About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Kamis, 31 Desember 2009

9 Things Wonderful in My Life

Baru aja semalam saya melintas di Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta abis jemput istri yang lembur kejar setoran akibat bulan madu kami yang menurut kami itu adalah liburan terpanjang yang pernah kami alami sejak kami berdua memulai rutinitas pencarian nafkah sesuap nasi (… dan segenggam berlian kalo diijinkan, hihihi!!!)

Entah kenapa, mendadak otak ini tiba2 berpikir: “… beruntung sekali saya!” Tapi kalau diingat-ingat lagi, semalem itu saya lagi dapet durian runtuh atau ketiban rejeki apa yach? Kok rasa2nya ga ada hal yang istimewa malam itu, tapi kenapa rasanya waktu itu benar2 mensyukuri hidup yang udah dilewatin dan keberadaan istri di kursi belakang motor saya yang sepertinya udah hampir mencapai batas kewajaran untuk dibilang motor layak pakai.

Sambil sedikit menggunakan otak, saya pun mulai teringat akan hal2 yang lampau2 maupun keberuntungan2 yang saya peroleh di masa kecil hingga semalam. Berikut ini poin2 keberuntungan yang pernah saya alami selama hidup:

  1. Kuliah
Ga semua orang bisa kuliah lho, dan saya sendiri hampir saja ga kuliah karena memang ga ada biayanya. Waktu itu udah daftar dan diterima di Sekolah Tinggi swasta di Tangerang dan berhubung dapet Grade lumayan tinggi jadi bayar uang kuliahnya cukup murah, maksud hati nanti biar kerja sambil kuliah gitu. Mendadak tante dari papa ternyata mengetahui saya akan kuliah dan dikirimilah uang kuliah dan pesannya: “Kuliahlah di tempet yang punya nama, jadi lulus bisa langsung kerja.” Tapi karena uang yang dikirimi hanya sebesar 2/3 uang kuliah rata2 di Jakarta, maka saya memutar otak untuk cari universitas yang terkenal tapi murah. Untungnya ada…

  1. Lulus kuliah
Hahaha… mungkin bingung ya kenapa lulus kuliah kok dianggap keberuntungan? Asal tau aja, perjuangan saya untuk lulus kuliah sangat berat. Ada 1 mata kuliah yang sangat berkesan buat saya. 3 kali saya ambil mata kuliah ini 3 juga saya dapet E (tidak lulus). Mata kuliahnya adalah Akuntansi Keuangan Menengah II (AKM II). Jadi total AKM II saya ambil 4 kali untuk bisa lulus dengan nilai C. Ini belum termasuk mata kuliah Akuntansi lainnya yang berjumlah 6 dengan rata2 saya mengulang 3 kali untuk bisa lulus. Ditambah lagi ketika skripsi, dosen pembimbing saya adalah dosen AKM II yang menyebabkan saya harus mengulang terus mata kuliah tersebut. Alhasil total waktu saya kuliah adalah 6 tahun 3 bulan. Dan rasanya bahagia luar biasa seperti terlepas dari jerat yang selama ini mengkungkung saya.

  1. Multy Level Marketing (MLM)
Ga semua orang memahami betul2 apa itu MLM atau Bisnis Jaringan, sehingga kebanyakan orang lebih cenderung anti atau bahkan menjauh dari bisnis ini. Dari pengalaman bisnis inilah saya belajar bagaimana untuk selalu positive thingking, dan antusias dalam setiap aktivitas yang kita lakukan. Semua ilmu yang saya dapatkan sangat mempengaruhi hidup dan sikap saya sekarang. Kebanyakan orang beranggapan bisnis ini tidak menguntungkan, tapi bagi saya di sinilah saya mendapatkan keuntungan dalam bentuk perubahan sikap dan paradigma. Saya teringat akan cerita dari 1 buku motivasi “The Richies Man in Babylon yang lebih memilih kantung berisi nasihat/petuah ketimbang kantung berisikan emas ketika ia akan pergi merantau. Ketika kita kaya tapi kurang bijaksana, kekayaan itu pastilah hanya sesaat. Tetapi ketika kita bijaksana, baik dalam pola pikir, sikap, dan tutur kata, maka kekayaan akan bertambah seiring dengan perjalanan hidup kita.

