetir merekomendasikan Bambang untuk jadi sopir pada hari itu. Sang bos kaget karena sepengetahuan dia, Bambang ga bisa nyetir. Dan lebih kaget lagi kalo yang ngajarin nyetir sopirnya sendiri.

Bukan amarah si bos yang mereka dapat melainkan bos nya malah senang karena orderan bisa sampe, sehingga masalahnya selesai. Sejak si bos tau Bambang bisa nyetir, Bambang diminta untuk nyetir terus. Karena belum punya SIM Bambang hanya bisa mengantar seputar komplek atau daerah2 yang jauh dari pantauan polisi. Kira2 2 bulan berselang bos nya menawarkan Bambang untuk bikin SIM supaya bisa nganter barang ke daerah yang lebih jauh. 

1 tahun 10 bulan atau lebih tepatnya 2,5 tahun bekerja dengan bos sembako, Bambang dioper ke saudara si bos yang juga bisnis sembako di bilangan Jakarta Barat dikarenakan si bos terpaksa harus gulung tikar karena anak si bos yang kecanduan narkoba, judi, dan perempuan sudah menghabiskan uang si bos sampe ke modal mereka untuk melinasi hutang si anak.

Bekerja 3 bulan dengan majikan baru tidak serta merta membuat Bambang enjoy dengan bos barunya. Bambang memutuskan resign dan memilih membantu temannya yang berjualan bubur gerobakan demi bisa dapet makan gratis sambil mencari-cari kerjaan baru. Pasalnya bos barunya ini bersikap tidak adil pada karyawannya. Mereka yang kerjanya malas2an justru sering dapet uang lebih dari si bos. 

Ketika memutuskan berhenti dari toko sembako, Bambang yang ketika itu adalah penganten baru menhidupi istrinya dari uang yang ia kumpulkan ketika bekerja dengan bos sembako. Sementara Bambang sendiri dapet makan dari temannya yang tukang bubur sebagai upahnya telah membantu temannya itu.

1 bulan berselang, suatu hari ada seorang sopir taxi (kenamaan yang berwarna biru ) yang biasa langganan bubur di situ menawarkan Bambang untuk jadi sopir taxi juga.

SP: Bisa nyetir?
Bb: Bisa
SP: Punya SIM?
Bb: Punya
SP: Nih dateng ke alamat ini, bilang mau ngelamar jadi sopir taxi.

Tak menunggu lama, keesokan harinya Bambang langsung menjambangi tempat tersebut. Sungguh luar biasa, Bambang diterima setelah melewati beberapa test yang tidak mudah (bagi beberapa orang) dari psikotes, tes nyetir, tes keramahan, tes kejujuran.

Kini Bambang sudah bisa nyicil motor dan rumah (Rp 30.000 per hari) yang dibelikan dari perusahaan taxinya dan Bambang hanya perlu mencicil tanpa DP dan bunga.

Jalan Bambang begitu panjang dan berliku. Kalo diperhatikan, dia harus ketemu sama bos sembako dulu supaya dia bisa nyetir dan punya SIM untuk selanjutnya dia bisa jadi sopir taxi. Bambang pun mengakui banyak sekali pelajaran hidup yang ia dapatkan ketika bekerja dengan bos sembako, salah satunya adalah kejujuran dan kesabaran yang sampai sekarang masih dipegang teguh oleh Bambang dan menjadi prinsip hidupnya.

Ada cerita menarik ketika Bambang mengantar seorang penumpang perempuan dari kantor Bank Mandiri Jakarta ke rumahnya di Tangerang. Penumpang tersebut melupakan tasnya di dalam taxi. Sudah menjadi kewajiban bagi sopir taxi perusahaan ini untuk mengecek setiap kali penumpang selesai diantarkan. Cek punya cek ternyata tas tersebut penuh berisi uang kertas (belakangan Bambang tau tas tersebut berisi Rp 300juta). Bambang yang ketika itu sudah agak jauh dari rumah penumpang yang diturunkan langsung memutar arah balik untuk mengembalikan tas tersebut. Ketika sampai di depan rumah penumpang tadi, Bambang tak sengaja mendengar orang di dalam rumah ribut besar. Sepertinya meributkan uang yang saat itu dipegang Bambang. 

