About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Minggu, 31 Agustus 2014

Lake Mountain

Waduk Penampungan Air
Ini cerita pada tanggal 5 Juli 2014 yang lalu dimana kami sekeluarga jalan2 bareng temen kerja Kristina orang India. Namanya Inderpal yang kebetulan punya anak yang seumuran dengan Eog namanya Arsh (cewe). Anak2 kami cukup akrab sejak Kristina dan Inderpal saling kenal. Sekedar info, Inderpal adalah perempuan. Saya merasa perlu menginfokan ini dikarenakan nama India tidak familiar di telinga orang Indo jadi sulit membayangkan gendernya.

Suburb Marysville
Ini adalah perjalanan pertama kalinya bagi saya bersama keluarga lainnya. Saya yang dari luar sering basa basi sama orang (begitulah kata Kristina, tukang basa basi, kadang bacin…) bukan berarti saya pecinta kehidupan bersosialisasi. Saya tipe orang yang kurang suka membina hubungan pertemanan untuk jangka panjang. Selain membutuhkan ongkos saya pun harus mengorbankan waktu saya misalnya waktu untuk chatting. Kalo dalam hal jalan2 saya sebenernya lebih memilih sendiri atau sama keluarga sendiri. Karena terkadang ketidak-cocokan selera sering jadi hambatan kepuasan jalan2 tersebut. Tapi kalo sama keluarga sendiri, biarpun ga cocok kan sah2 aja kalo ngeluh dan nuntut “gw mau ke sana, kalo lu ga suka tempetnya jalan dulu aja, entar gw nyusul”.

Ga usah jauh2, saya dan Kristina aja punya selera jalan2 yang berbeda. Dari hasil perbincangan saya dengan Ria, teman nulis blognya Kristina, beberapa minggu yang lalu Ria sempet dateng mengunjung kami dan tinggal bareng sekitar 2 minggu, kesimpulannya gaya jalan2 saya sedikit mirip dengan Ria, namun tak seekstrim Ria sih. Ekstrimnya seperti apa? Hmmm, ditunggu saja cerita beliau tentang Melbourne dan Sydney dan simpulkan sendiri, hehehe… Berikut ini link blog mereka, sapa tau tertarik untuk dicari tau sugiartobudiman.blogspot.com

Perjalanan kami kali ini adalah ke Lake Mountain, gunung bersalju kedua yang pernah kami kunjungi di Melbourne. Yang pertama kalinya dulu adalah Mount Buller, sayangnya saya ga sempet bercerita tentang Mount Buller ini di blog. Karena kisahnya udah 2 tahun yang lalu, dijamin udah basi, bahkan Indomi aja kagak ada yang masa kadaluarsanya sampe 2 taon jadi cukup sekedar info aja.

Lake Mountain tempatnya cukup menarik untuk bermain papan seluncuran namun dari luasnya tempat bermain, Mount Buller 4x lebih luas dan tempat bermainnya pun
bermacam2. Ini pertama kalinya kami ke Lake Mountain dan di perjalanan kami ga dateng berbarengan karena sebelumnya kami harus menghadiri PEMILU di Kedubes RI terlebih dahulu dan Inderpal pun harus kerja sampai jam 11am. Alhasil ketika kami sampai di Lake Mountain, 15 menit kemudian mereka menemukan mobil kami dan parkir tepat di sebelah kami. Ketika itu kami masih di dalam mobil sibuk dengan baju dingin kami yang belum dikenakan, karenanya kami masih ada di mobil. Cuaca yang pada waktu itu sedikit gerimis menambah suhu udara tambah terasa dingin.

Well, tak seburuk yang saya bayangkan. Datengnya ga bareng tapi kami main bareng. Awalnya saya kira bakalan main sendiri2 karena kecil kemungkinan bisa ketemu, tapi ternyata melihat tempatnya yang ga luas, walaupun dateng terpisah, pasti buntut2nya bakalan ketemu karena tempet bermainnya Cuma di area sekitar restorannya itu. Dan perlu diketahui bahwa kita dilarang membawa papan seluncur sendiri. Katanya sih demi keselamatan karena papan seluncur yang disewakan di sana sesuai standar. Apabila bawa papan seluncur sendiri dikhawatirkan kita tidak mengetahui standar keselamatannya seperti apa dan bisa membahayakan pengunjung yang lain dan diri sendiri. Kalo kata saya sih ini mah akal2an pihak management biar pada nyewa papan seluncurnya.