  1. Motor
Dulu saya pernah punya motor yang saya beli dengan uang patungan antara saya, adik, dan mama saya. Motor China dengan merek Jin Cheng yang kami beli ternyata tidak bertahan lama. Motor tersebut raib diambil maling. Pengalaman ini membuat saya lebih berhati-hati terhadap motor saya sekarang. Saya tidak akan pernah malas untuk memasangkan garpu pengaman yang dipasangkan di roda depan. Motor saya juga yang membuat saya lebih fleksibel untuk mobilitas saya dan istri, dimana kepadatan penduduk di Jakarta membuat motor sayalah sebagai jawaban yang lebih masuk akal ketimbang mobil. Ini bukan berarti saya ga suka mobil, atau bukan berarti saya ga mau punya mobil. Ada kelebihan dan kekurangan dari kedua transportasi tersebut. Yang satu fleksibel, cepat, tapi kurang nyaman. Sementara yang satunya kurang cocok untuk transportasi di Jakarta yang macet dan penuh pelanggaran lalu lintas.

  1. Olah Raga
Untungnya saya hobi di olah raga, apapun bentuknya olah raga tersebut saya akan dengan senang hati melakukannya asalkan itu bisa membuat tubuh saya bergerak dan aliran darah jadi lancar. Bayangkan bila anda harus melakukan sesuatu yang tidak anda sukai, padahal anda tahu itu menyehatkan anda. Wah, itu sama hal dengan makan sayur pare dan buah pepaya buat saya. Kedua makanan itu benar2 ga enak, tapi benar2 menyehatkan. So, jadinya saya tetap makan, asalkan sehat. Untungnya saya suka olah raga, jadi saya ga perlu menambah list “hal menyehatkan tapi tidak mengenakkan.” Terbukti waktu tes darah ternyata gula darah saya selisih jauh di bawah istri saya, padahal tiap hari saya makan biskuit dan kopi susu.

  1. Organ Tubuh Lengkap
Masih teringat waktu honeymoon di Vietnam, kami diajak ke tempat pembuatan lukisan dari kulit tiram dimana si pembuatnya ternyata orang cacat fisik semua. Saya juga teringat film Slumdog Milyuner. Mereka membuat anak2 cacat fisik secara disengaja untuk dijadikan pengemis. Saya bersyukur masih mempunyai organ tubuh yang lengkap sehingga hal tersebut tidak perlu terjadi pada saya. Kalaupun ya, saya akan amat sangat termotivasi ketika melihat masih ada orang2 yang begitu antusias berkarya di Vietnam sementara tubuh mereka jauh dari kata “sempurna”.

  1. Makanan dan Minuman
Saya pernah lihat dompet mama saya waktu umur 9 tahun karena merengek minta jajan, sementara mama saya ga mau kasih uang. Mungkin karena udah putus asa, akhirnya dia suruh saya liat sendiri dompetnya. Taraaaaaaa… yang saya temukan adalah uang Rp 25; pada waktu itu masih bisa beli 1 permen sugus. Tapi hati mendadak terenyuh, mama saya ga bergeming, tetap menyibukan diri mencuci piring tanpa memperdulikan saya benar2 mengambil duit itu atau tidak. Saya jadi tidak tega dan sepertinya mama saya waktu itu memang stress karena keuangan morat marit. Anehnya, saya tidak kekurangan gizi, apalagi kekurangan makan. Saya ga tahu bagaimana papa/mama saya mengusahakan kebutuhan anak2nya tapi yang pasti ini benar2 rejeki dari Tuhan kami masih bisa cukup makan hingga hari ini.

