About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Sabtu, 13 April 2013

Peace of Life

Ada momen yang tidak pernah saya duga. Hari Sabtu di bulan yang lalu sepulang main futsal, saya turun dari kereta dan tiba2 aja ada orang di belakang yang berteriak "Tolong... Orang itu ngambil tas saya!" Saya sempat melihat si pencuri tas sempat dihadang oleh seorang pemuda namun berhasil lolos setelah sempat terjadi perkelahian sebentar.

Setelah berhasil melewati si pumuda, akhirnya si pencuri harus melewati saya. Apa yang saya lakukan? Saya hanya sempat menghadangnya dengan tangan tapi si pencuri dengan mudah melempar halangan tangan saya dan berlalu dengan santainya. Dengan sergap seorang wanita berteriak pada seorang bapak2 yang sudah berada agak jauh di depan si pencuri bermaksud supaya si bapak bisa menghadang si pencuri.

Di saat yang bersamaan entah kenapa saya merasa harus berlari dan menghampiri si pencuri. Mental saya mendadak menguat dan merasa bisa mendapatkan tas si korban. Apalagi melihat si bapak2 juga ikutan menghampiri si pencuri, nyali saya pun memuncak. Karena saya berlari menghampiri si pencuri sementara si bapak2 cuma jalan alhasil saya lah yang berhadapan dengan si pencuri duluan. Jujur aja, sekejap saat berhadapan dengan si pencuri nyali saya langsung ciut. Tapi ga tau kenapa si pencuri langsung ngelempar tas yang dia rampok tadi sambil bilang "Lu mau tas, nih tas...!" Sepertinya dia melihat si bapak2 yang mulai mendekat menghampiri dia juga yang berada di belakang saya. Jadi dia merasa akan kalah dan memilih balikin tas nya.

Wah saya merasa beruntung banget karena ga perlu menghadapi sebuah perkelahian. Berarti insting saya ketika memutuskan untuk mengejar si pencuri ternyata benar. Ketika itu saya yakin tas si korban bisa diraih kembali. Tapi ketika sampe di rumah dan menceritakan kejadian ini, Kristina langsung marah dan menganggap perbuatan saya hanya akan menyebabkan kematian konyol. Pasalnya Kristina kebanyakan baca berita detik.com yang seringnya terbaca olehnya berita2 kriminal. Contohnya beberapa hari lalu ada orang yang mo bantu halangin pencuri motor. Motor tak dapat diraih nyawa malah melayang karena ditusuk sama si pencuri.

Suburb bagian barat ini, salah satunya daerah tempat saya tinggal, memang terkenal di dominasi oleh orang2 item dan Vietnam. Karenanya banyak cerita2 negatif tentang suburb bagian barat yang sering terjadi tindak kejahatan yang pelakunya seringnya adalah orang2 item yang sering sekali membuat ulah, dan orang2 Vietnam yang dagang narkoba. Tapi itu cerita masa lalu, sekitar 10-15 tahun yang lalu. Sementara sekarang sepertinya orang2 item ini menyadari akan keberadaan mereka yang sering dituding sebagai pelaku kejahatan sehingga mereka benar2 menjaga sikap dan terbukti memang saya belum pernah liat orang rese itu orang item, tapi justru malah sebaliknya, yang seringnya rese itu orang2 kulit putih, orang2 Ausi, yang senengnya make ganja dan mabok2an.

Dari pengalaman saya main bola sama anak2 negro, memang mereka ini punya hobi dan kebiasaan untuk berkelahi. Sempat saya menanyakan ke salah satu anak, kenapa kamu seneng berantem? Marco, si anak yang saya tanya itu menjawab, kami ga suka berkelahi sebenernya tapi kami merasa kami perlu untuk bisa berkelahi dan mempertahankan diri. Kebetulan saya orang bermata sipit sendiri di situ dan mereka agak jiper sama saya sejak kami pernah latihan basket bareng. Ketika pemanasan kebetulan saya bisa nyium lutut dan merenggangkan paha dimana telapak kaki saling berhadapan. Mereka cukup terkejut karena semua dari mereka ga bisa melakukan nya dan mereka menanyakan dari mana saya bisa seperti itu. Belum sempat saya jawab mereka udah nebak2 sendiri dengan menanyakan apakah saya pernah belajar bela diri atau sejenisnya? Ya, tentu saya jawab "Iya" karena memang saya pernah belajar Wu-Shu dan Judo. Tapi bukan karena belajar bela diri lantas saya bisa teknik pemanasan seperti yang mereka kagumi.

