About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.
Tampilkan postingan dengan label Kerjaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kerjaan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Maret 2014

Berhenti dari Chilipadi

Saya akhirnya mengajukan diri untuk resign dari pekerjaan paruh waktu saya di restoran Chilipadi per Selasa minggu lalu, yakni 4 Maret 2014. Saya merasa tidak ada perkembangan dalam pekerjaan tersebut sejak 8 bulan terakhir karena atasan saya selalu menaruh saya di posisi Runner (pengantar makanan) atau Waiter yang melayani konsumen di meja. Saya merasa sudah menguasai produk jualan Chilipadi, bahkan walaupun Chilipadi sempat berganti 80% menunya, saya hanya butuh 3 hari untuk menguasai produk.

Terlalu banyak kepahitan di dalam hati yang ga bisa terbendung lagi. Mulai dari para staff yang seringnya berbasa India tanpa menghiraukan orang sekitar. Sampai ke masalah gaji yang tak kunjung di bayar. Sampai hari ini, dan baru kemaren saya menjambangi Chilipadi lagi untuk menagihkan gaji 7 minggu saya yang belum terbayar. Yang saya dapatkan barulah gaji 4 minggu dengan alasan yang selalu sama setiap kali staff menagih gaji mereka, yakni tidak ada uang cash.

Saya tidak bisa menyalahkan atasan2 saya yang bekerja keras di lapangan karena ketiadaan cash adalah kebijakan manajemen yang selalu mengambil cash tersebut untuk menutup kerugian di cabang Chilipadi yang lain. Kalau begini terus saya merasa bekerja seperti budak dimana restoran tempat saya bekerja begitu ramai untuk menanggung kerugian di cabang yang lain sementara para bos yang di atas sana selalu mendapatkan keuntungan.

Sebelum memutuskan untuk berhenti saya sempat berdiskusi dengan beberapa staff lain yang ternyata saya dapati bahwa ada yang gajinya udah $7,000 belum dibayar. Mungkin itu sekitar 2 bulan gaji karena staff tersebut shift kerjanya lebih banyak dari saya. Selain itu mereka sudah bekerja lebih dari 1 tahun bahkan ada yang sudah 3 tahun dengan standar gaji $12.50 per jam (sama dengan saya) yang artinya nasib saya akan sama seperti mereka jika saya tetep mau bekerja di situ.

Saya berpikir ulang untuk mengurungkan niat saya berhenti dari Chilipadi karena kami berencana membeli rumah dan kami butuh dana tambahan, tapi tetep aja hati ini lebih memilih meluangkan waktu untuk Eog si bocah mischievious yang setiap saban hari saya kerja di pabrik saya kepikiran kangen Eog terus.

Ketidak-adilan para atasan dalam memperlakukan staff nya pula lah yang menguatkan tekat saya untuk berhenti. Atasan saya yang mengharuskan saya membayar minuman selain air putih dari keran sementara dia dan istrinya, sebut saja namanya Mawar (kaya Sidik Kasus perkosaan yang di Indosiar) bisa minum seenaknya tanpa bayar. Saya pun pernah iseng2 meminta istirahat 10 menit saja di tengah jam kerja karena waktu itu saya kelelahan kurang tidur dan pekerjaan di pabrik sangat banyak, lagi pula customer semua terkontrol dengan baik kok. Saya berpikir dikasi syukur, nggak ya udah. Jawabannya ya sudah pasti dan terduga oleh saya, tidak boleh. Tak masalah lah bagi saya karena memang seharusnya saya ga boleh istirahat. Tapi permasalahannya adalah beberapa minggu kemudian saya mendapati Mawar justru makan malam di tengah jam kerja, bahkan kadang Joni atasan saya itu pun juga istirahat. Jadi bisa dibayangkan ketika setiap hari selasa dan rabu malam shift saya bekerja dengan Mawar selalu hanya sendirian melayani meja tamu. Sementara mawar enak2an istirahat, makan malam, dengan mencatat jam kerjanya tanpa break. Apa ini adil?