  1. Masalah
Ouch… ini yang paling saya suka. Poin keberuntungan inilah yang menjadikan saya sedikit demi sedikit makin hari makin tambah dewasa. Saya sungguh bersyukur hidup saya ga gitu2 aja. Life is never flat kalo kata Agnes Monica. Memang pada saat masalah datang rasanya pengen banget cepat2 kabur dari situasi tersebut, bahkan mungkin lebih ekstrim lagi, segera mengakhiri hidup. Ada kesal, amarah, kebencian, putus asa, semua emosi2 negatif campur aduk bersamaan. Ditambah lagi di saat yang bersama saya harus menahan ego saya untuk berusaha menenangkan/menstabilkan diri. Wah… beratnya setengah mati kalau diingat2 lagi, ga kuat. Tapi saya tahu kalau ga gitu ga akan pernah selesai masalahnya. Jadi setiap masalah yang mampu saya selesaikan, ada tingkat kepuasan tertentu dan seperti menambang pengalaman baru dalam hidup ini, atau boleh dibilang saya sudah maju satu langkah lagi menuju ke “dewasa” an.

  1. Istri Yang Cerdas
Saya lupa, ada seorang ilmuan yang pernah mengatakan bahwa: “Istri yang cerdas, investasi untuk keluarga.” Bagi saya, istri saya ini termasuk dalam nominasi cerdas, setidaknya lebih cerdas lah dari saya, hahahaha… tapi memang harus saya akui, ada kalanya ketika kami lagi kalut atau bingung akan sesuatu, dia sering memunculkan ide2 yang ga terpikirkan sebelumnya oleh saya, padahal kondisinya kami sama2 lagi kalut/bingung tapi dia sempat2nya memikirkan cara lain. Saya rasa saya ga salah berinvestasi. Dan saya merasa beruntung dengan istri yang mendampingi saya sekarang ini.

Waduh banyak amat yach? Padahal list saya masih banyak yang harus dipindahkan di artikel ini. Ga nyangka ternyata kalo kita niatin diri untuk menghitung rejeki yang pernah kita dapet, ternyata lebih banyak dibanding kesialan yang kita alami. Bahkan sebenarnya kesialan itu sendiri bisa menjadi poin keberuntungan juga. Karena itu menambah pengalaman hidup kita.

Sayangnya ga semua orang menyadari akan hal ini, bahwasannya kita hidup aja udah termasuk rejeki juga, karena kita dikasih kesempatan untuk bisa berkembang dan menjadi manusia yang lebih berkualitas. Nah, untuk menjadi berkualitas tentunya harus digojlok dulu, kan. Orang dinyatakan pintar di sekolahnya aja standarnya dengan lulus ujian. Sama halnya seperti emas, ketika baru diambil dari tempat penambangan mana ada emas yang bagus? Semua emas pasti masih bercampur dengan bebatuan dan pasir. Jadi untuk mendapatkan emas yang murni, emas2 hasil galian ditempa dulu, dipanaskan berjam-jam hingga mencair, sampai emas dan pasir berpisah.
Begitu juga dengan hidup kita, harusnya kita mengerti tempaan (masalah) yang kita alami itu akan menjadikan kita lebih murni dari sebelumnya. Jadi harus ada tekad untuk bisa menyelesaikan “pertandingan” melawan diri sendiri. Agar hidup kita ke depan makin hari makin berkualitas. Dan perlu diingat, setelah menyelesaikan satu pertandingan, akan ada pertandingan2 berikutnya. Dan biasanya tingkat kesulitannya lebih tinggi. Jadi jangan mau instant, apalagi melewatkan pertandingan yang sekarang anda hadapi. Karena dengan menyelesaikan pertandingan demi pertandinganlah kita dapat mencapai puncak.

”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaab-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia.” – Paul.