Di awal saya sempat katakana bahwa Ria, temen blog Kristina datang main ke rumah dan kami mengajaknya ke Lake Mountain juga tetapi di lain waktu (2 Agustus 2014). Perjalanan kami kali ini amat sangat beruntung. Untuk pertama kalinya saya melihat salju turun dari langit karena cuaca pada saat itu amat sangat bersalju dan jalanan memang terasa sedikit licin karena sebagian es di tengah jalan belum mencair. Bisa berakibat buruk jika melaju terlalu cepat karena walaupun udah ngerem, mobil akan tetap meluncur akibat es yang melekat pada ban. Kami sempat menyewa rantai $30 per pasang yang rencanakan akan dipasang di ban, akan tetapi rantai tak terpakai sama sekali karena es tak setebal yang kami duga.

Sebelum kami sampai di Lake Mountain, kami menyempatkan diri melipir ke sebuah spot bagus dengan pemandangan aduhai. Pepohonan dimana2 yang mengelilingi danau yang merupakan waduk tampungan cadangan air ketika musim kemarau. Cuaca ketika itu memang sedang dingin jadi ketika melihat pemandangan ini serasa ingat waktu kuliah dulu jalan2 pake motor dari yogya ke Wonosobo, ketika itu hamparan kebun the dimana2 dan pegunungan terlihat seperti ladang Teletabies.

Setelah melewati waduk penampungan air, jalan masih berkelok2 dan bagi kalian yang menyukai pemandangan pegunungan dijamin ga akan bosan sepanjang perjalanan. Bagi kalian yang suka foto2 dijamin jari kalian gatal untuk mengambil gambar. Gak lama setelah itu kalian akan sampai di sebuah kota bernama Marysville, sebuah suburb yang cukup padat dihuni penduduk karena posisinya yang cukup strategis dimana pemandangan yang indah bisa didapat dan dekat dengan Lake Mountain. Restoran dimana2 namun semuanya tetap teratur dan rapi sehingga member kesan tersendiri di tengah keramaian. Walaupun padat tetap saja ada spot bagus untuk difoto di suburb ini. Kalo tengki bensin kalian hamper hambis, atau kira2 tidak akan mencukupi sampai
dengan 2 jam perjalanan ke depan, sebaiknya isi bensin di suburb ini karena Lake Mountain akan sampai dalam waktu kira2 1 jam dan tidak ada POM bensin di Lake Mountain. Sepanjang jalan pun hanya ada hutan dengan jalan yang berkelok2. Kemampuan akselerasi menyetir anda akan teruji dan terasa di sini. Buat yang ga pede, sebaiknya sedikit melambat, apalagi kalo jalanannya basah. Sebelum musibah terjadi lebih baik jangan ambil resiko.

Perjalanan ini lebih menarik ketimbang yang pertama kali karena salju yang baru turun semalam dan sampai pada saat kami sampai pun salju turun lagi, jadi seluruh pohon yang kami lewati berselimut salju semua. Sangat indah seperti di kartu2 natal atau film2 natal Hollywood tentang indahnya White Christmas. Apalagi pemandangan ketika kami akan pulang, tepat ketika matahari terbenam, cahayanya berpadu dengan salju yang menghampar di sepanjang pegunungan dan pohon2 pinus, waaahhh… Keren banget deh.

Warna keemasan pun mucul akibat pantulan cahaya matahi yang mulai memudar dan pegunungan es pun terlihat seperti hamparan ladang padi yang siap dipanen, emas semua. Saya beruntung sekali hari ini karena Eog tidur dan saya bisa menyelesaikan artikel ini yang sudah 3 hari dicicil karena tak mampu diselesaikan akibat gangguan bocah ingusan.