Saya memutuskan untuk tidak melanjutkan rantai kebencian ini. Karena saya merasa situasinya sudah merantai. Saya yakin Joni pun banyak kekecewaan dengan pihak manajemen dan bos2 di atas sana sehingga dia menekan bawahannya lebih lagi dan dia mulai lepas kontrol dan melanggar aturan. Jadi saya memilih memutuskan rantai tersebut dan tidak lagi menjadi bagian dari mereka.

Hari selasa itu saya katakana pada Joni bahwa saya kasi 1 minggu untuk Joni mencari staff baru dan saya siap jika diminta untuk mengajarkannya. Joni bilang dia minta 3 minggu karena ada 2 staff yang akan cuti 2 minggu jadi dia minta 1 minggu itu terhitung setelah 2 staff tersebut kembali bekerja. Saya menyetujuinya dan Joni mengatakan akan membicarakan hal ini pula pada para bos.

Keesokan harinya saya mendapat telpon dari Joni bahwa saya tidak perlu datang lagi untuk bekerja karena pihak pusat bisa menyediakan staff baru dengan segera. Saya cukup kaget waktu itu karena niat baik saya member notification day diabaikan. Namun saya bersyukur bisa keluar dengan cepat karena perlakuan mereka yang menganggap kami para staff seperti budak.

Saya ga yakin restoran ini akan bisa bertahan lebih dari 1 tahun jika permasalahan keuangan intern mereka tidak segera diatasi. Saya melihat staff dapur pun mulai males2an kerjanya karena mereka tidak mendapatkan hak yang seharusnya sementara mereka sudah mejalankan kewajiban mereka dengan sepenuh hati.


Selamat tinggal Chilipadi, semoga jika Tuhan berkenan kita bertemu lagi dengan posisi yang berbeda. Maksud saya adalah saya yang berada di bagian manajemen kalian dan hak kalian selalu terpenuhi tepat waktu. Mimpi saya bersama Reza, mantan staff Chilipadi juga yang sudah berhenti lebih dulu.

Sabtu, 23 November 2013

Pekerjaan Ketujuh

Tak lain dan tak bukan, alasan saya untuk mendapatkan pekerjaan ketimbang ngendon di rumah adalah uang. Waktu Eog anak saya sudah berumur 6 bulan dan kami merencanakan mertua saya untuk didatangkan ke Melbourne untuk ngurusin Eog, sejak itu saya mulai berpikir pengurusan Eog akan semakin mudah dan saya sendiri akan semakin banyak waktu luang. Selain berencana menghabiskan nya untuk hobi saya pun mulai ngelamar kerjaan casual part time sebagai waiter.

Kalo ada yang inget dengan postingan saya, dulu kami sempet punya kenalan di Melbourne ini selama setahun, namanya Reza. Kebetulan dia dulu waiter di Chilipadi cabang Watergarden. Tiap saban hari dia selalu punya cerita yang menarik dari tempat kerjanya. Dari sistem restorannya yang tertata cukup apik ditambah sang manager yang menurut Reza adalah tipe ideal dan sangat profesional. Nah di restoran yang sama inilah saya bekerja sekarang, Chilipadi Watergarden, Malaysian restaurant.

Kemampuan sang manager ketika dealing dengan customer yang komplen sangat memicu saya untuk mau tau dan belajar dari orangnya langsung. Ha3... ini dia kekuatan edifikasi, pengalaman dulu waktu jalanin MLM, kalo kita sering promosiin sesuatu terus2an, lama2 orang pasti tertarik (setidaknya jadi pengen ngebuktiin apa bener omongan nya tersebut).

Singkat cerita saya kasi CV saya langsung ke restonya dengan menyambanginya dan hanya perlu nunggu 1 minggu ditelpon untuk interview. Intinya saya diterima kerja dan ini adalah untuk kali pertamanya saya kerja jadi waiter. Biasanya kalo kerja di resto saya selalu jadi tukang cuci piring padahal apply nya waiter.

Setelah beberapa hari kerja saya baru sadar ternyata yang interveiw saya adalah pengganti sang manager yang diceritai Reza. Yang artinya si Manager udah ga bekerja di situ lagi. Aduh, sayang banget ga sempet belajar deh. Tapi mari dilihat dulu sang pengganti ini, apa yang bisa saya pelajari dari dia.