Rabu, 30 Desember 2009

"FAITH"

Ternyata ga semua orang percaya kalo ada beberapa hal atau mungkin semua yang terjadi dalam hidup manusia itu berkaitan dengan sugesti, atau lebih sering dikenal dengan nama ‘kekuatan alam bawah sadar’. Ga usah jauh2, teman di sebelah meja kerja saya dengan lantang menjawab: “Ah, ga percaya!” Padahal dia baru saja mengalami apa yang disebut kekuatan alam bawah sadar tadi.

Entah karena angin apa, teman kantor di sebelah saya ini – sebut aja namanya Cucu, jadi sering memperdengarkan lagu2 romantis, ataupun lagu yang sering dipakai di resepsi/pemberkatan perkawinan dari laptop kerjanya. “Iya nih, lagi pengen aja. Abis lagunya bagus2.”

Berikut ini lagu2 yang di”stel” terus oleh Cucu, tanpa memperdulikan orang2 di sekitar udah hapal dengan syairnya atau mungkin bosen dengan nadanya yang itu2 aja karena udah terlalu sering diperdengarkan:

  1. I Belive In You – Celine Dion feat Ill Divo
  2. There For Me – Josh Groban feat Sarah McBright
  3. From This Moment – Shania Twain
  4. The Give – Jim Brickman

Kurang lebih sekitar 1 minggu kemudian, saya harus pergi ke kantor klien di daerah Pluit Junction, dan kebetulan bersama dengan Cucu sebagai Incharge saya. Di perjalanan Cucu menceritakan bahwa semalam dia baru saja DILAMAR oleh pacarnya setelah 2,5 tahun berpacaran. Sambil shock dan ini benar2 membuat saya terkejut saya menanyakan bagaimana kejadiannya. Ternyata Cucu pun terkejut dengan kejadian semalam, dimana dia diajak dinner oleh pacarnya di hari kerja.

Hmmm… Boleh percaya, boleh nggak… Perihal kekuatan alam bawah sadar juga terjadi dalam hidup saya. Awal Januari 2009, setelah pengumpulan uang bertahun-tahun saya berencana mengalihkan tabungan saya di emas. Tapi karena ga mampu untuk membeli emas batangan jadinya beli perhiasan aja deh.

Pacar saya waktu itu bilang kenapa ga sekalian aja beli cincin kawin? Hmmm, bener juga. Akhirnya jadinya cincin kami dengan berat total 10 gram yang kami beli di Cikini yang terkenal dengan pasar penjualan emas. Pada waktu itu saya memaklumi saja permintaan pacar saya yang menyarankan saya untuk menginvestasikan tabungan ke cincin kawin, karena:

  1. saya memang mau beli emas
  2. ga mampu beli emas batangan
  3. pacar saya punya obsesi menikah

Impian pacar saya untuk menikah sepertinya kuat sekali. Jadi dia menyarankan saya yang menyimpan cincin tersebut supaya saya juga punya keinginan yang sama katanya.

Tiap malam sepulang kerja, atau di waktu kosong, saya sering iseng2 pake cincin tersebut, saya perhatikan kemilaunya, bentuknya. Kadang saya gosok2 kalau sudah terlalu banyak terpegang.

Entah duit dari mana, kok bisa terkumpul ya duitnya? Awal bulan Mei 2009 saya bilang saya mau melamar pacar saya. Kira2 apa aja yang perlu disiapkan? Maka terjadilah hari lamaran tersebut. Perlu waktu kurang lebih 1 minggu untuk persiapan dari beli kalung emas untuk calon mertua, kalung emas untuk si calon tunangan, kue Pia & permen yang jumlahnya masing2 9 buah, uang susu yang harus dihias, dll. Dan juga karena ada kendala waktu yang kurang tepat, karena Kristina – pacar saya, mendadak harus mengikuti training dari kantornya, maka hari H nya jadi tanggal 30 Mei 2009.