Betapa leganya si penumpang ketika mengetahui uang tersebut dikembalikan dan tidak kekurangan sedikit pun. Dan hingga kini, perempuan tersebut selalu langganan taxi dengan Bambang untuk diantarkan ke kantornya. Dan kalau Bambang sempat dan bisa (maksudnya pas kosong, ga lagi nganter penumpang) pasti mengantar perempuan tersebut balik lagi ke tangerang.

Memegang teguh kejujuran telah memberi rejeki tersendiri bagi Bambang. Dia tidak perlu sangat gencar mencari penumpang di luar sana karena dari Senin-Jumat dia sudah punya langganan yang memberikan sedikit pemasukan bagi dia. (Sekedar info, Tangerang 

Bambang mengatakan pada saya dia harus bawa pulang uang setoran sedikitnya Rp 500.000 supaya ga nombok, bisa bayar cicilan rumah dan motor, dan keluarganya bisa makan 3x sehari. "Alhamdulillah, mas saya selalu bawa uang setoran lebih dari Rp 500.000 tiap narik." Kata Bambang dengan penuh syukur.

Sekiranya kita bisa belajar dari manusia ini yang memegang prinsip hidupnya dengan teguh dan yakin bahwah rejeki pasti udah ada yang atur. Jadi tiada gunalah kita berbuat curang, bohong, atau bahkan mencuri. Terimakasih mas Bambang untuk sharingnya...

Prosesi Pembuatan E-KTP

03 Juni 2013

Pagi ini saya dan istri sampe kantor Kecamatan Priuk Tangerang dengan sedikit was2 karena kami sampe sana pk. 8.30 pagi dimana kantornya buka pk. 8.00. Saya khawatir udah banyak yang ngantri dan proses penyelesaian e-ktp kami semakin molor. Kristina mengejar waktu karena harus berangkat ke airport pk. 11.00. 

Pas masuk di lobi ternyata masih sepi pengunjung. Wah saya pikir bagus nih, bisa selesai cepet. Maju sedikit dari lobi kami menuju loket pembuatan e-ktp nya. Weleh-weleh, tak ada orang sama sekali di loket tersebut. Yang ada hanya 2 orang di meja belakang loket yang sedang asyik mainan hp dan 2 orang lagi di belakangnya yang sedang asik baca koran. Celingak celinguk kurang lebih 5 menit, berdiri tanpa pelayanan dan tanggapan, seorang petugas akhirnya menyadari kalo ada tamu. Petugas yang baca koran sepertinya udah menghabiskan koran pagi itu jadi dia ga ada kerjaan lain selain melayani kami. Konyol juga, kenapa ga petugas yang di meja depan yang sadar ada tamu?

Petugas (P)
Saya dan istri - Kami (K)

P: ada perlu apa?
K: mau bikin e-ktp, pak.
P: Fotocopy KK nya ada?
K: ada pak... Ini (sambil menyerahkan fotocopy KK)
P: tolong dicek lagi apa keterangan di KK ini sudah benar?
K: (... Mengecek... ) sudah, pak

Lalu petugasnya langsung ngacir tanpa separah kata pun sambil bawa KK kami. Kami yang masih di loket bingung, ini petugasnya masih membutuhkan dokumen2 lainnya kah, atau mau menanyakan sesuatu lagi kah, atau akan kembalikah dia dengan formulir yang harus saya isi, atau mau kami menunggu di kursi tunggu? "Keramahan" yang luar biasa ini mulai membuat saya kesal. Saya cuma bisa geleng2 dalam hati, "PNS oh PNS... Kerjamu hanya duduk2 melamun tak karuan. Memakan keringat rakyat yang mati2an bejuang hidup untuk sesuap nasi. Sementara kau mengurus administrasi saja lambat" (Maaf ya Ria, berhubung kamu PNS, semoga saja kamu ga seperti yang aku keluhkan di sini).