Senin, 25 Agustus 2014

Saint Patrick's Cathedral

Saya kurang ingat apakah saya pernah menceritakan tempat kunjungan ini atau belum. Tapi lebih baik bercerita 2x daripada tidak pernah tersampaikan sama sekali. Ada tempat kunjungan di Melbourne yang tidak kalah menariknya walaupun sedikit menjauh dari CBD pusat kota. Hanya dengan mengendarai kereta dan berhenti di Parliament Station lalu berjalan kaki sekitar 5 menit, perjalanan menjadi cepat dan efisien. Nama tempat ini adalah St. Patrick Cathedral dan ini bukan kali pertama bagi saya. Walaupun ini sebuah gedung gereja namun mereka menyediakan satu sesi perjalanan wisata mengunjungi setiap sudut dan memberi penjelasan tentang sejarah dan asal mulanya dibangun.

Kadang kala kesepatan kita untuk berkunjung tidak singkron dengan jam berkunjung tempat wisata. Jadi ada baiknya bila anda cek website nya terlebih dahulu apakah katedral ini buka atau tidak. Tidak masalah anda mau berkunjung di siang bolong ataupun di malam hari, kedua waktu tersebut punya sensasi tersendiri dalam setiap kunjungannya, suasana yang berbeda dan kesan yang unik. 

Perlu diketahui bahwa ada baiknya anda tidak berkunjung ke dalam gereja pada saat perayaan ekaristi sudah dimulai, karena besar kemungkinan anda akan ditegur bila menggunakan kamera di dalam gereja . Yang dapat anda lakukan bila terpaksa sampai di tempat bertepatan dengan perayaan ekaristi adalah, menunggu perayaan ekaristi selesai sambil mengunjungi setiap sudut di luar gereja. Ada banyak spot bagus untuk pengambilan gambar, dijamin 1 jam ga akan terasa. Dinding2 gereja yang terbuat dari batu terlihat seperti Castle ala Inggris. Ditambah nuansa pohon2 Oak yang jarang ada di Indonesia, memberikan suasana berbeda dari biasanya.

Setelah perayaan ekaristi berakhir, anda bisa lanjutkan perjalanan anda mengunjungi bagian dalam gereja yang terlihat megah dan artistik. Track panjang dari pintu masuk menuju altar bisa menjadi spot bagus untuk berfoto ria. Dan bila anda sudah sampai di depan cobalah untuk mengamati di bagian sebelah kanan, terdapat alat musik organ yang sound system nya sebesar bagong. Sound system seperti ini yang biasanya ada di rumah2 opera pameran musik klasik, tapi saya lupa namanya, aduuuh...

Bila anda sadari, gedung katedral ini bila dilihat dari atas berbentuk salib. Maketnya bangunannya dapat anda lihat di dekat pintu masuk sebelah kiri. 

http://www.cam.org.au/cathedral
1 Cathedral Place
East Melbourne, VIC 3002
Ph 03 9662 2233

Minggu, 24 Agustus 2014

Gerhana Bulan

Ada yang bilang katanya ciri2 orang yang lagi seneng adalah mereka melupakan segalanya dan fokus pada hal yang sedang mereka gandrungi. Seperti halnya juga blog ini, yang tujuan awalnya saya bikin adalah sebagai wadah curahat hati saya. Tapi dikarenakan terlalu sibuk dan happy, alhasil blog ini tak pernah ter-update dengan teratur.

Akhirnya saya mencoba gali foto2 yang pernah terjadi dari sejak apdetan blog terakhir tentang Melbourne Museum sampe sekarang, ujubile ajimasa’it…  Ada lebih dari 20 momen yang terabaikan di folder foto dan tak terbagikan dengan rekan2 pengunjung setia blog ini. Hal ini sebenernya sedikit menyalahi aturan yang telah saya buat yakni “Happiness is real when it shared” yang tertulis di halaman muka blog. Maksud hati ingin selalu berbagi hal yang membahagiakan itu dengan rekan2 namun apa daya kesibukan dengan si Eog (bocah ingusan hasil benih saya) dan hobi yang mencandukan membuat saya sedikit mengabaikan blog ini (Alasan saja...!)

Baiklah kita mulai dari momen pertama yang terabaikan, yakni Gerhana Bulan 15 April 2014. Ada yang masih ingat? Atau malah tak nyadar kalo pada tanggal itu ada gerhana bulan? Wkwkwk… dimaklumi sih karena fenomena ini memang hanya terlihat di bagian timur Indonesia paling selatan dan itupun terlihat setelah gerhana totalnya selesai akibat ‘jam tayang’ yang tidak singkron dengan posisi negara Indonesia.