Belum sempat menjelaskan mereka semua udah sontak minta saya unjuk gigi dan minta diajarin beberapa teknik. Ya ampun, saya aja belajar bela diri cuma buat olahraga, mana inget lagi teknik2nya. Kalo diajak berantem juga saya pasti ciut juga karena menurut saya berantem itu persoalan mental bukan teknik.


Sekian cerita pengalaman saya yang kalo bisa jangan pernah kejadian lagi deh. Saya pernah baca sebuah tulisan yang bunyinya: "Jika kamu bisa memilih mana yang akan kamu pilih: Semua uang Bill Gates atau Kedamaian Dunia?" Awalnya pilihan ini terlihat mudah bagi saya yang hendak memilih pilihan pertama. Tapi lantas saya mencoba menelaah lagi pilihan kedua. Jika dunia ini damai, tak ada kekerasan, tak ada rasa iri, tak ada keinginan untuk memiliki ataupun menguasai milik orang lain, semua rang mengisi hari2nya dengan perasaan damai dan tentram. Ga khawatir akan hari esok, ga khawatir ada yang jahatin, semua orang saling percaya, tentu uang tidak akan ada manfaatnya lagi karena menurut saya uang sering kali jadi penyebab pertikaian sampai antar sesama sampai peperangan antar negara pun sebenarnya dipicu persoalan harta (sumber daya alam negara yang diserang).

Saya jadi pengen merasakan kehidupan manusia yang menyatu dengan alam. Seperti kata adik saya yang semalem sebel sama saya selepas berantem di telpon "Udah lu tinggal di hutan aja sono." Emang bener, saya memang tertarik dengan kehidupan di hutan/alam dimana mengusahakan makanan dari alam, segala kebutuhan dari alam. Ga ada stres, ga ada bom, ga ada perang, ga ada junk food, ga ada polusi, ga ada kemiskinan. Tapi beberapa orang menyebutnya adalah PRIMITIF, bagi saya PEACE of LIFE.

Minggu, 07 April 2013

Sunshine Festival

Kenapa dinamakan Sunshine Festival? Karena acaranya terletak di daerah Sunshine yang sebagian besar penghuninya yang saya tau adalah orang2 negro asal Sudan atau Afrika. Di sini kalo manggil 'orang item' dengan Negro, siap2 aja bogem mentah nyaplok di muka. Pas festival kami malah sama sekali ga liat orang2 negro lho. Atau mungkin mata saya pas meleng dan ga liat orang2 item itu ya karena terlalu fokus sama kemeriahan festivalnya. Sepertinya di Ausi ini sering banget ngadain festival atau acara2 apapun yang bertujuan memeriahkan suasana. Sepertinya memang budaya orang Ausi yang senang dengan kemeriahan dan selalu ada aja momen yang bisa dijadikan alasan untuk dirayakan. Mungkin karena itu orang2 Ausi lebih tau bagaimana menikmati hidup ketimbang kita yang tinggal di Indo dan berjuang dengan gaji bulanan yang pas2an atau bahkan kurang dan bingung dengan masa depan mau dibawa kemana. Boro2 mikirin kenikmatan hidup, udah bisa bertahan hidup aja udah syukur. Kadang walaupun ada kesempatan ga berani untuk mengambil karena terlalu banyak kepahitan dalam hidup dan tidak terbiasa untuk mengambil resiko atau hidupnya udah di ambang resiko (mungkin).