Singkat cerita kesimpulan saya tentang si pengganti manager (PM) ini adalah negatif. Dia hanyalah seorang yang beruntung di tengah banyaknya staff yang disponsorin oleh Chilipadi dan menjadi leader untuk semua waiter/waitress. Hanya butuh waktu 6 bulan bagi dia untuk dijadikan atasan semua waiter/waitress Chilipadi Watergarden. PM sangat kurang pengalaman menurut saya. Yang membedakan saya dengan dia adalah dia tau semua menu Chilipadi baik makanan maupun minuman. Tapi dari segi profesionalisme dan leadership saya merasa lebih unggul dari dia (sombong, uh!)

Saya menyadari perbedaan kami setelah 1 bulan kerja karenanya performance saya langsung merosot setelah itu dan PM semakin mempresure saya setelah dia tau saya menyukai pekerjaan waiter ini walaupun ini hanya pekerjaan sampingan. Dia tau saya mengerjakan setiap tugas yang dikasi dari dia dengan serius dan cepat. Dia pun sadar bahkan pernah bilang sendiri bahwa cara saya kerja keliatan berbeda, ga seperti mereka2 yang tujuannya cuma duit. Tapi pas saya minta naik gaji dia ga bisa mengabulkannya karena menurut dia saya belum sempurna, artinya masih ada cacat walaupun intensitasnya sangat kecil. Ini adalah syarat yang konyol menurut saya karena ga ada manusia yang sempurna.

Menurut pengalaman saya sehebat2nya, sejago2nya orang kerja, bahkan walaupun dia udah bertahun2 ngerjain kerjaan yang sama, saya yakin dia pasti ngelakuin kesalahan juga. Ga usah si PM ini, bahkan head chef nya aja pernah salah bikin makanan. Yang diorder sama yang dibikin beda. Apalagi si PM ini yang masih anak bawang. Udah gitu dia nuntut saya untuk sempurna tapi gajinya sama seperti staff yang baru masuk, kan konyol banget, nget, nget...

PM juga melakukan bullying menurut saya karena dia selalu memaksa saya bekerja tanpa menanyakan kesanggupan saya. PM juga melarang saya untuk ngemil atau makan apapun di jam kerja tapi PM dan istrinya (waitress juga) melakukan kebalikan yang dia suruh ke saya. PM, istrinya, dan beberapa staff lain yang bisa berbahasa Hindi, seringkali berkomunikasi dengan bahasa Hindi tanpa memperdulikan orang di sekitar mereka. PM yang lulusan Hospitality di Melbourne harusnya mengerti bahwa ini sikap yang tidak profesional. Saya sempat komplain tentang keharusan untuk berbahasa inggris selama jam kerja tapi hanya di 'iya' kan tanpa ada perubahan sedikit pun.

Intinya, di sini saya belajar untuk rendah hati walaupun atasan saya lebih 'kecil' dari saya. Saya pun belajar untuk menghargai perbedaan disaat saya mendengar nama saya disebut ketika mereka ngobrol pake bahasa Hindi. Jujur aja, sangat sulit untuk melakukannya tapi saya yakin ketika saya ada di posisi puncak saya harus memiliki karakter itu. Karenanya saya harus bertahan karena saya yakin betul suatu hari nanti saya akan memimpin ratusan orang dengan karakter dan pengalaman yang saya miliki. Kalo saya belum memiliki karakter pemimpin yang baik, berjiwa besar, pantang menyerah alias belum layak menginjakkan kaki di posisi puncak itu, bagaimana mungkin ada sekelompok orang yang mau saya pimpin. Alam semesta (baca:Tuhan) pun ga akan kasi kesemoatan itu karena DIA tau saya ga akan bisa menaggung bebannya.

Jadi saya cuma percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya baik itu masalah keluarga, keuangan, maupun kerjaan, semuanya baik adanya untuk men-training saya menjadi manusia berkualitas. Karena itu sudah terjadi dalam hidup saya, melihat pencapaian2 hidup yang sudah saya gapai sampai di titik ini.

Sangat sulit untuk menjadi 'besar', tapi bukan berarti tidak mungkin...