Kalau menurut mitos dan dongeng anak-anak di Jepang, bulan konon ditinggali oleh kelinci yang selalu menumbuk kue mochi. Masyarakat Jepang melihat bagian bulan yang sedikit gelap (terutama terlihat ketika bulan purnama) adalah bentuk kelinci yang sedang menumbuk mochi. Mari kita sedikit berdongeng ria:

Alkisah di suatu hutan hiduplah 3 ekor binatang, yaitu seekor monyet, seekor rubah, dan seekor kelinci. Ketiganya bersahabat baik dan merupakan binatang yang baik hati. Melihat ketiga binatang tersebut, dewa penjaga bulan menjadi penasaran. “Siapa diantara mereka yang paling baik?” pikirnya. Sang dewa lalu turun ke bumi dan mengubah dirinya supaya terlihat seperti pengemis tua. Ia menghampiri ketiga binatang tersebut dengan tertatih-tatih. “Saya sangat lapar dan sudah berhari-hari tidak makan. Kasihanilah orang tua ini,” kata sang dewa. Melihat pengemis yang kelaparan, ketiga binatang itu jatuh kasihan. Monyet segera memetik buah-buahan di hutan sebanyak yang ia bisa dan memberikannya kepada pengemis tersebut. Sementara rubah mengumpulkan ikan sebanyak-banyaknya untuk si pengemis. Namun kelinci tidak bisa mengumpulkan apa-apa. Ia tidak bisa memetik buah diatas pohon yang tinggi maupun menangkap ikan di sungai. Kelinci menjadi sedih, namun ia tak putus asa. Ia meminta tolong kepada monyet dan rubah untuk membantunya mengumpulkan ranting dan kayu kering. Kemudian ia membuat api dan membakar kayu-kayu tersebut. “Maaf aku tidak bisa mengumpulkan apa-apa,” kata kelinci. “Namun aku tidak akan membiarkanmu kelaparan. Aku akan masuk ke dalam api, setelah matang makanlah dagingku supaya kamu tidak lapar lagi.” Tanpa sempat dicegah oleh monyet dan rubah, kelinci segera melompat ke dalam api untuk membakar dirinya sendiri. Namun dalam sekejap sang dewa menyelamatkan kelinci dan menampakkan wujud aslinya. “Kau tidak perlu membakar dirimu, wahai kelinci. Sebenarnya aku adalah dewa penjaga bulan. Ketulusan dan kebaikanmu membuatku terharu. Ikutlah denganku ke bulan untuk menemaniku.” Sejak saat itu, kelinci tinggal bersama sang dewa. Ia melayani sang dewa dan mengawasi bumi dari kejauhan. Bila monyet dan rubah merindukan sahabatnya, mereka memandang bulan di langit untuk melihatnya. Dan bila bulan purnama tiba akan terlihat si kelinci yang sedang membuatkan mochi untuk sang dewa.

Sebenernya pada tanggal yang sama juga saya berulang tahun yang ke-31. Ini momen belum pernah terjadi dalam hidup saya, pas ulang tahun kadonya Gerhana Bulan, keren bingit... Ketika itu istri sempat belikan kue tar dari toko terdekat sih dan merayakan tiup lilinnya sambil diganggu Eog. Pengen rasanya umur saya balik lagi jadi 17 tapi saya ga mau balik ke masa itu, cukup umurnya saja. 

Untuk foto2 lengkap pada waktu gerhana bulan, silahkan kunjungi Face Book saya. Gerhana bulan yang terambil dari kamera saya agak sedikit terlambat, dikarenakan pada waktu gerhana total, di sini masih sedikit cerah dan terang jadi ga keliatan. Beruntungnya beberapa menit setelah Total suasana mulai remang2 dan alhasil inilah foto terbaik yang bisa saya bagikan. Selamat menikmati bagi mereka yang belum pernah melihat gerhana bulan seperti saya. 

http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php/13877-Kelinci-Penunggu-Bulan?p=389237#post389237