Tanggal 2 Juni 2009 kami langsung mendaftar kursus perkawinan di Gereja Katolik st. Kristoforus – Grogol, dimana kursus tersebut akan diadakan pada tanggal 5-7 Juni. Jadi boleh dibilang pendaftaran kami hampir terlambat, dimana persyaratan yang diminta oleh petugasnya pun menyusul pada saat kursus dilakukan.

Setelah lamaran saya masih ga yakin kalau bisa menikahi pacar saya ini. Jadi seiring jalannya waktu kami berdua bertukar pikiran kira2 kawinan model apa ya yang tepat untuk kami. Sambil mikir, saya pun sambil terus iseng2 pake cincin dan ada satu hal yang dari tadi ga saya sebutkan – DOA. Karena dengan berdoa, keyakinan saya sepertinya semakin bertambah padahal ga punya duit, hahahaha… Bingung saya juga. Jujur aja, waktu itu tabungan Cuma ada 45 ribu, menunggu detik2 terakhir dipencetnya “enter” oleh bos yang biasa transferin uang gaji kita2 para karyawan.

Bener2 deh, ga bisa dipake logika. 28 November 2009 kejadian beneran. Hal2 yang saya anggap remeh dan ga mungkin terjadi, eh malah terjadi. God must be crazy, Dia bikin saya bisa nikah, malah pake bulan madu lagi, semua pake uang sendiri lagi. God must be crazy kalo Dia cuma punya kemampuan manusia. Gila… gila… gila… Ga bisa pake logika. Semuanya di luar nalar dan ga bisa pake hitungan matematika, Phitagoras, ataupun rumus fisika, apalagi rumus grafitasi.

Tahun 2009 benar2 membawa perubahan signifikan dalam hidup saya. Saya ga bisa bayangkan kalau saya tidak melakukan apa yang disarankan pacar saya waktu itu. Mungkin sampai sekarang kami masih pacaran dengan hubungan yang udah basi sampai ke ubun2 (basi, soalnya kami pacaran sejak 2002).

Tahun 2009 benar2 memberikan pelajaran yang berharga dalam hidup saya tentang uang, waktu, dan hubungan saya dengan Tuhan saya. Dan yang terpenting adalah hubungan saya dengan keluarga2 saya dan istri saya. Semikin hari saya semakin menyadari waktunya tinggal sedikit dan seolah2 tidak ada waktu lagi untuk mengasihi mereka.

Tahun 2009 tidak akan bisa terlupakan dalam hidup saya. Kalaupun saya lupa, untuk itulah fungsi blog ini. Agar semuanya itu dapat saya kenang terus, bahkan sampai ke keturunan2 saya. Karena juga baru kali ini saya melewati 1 tahun yang benar2 penuh arti.

Tahun 2009 juga membuat saya semakin menyadari bahwa istri saya adalah mentor terbaik yang pernah ada. Tanpa dia, kami mungkin udah luntang lantung dengan hubungan kami yang ga ada juntrungnya. Dia mengajarkan saya tentang keyakinan & kekuatan doa. Dia terus mengingatkan saya untuk berbagi kasih dengan orang lain, terutama orang tua kami yang semakin hari semakin tua dan semakin lemahnya tubuh mereka.

Tahun 2009 ini, sekali lagi berkat mentor, sahabat, sekaligus istri saya – Kristina, saya jadi terkenang akan kesalahan2 yang pernah saya buat terhadap orang tua saya. Perjuangan mereka untuk membesarkan saya bukan lagi keringat dan air mata, tapi mental mereka pun dipertaruhkan. Untung mereka ga jadi gila, dan untung Tuhan masih memberikan kesabaran dan umur panjang sehingga bisa melihat anaknya menikah. Semoga masih ada waktu untuk membahagiakan mereka.

Saya hanya bisa berharap di tahun2 mendatang ada lebih banyak lagi hal2 yang luar biasa dan mengesankan untuk diceritakan dan dibagikan dengan orang2 terdekat saya. Seperti kata Christoper Johnson McCandles dalam film kisah nyatanya Into The Wild: “Happiness is real when shared”

Semoga masih ada waktu…