Hari Sabtu, 23 Maret, sekali lagi ceritanya telat, kami menyempatkan diri mengunjungi Sunshine Festival. Entahlah ini festival macam apa, sepertinya perayaan yang ga beda jauh sama postingan saya sebelumnya, Saint Albans Festival. Tapi bedanya festival ini tidak hanya mengekspos satu kebudayaan/ras saja. Di Sunshine Festival kali ini menyorot banyak kebudayaan, seperti misalnya awal pertama nyampe area festivalnya ada paduan suara sekaligus tarian asal Tonga. Yang cukup menghebohkan adalah dirigen yang membelakangi penonton ikut menari2 mengikuti hentakan lagu dan jogetan pinggulnya bikin ibu2 Tonga yang menonton berbondong2 ngasi tip uang kertas yang diselipkan di kerah baju sang dirigen. Dimana itu Tonga? Hehehe, kalo aja dulu ga punya temen kos asal Tonga mungkin sampe sekarang saya ga tau ada negara yang namanya Tonga. Tonga ini sebuah negara yang luasnya kurang lebih setengahnya negara Singapura. Jadi ini negara udah kaya pulau doang. Sekali libas sama Tsunami langsung lenyaplah negara ini. Letak geografis nya berada di arah jam 3 benua Australia atau lebih tepatnya di perairan Samudra Pasifik Selatan.

Di festival ini juga ada kontes Break Dance yang pesertanya rata2 anak2 yang masih berumur belasan. Ada juga yang nari2 ala Michael Jackson. Lalu orang2 yang berpakaian boneka berbentuk manusia tapi berbadan tinggi besar, pameran mobil2 antik, paduan suara dari anak2 down syndrom dan cacat yang menggunakan kursi roda, dan melukis wajah (khusu anak2). Selain itu ada area bermain yang diperuntukan untuk anak2 pula, seperti lapangan tenis, Skate boarding, Bom bom Car, dll. Kami sempat beli kupon undian seharga $2 yang berisi 6 nomor. Bila ada setidaknya satu saja nomor pada kupon yang saya beli sama dengan nomor yang tertera di papan yang sudah dipajang, maka saya berhak mendapatkan boneka besar yang terpajang di situ.

Ada permainan yang cukup lucu saya melihatnya. Ini semacam pertandingan Sumo, jadi pesertanya diwajibkan memakai pakaian sumo, lebih tepatnya boneka sumo. Jadi pesertanya akan kesulitan bergerak dan kalo udah jatoh pasti sulit untuk bangun, jadi udah kaya kura2. Bahkan ada beberapa peserta yang belum juga bertanding udah ga bisa mengendalikan keseimbangan dan jatoh. Alhasil dia cuma bisa gerak2in tangan kaki nya doang, maksud hati mencoba untuk bangun tapi kami para penonton ngeliatnya mirip kecoa atau kura2 yang ditebalikin, ga bisa bangun.

Oya, kami juga sempat masuk ke perpustakaan Sunshine yang sepertinya dijadikan basecamp oleh para polisi yang bertugas saat itu untuk mengamankan situasi jika ada keadaan2 yang sekiranya perlu diluruskan. Karena kebetulan letak dari perpustakaannya itu harus manaiki tangga sehingga lebih tinggi dan bisa mengamati keadaan. Di bagian belakang perpustakaannya kebetulan ada acara masak2, cara membuat masakan Jepang, Korea, dan Vietnam. Saya sih kurang tertarik karena merasa masih banyak yang harus diliat di festival tersebut, jadi ga mau menghentikan perjalanan dan berlama2 di satu titik. Alhasil saya panggil Kristina yang lagi asik nyari2 buku untuk Eog. Tapi ternyata dia juga ga tertarik dengan acara masak2nya. Kalo acaranya adalah pembuatan kue/cake mungkin Kristina masih ada minat untuk berhenti di situ dan nonton. Hehehe, secara menurut saya Kristina lebih berbakat dalam pembuatan kue ketimbang bikin masakan. Semoga Kristina abis baca ini merasa dipuji bukan sebaliknya karena kue2nya lebih enak ketimbang masakannya. Tapi kalo merasa sebaliknya... Ya, gimana ya... Sepertinya malam ini saya tidur di ruang tamu...

Perjalanan kami berakhir setelah kami keluar dari Sunshine Plaza, setelah belanja keperluan harian yang habis saat itu di Woolworth (kalo di Indo semacam Carrefour atau Hypermart). Perjalanan berakhir karena Kristina ditelpon dari tempet kerjanya untuk datang bekerja saat itu dan kebetulan saya pun mau main futsal. Jadi kami akhiri jalan2nya sampai di situ.