Kebetulan ada petugas lain yang hendak melewati loket, dia melihat saya dan dengan sedikit kepekaannya bertanya:
P: ada perlu apa?
K: mau bikin e-ktp. 
P: fotocopy KK nya bawa?
K: udah saya kasi ke bapak yang (ga beretika) itu.
P: o, silahkan ditunggu, nanti dipanggil.

O, nunggu to. Kenapa ga ngompol (red: ngomong) dari tadi? Apa susah ya untuk bilang "Silahkan ditunggu"? Atau bapak tadi lagi badmood karena semalem ga dikasi "jatah" sama ceweknya? 

10 menit berlalu menunggu panggilan dengan harapan bisa selesai hari ini. Setidaknya bisa ambil foto. Namun logika mulai jalan. Kami yang datang pagi begini, dimana kantor kecamatan sialan ini sama sekali ga terlihat sibuk, masa' ga dipanggil-panggil sih? Orang yang di dalam itu ngapain?

Ditengah munculnya pertanyaan tersebut, keluarlah petugas perempuan. Ketika melihat kami si ibu langsung nanya mo ngapain. Bikin e-ktp, bu, jawab saya. Oya ditunggu aja, nanti dipanggil, kata si ibu.

Ok, baiklah. Akhirnya kami tunggu lagi. 5 menit kemudian Kristina yang udah ga suka dengan situasi ini bikin saya penasaran saya menunggu apa sih? Ga jelas. Berkas saya tadi dibawa masuk ke dalam ruangan itu. Namun ruangan itu dihuni sama ibu tadi aja yang udah keluar ke loket pelayanan. Artinya berkas saya ga diapa-apain dan saya menunggu sesuatu yang ga jelas. Untunglah saya tipe yang nyebelin yang mau tau semuanya dengan jelas dan detail. 

Akhirnya saya langsung menuju loket pelayanan tempat dimana saya pertama dateng tadi dan menanyakan ke si ibu:

K: sampe kapan ya bu nunggunya?
P: operatornya belom dateng, ditunggu aja.
K: operatornya dateng jam berapa?
P: (mulai agak kesal karena ditanya2, lalu menjawab dengan ketus) operatornya lagi sakit, ga tau dateng jam berapa, mungkin ga dateng. Kalo ga mau nunggu besok2 aja bikin nya.

WHAT THE FUUUCCCKKK!!!
Apa2an ini? Saya disuruh nunggu orang sakit yang datengnya (mungkin) besok (atau lusa, atau cuti sakit seminggu). Maksudnya apa saya disuruh nunggu? Bikin kemah di kecamatan priuk goblok ini sampe dipanggil? Anjing beneran lu PNS. Buang2 waktu gw yang berharga. Gw udah bela2in bangun pagi cuma demi e-ktp yang kagak bisa dicopi dan scan berkali-kali. Kalo bukan demi stnk motor gw ga bakalan mau bikin e-ktp yang a berguna ini. 

Alhasil gw tinggalin aja tuh kecamatan amburadul dan sama sekali ga berharap gw punya e-ktp. Mana ada sih sejarahnya pelayan kok lebih sengak dan belagu dari majikannya? PNS itu kan pelayan masyarakat. Rakyat itu majikannya karena taat bayar pajak buat bayar para pelayan ini. Tapi pelayan nya malah belagu, sok, seolah2 dia rajamya di kantor itu. Mati aja lu semua!!!

Sabtu, 13 April 2013

Peace of Life

Ada momen yang tidak pernah saya duga. Hari Sabtu di bulan yang lalu sepulang main futsal, saya turun dari kereta dan tiba2 aja ada orang di belakang yang berteriak "Tolong... Orang itu ngambil tas saya!" Saya sempat melihat si pencuri tas sempat dihadang oleh seorang pemuda namun berhasil lolos setelah sempat terjadi perkelahian sebentar.

Setelah berhasil melewati si pumuda, akhirnya si pencuri harus melewati saya. Apa yang saya lakukan? Saya hanya sempat menghadangnya dengan tangan tapi si pencuri dengan mudah melempar halangan tangan saya dan berlalu dengan santainya. Dengan sergap seorang wanita berteriak pada seorang bapak2 yang sudah berada agak jauh di depan si pencuri bermaksud supaya si bapak bisa menghadang si pencuri.

Di saat yang bersamaan entah kenapa saya merasa harus berlari dan menghampiri si pencuri. Mental saya mendadak menguat dan merasa bisa mendapatkan tas si korban. Apalagi melihat si bapak2 juga ikutan menghampiri si pencuri, nyali saya pun memuncak. Karena saya berlari menghampiri si pencuri sementara si bapak2 cuma jalan alhasil saya lah yang berhadapan dengan si pencuri duluan. Jujur aja, sekejap saat berhadapan dengan si pencuri nyali saya langsung ciut. Tapi ga tau kenapa si pencuri langsung ngelempar tas yang dia rampok tadi sambil bilang "Lu mau tas, nih tas...!" Sepertinya dia melihat si bapak2 yang mulai mendekat menghampiri dia juga yang berada di belakang saya. Jadi dia merasa akan kalah dan memilih balikin tas nya.

Wah saya merasa beruntung banget karena ga perlu menghadapi sebuah perkelahian. Berarti insting saya ketika memutuskan untuk mengejar si pencuri ternyata benar. Ketika itu saya yakin tas si korban bisa diraih kembali. Tapi ketika sampe di rumah dan menceritakan kejadian ini, Kristina langsung marah dan menganggap perbuatan saya hanya akan menyebabkan kematian konyol. Pasalnya Kristina kebanyakan baca berita detik.com yang seringnya terbaca olehnya berita2 kriminal. Contohnya beberapa hari lalu ada orang yang mo bantu halangin pencuri motor. Motor tak dapat diraih nyawa malah melayang karena ditusuk sama si pencuri.

Suburb bagian barat ini, salah satunya daerah tempat saya tinggal, memang terkenal di dominasi oleh orang2 item dan Vietnam. Karenanya banyak cerita2 negatif tentang suburb bagian barat yang sering terjadi tindak kejahatan yang pelakunya seringnya adalah orang2 item yang sering sekali membuat ulah, dan orang2 Vietnam yang dagang narkoba. Tapi itu cerita masa lalu, sekitar 10-15 tahun yang lalu. Sementara sekarang sepertinya orang2 item ini menyadari akan keberadaan mereka yang sering dituding sebagai pelaku kejahatan sehingga mereka benar2 menjaga sikap dan terbukti memang saya belum pernah liat orang rese itu orang item, tapi justru malah sebaliknya, yang seringnya rese itu orang2 kulit putih, orang2 Ausi, yang senengnya make ganja dan mabok2an.

Dari pengalaman saya main bola sama anak2 negro, memang mereka ini punya hobi dan kebiasaan untuk berkelahi. Sempat saya menanyakan ke salah satu anak, kenapa kamu seneng berantem? Marco, si anak yang saya tanya itu menjawab, kami ga suka berkelahi sebenernya tapi kami merasa kami perlu untuk bisa berkelahi dan mempertahankan diri. Kebetulan saya orang bermata sipit sendiri di situ dan mereka agak jiper sama saya sejak kami pernah latihan basket bareng. Ketika pemanasan kebetulan saya bisa nyium lutut dan merenggangkan paha dimana telapak kaki saling berhadapan. Mereka cukup terkejut karena semua dari mereka ga bisa melakukan nya dan mereka menanyakan dari mana saya bisa seperti itu. Belum sempat saya jawab mereka udah nebak2 sendiri dengan menanyakan apakah saya pernah belajar bela diri atau sejenisnya? Ya, tentu saya jawab "Iya" karena memang saya pernah belajar Wu-Shu dan Judo. Tapi bukan karena belajar bela diri lantas saya bisa teknik pemanasan seperti yang mereka kagumi.

Belum sempat menjelaskan mereka semua udah sontak minta saya unjuk gigi dan minta diajarin beberapa teknik. Ya ampun, saya aja belajar bela diri cuma buat olahraga, mana inget lagi teknik2nya. Kalo diajak berantem juga saya pasti ciut juga karena menurut saya berantem itu persoalan mental bukan teknik.


Sekian cerita pengalaman saya yang kalo bisa jangan pernah kejadian lagi deh. Saya pernah baca sebuah tulisan yang bunyinya: "Jika kamu bisa memilih mana yang akan kamu pilih: Semua uang Bill Gates atau Kedamaian Dunia?" Awalnya pilihan ini terlihat mudah bagi saya yang hendak memilih pilihan pertama. Tapi lantas saya mencoba menelaah lagi pilihan kedua. Jika dunia ini damai, tak ada kekerasan, tak ada rasa iri, tak ada keinginan untuk memiliki ataupun menguasai milik orang lain, semua rang mengisi hari2nya dengan perasaan damai dan tentram. Ga khawatir akan hari esok, ga khawatir ada yang jahatin, semua orang saling percaya, tentu uang tidak akan ada manfaatnya lagi karena menurut saya uang sering kali jadi penyebab pertikaian sampai antar sesama sampai peperangan antar negara pun sebenarnya dipicu persoalan harta (sumber daya alam negara yang diserang).

Saya jadi pengen merasakan kehidupan manusia yang menyatu dengan alam. Seperti kata adik saya yang semalem sebel sama saya selepas berantem di telpon "Udah lu tinggal di hutan aja sono." Emang bener, saya memang tertarik dengan kehidupan di hutan/alam dimana mengusahakan makanan dari alam, segala kebutuhan dari alam. Ga ada stres, ga ada bom, ga ada perang, ga ada junk food, ga ada polusi, ga ada kemiskinan. Tapi beberapa orang menyebutnya adalah PRIMITIF, bagi saya PEACE of LIFE.

Minggu, 07 April 2013

Sunshine Festival

Kenapa dinamakan Sunshine Festival? Karena acaranya terletak di daerah Sunshine yang sebagian besar penghuninya yang saya tau adalah orang2 negro asal Sudan atau Afrika. Di sini kalo manggil 'orang item' dengan Negro, siap2 aja bogem mentah nyaplok di muka. Pas festival kami malah sama sekali ga liat orang2 negro lho. Atau mungkin mata saya pas meleng dan ga liat orang2 item itu ya karena terlalu fokus sama kemeriahan festivalnya. Sepertinya di Ausi ini sering banget ngadain festival atau acara2 apapun yang bertujuan memeriahkan suasana. Sepertinya memang budaya orang Ausi yang senang dengan kemeriahan dan selalu ada aja momen yang bisa dijadikan alasan untuk dirayakan. Mungkin karena itu orang2 Ausi lebih tau bagaimana menikmati hidup ketimbang kita yang tinggal di Indo dan berjuang dengan gaji bulanan yang pas2an atau bahkan kurang dan bingung dengan masa depan mau dibawa kemana. Boro2 mikirin kenikmatan hidup, udah bisa bertahan hidup aja udah syukur. Kadang walaupun ada kesempatan ga berani untuk mengambil karena terlalu banyak kepahitan dalam hidup dan tidak terbiasa untuk mengambil resiko atau hidupnya udah di ambang resiko (mungkin).

Hari Sabtu, 23 Maret, sekali lagi ceritanya telat, kami menyempatkan diri mengunjungi Sunshine Festival. Entahlah ini festival macam apa, sepertinya perayaan yang ga beda jauh sama postingan saya sebelumnya, Saint Albans Festival. Tapi bedanya festival ini tidak hanya mengekspos satu kebudayaan/ras saja. Di Sunshine Festival kali ini menyorot banyak kebudayaan, seperti misalnya awal pertama nyampe area festivalnya ada paduan suara sekaligus tarian asal Tonga. Yang cukup menghebohkan adalah dirigen yang membelakangi penonton ikut menari2 mengikuti hentakan lagu dan jogetan pinggulnya bikin ibu2 Tonga yang menonton berbondong2 ngasi tip uang kertas yang diselipkan di kerah baju sang dirigen. Dimana itu Tonga? Hehehe, kalo aja dulu ga punya temen kos asal Tonga mungkin sampe sekarang saya ga tau ada negara yang namanya Tonga. Tonga ini sebuah negara yang luasnya kurang lebih setengahnya negara Singapura. Jadi ini negara udah kaya pulau doang. Sekali libas sama Tsunami langsung lenyaplah negara ini. Letak geografis nya berada di arah jam 3 benua Australia atau lebih tepatnya di perairan Samudra Pasifik Selatan.

Di festival ini juga ada kontes Break Dance yang pesertanya rata2 anak2 yang masih berumur belasan. Ada juga yang nari2 ala Michael Jackson. Lalu orang2 yang berpakaian boneka berbentuk manusia tapi berbadan tinggi besar, pameran mobil2 antik, paduan suara dari anak2 down syndrom dan cacat yang menggunakan kursi roda, dan melukis wajah (khusu anak2). Selain itu ada area bermain yang diperuntukan untuk anak2 pula, seperti lapangan tenis, Skate boarding, Bom bom Car, dll. Kami sempat beli kupon undian seharga $2 yang berisi 6 nomor. Bila ada setidaknya satu saja nomor pada kupon yang saya beli sama dengan nomor yang tertera di papan yang sudah dipajang, maka saya berhak mendapatkan boneka besar yang terpajang di situ.

Ada permainan yang cukup lucu saya melihatnya. Ini semacam pertandingan Sumo, jadi pesertanya diwajibkan memakai pakaian sumo, lebih tepatnya boneka sumo. Jadi pesertanya akan kesulitan bergerak dan kalo udah jatoh pasti sulit untuk bangun, jadi udah kaya kura2. Bahkan ada beberapa peserta yang belum juga bertanding udah ga bisa mengendalikan keseimbangan dan jatoh. Alhasil dia cuma bisa gerak2in tangan kaki nya doang, maksud hati mencoba untuk bangun tapi kami para penonton ngeliatnya mirip kecoa atau kura2 yang ditebalikin, ga bisa bangun.

Oya, kami juga sempat masuk ke perpustakaan Sunshine yang sepertinya dijadikan basecamp oleh para polisi yang bertugas saat itu untuk mengamankan situasi jika ada keadaan2 yang sekiranya perlu diluruskan. Karena kebetulan letak dari perpustakaannya itu harus manaiki tangga sehingga lebih tinggi dan bisa mengamati keadaan. Di bagian belakang perpustakaannya kebetulan ada acara masak2, cara membuat masakan Jepang, Korea, dan Vietnam. Saya sih kurang tertarik karena merasa masih banyak yang harus diliat di festival tersebut, jadi ga mau menghentikan perjalanan dan berlama2 di satu titik. Alhasil saya panggil Kristina yang lagi asik nyari2 buku untuk Eog. Tapi ternyata dia juga ga tertarik dengan acara masak2nya. Kalo acaranya adalah pembuatan kue/cake mungkin Kristina masih ada minat untuk berhenti di situ dan nonton. Hehehe, secara menurut saya Kristina lebih berbakat dalam pembuatan kue ketimbang bikin masakan. Semoga Kristina abis baca ini merasa dipuji bukan sebaliknya karena kue2nya lebih enak ketimbang masakannya. Tapi kalo merasa sebaliknya... Ya, gimana ya... Sepertinya malam ini saya tidur di ruang tamu...

Perjalanan kami berakhir setelah kami keluar dari Sunshine Plaza, setelah belanja keperluan harian yang habis saat itu di Woolworth (kalo di Indo semacam Carrefour atau Hypermart). Perjalanan berakhir karena Kristina ditelpon dari tempet kerjanya untuk datang bekerja saat itu dan kebetulan saya pun mau main futsal. Jadi kami akhiri jalan2nya sampai di situ.