Kamis, 03 Januari 2013

Bekerja di Perkebunan Australia

Mengawali tahun 2013 ini, saya ingin mempostingkan suatu informasi bagi teman2 pembaca yang merencanakan bekerja di perkebunan Australia. Karena banyak sekali pengunjung blog ini yang menanyakan informasi tersebut, maka saya sengaja membagikan pengalaman saya dulu waktu kerja di perkebunan anggur Lilydale, Victoria.

Sebagian pengalaman bisa anda lihat di My Jobs at Australia. Di sini saya hanya men-sharing-kan mengapa saya tidak merekomendasikan pekerjaan ini bagi anda yang datang ke Australia secara legal. Kecuali kalau anda memang menyukai pekerjaannya. Dan postingan ini sangat subjektif, artinya semua pendapat yang saya kemukakan di sini adalah menurut saya pribadi. Jadi besar kemungkinan opini saya tidak mewakili pendapat orang2 mayoritas. Jadi harap jangan diterima secara harafia, tapi coba ditela'ah dulu dan gunakan akal sehat sebelum anda memutuskan untuk mengambil pekerjaan ini.

Kenapa pekerjaan ini tidak saya rekomendasikan? Karena buat orang seperti saya yang dari kecil ga biasa berkebun dan dulunya biasa kerja di dalam ruangan tiba2 harus bekerja di bawah terik matahari dan ga bisa minum semaunya, itu sangat menyiksa sekali. Benar2 tersiksa dan ga punya energi untuk bekerja karena rasa haus yang tak tertahankan, badan yang pegal2, dan kulit yang sudah baret2 akibat terkena ranting2 tajam. Sekalipun anda udah mempersiapkan dengan membawa minum dari rumah ke perkebunan tersebut tetap aja waktu anda masuk ke kebun yang luasnya hektaran itu minuman anda ditinggal di mobil jemputan. Anda berencana membawa minum sepanjang anda memetik buah? Monggo wae. Tapi siap2 aja kontraktor nya marah gara2 kalian lambat. Karena pergerakan anda pastinya terganggu dengan botol minum yang anda bawa.

Oya, siapa kontraktor itu? Kalo di Ausi biasanya disebut kontraktor, orang2 yang kerjaannya nyari orang buat kerja di perkebunan. Para kontraktor ini biasanya udah dikenal sama pemilik perkebunan jadi kalo si pemilik kebun mau panen, mereka tinggal telpon no HP beberapa kontraktor yang dia kenal dan menyebutkan berapa tenaga kerja yang mereka butuhkan. Seorang kontraktor biasanya dikenal lebih dari 1 pemilik kebun. Makin banyak dia dikenal pemilik kebun, makin menguntungkan buat dia karena kalo cuman kenal 1 pemilik kebun, sekali ada objekan disuruh panen, selesai deh, abis itu musti nunggu tahun depan lagi baru panen. Artinya pemasukannya setahun cuma sekali. Karenanya kontraktor yang bagus harus kenal lebih dari 1 pemilik kebun apalagi kalo kenal pemilik kebun yang panen buah/sayurnya ga barengan, jadi bisa ada pemasukan terus tiap harinya. Para kontraktor ini biasanya didominasi oleh orang2 Asia seperti Vietnam dan Kamboja. Kalo di Indo orang yang kerjanya nyari orang buat tenaga kerja biasanya disebut agen.

Perlu diketahui bahwa memetik buah bukan sekedar petik sambil menikmati keindahan alam yang masih asri atau menghirup udara yang bersih melainkan anda akan mendapatkan tekanan untuk bekerja cepat karena mereka membayar anda per jam. Jadi tiap detik yang terbuang amat sangat berharga. Mungkin ada diantara anda udah terbiasa berkebun atau bajak sawah milik kalian sendiri. Bekerja untuk diri sendiri sangat berbeda tekanannya dibanding kerja sama orang. Jadi sekali lagi coba pikirkan dengan akal sehat dan logika. Matangkan rencana kalian jika berniat bekerja di perkebunan. Yang saya tau kontraktor biasanya dibayar $19/jam/tenaga kerja oleh pemilik kebun. Sementara kontraktor bayar ke tenaga kerjanya cuma $11/jam. Artinya kalo kontraktor bawa tenaga kerja 20 orang, dia udah untung $160 per jam nya ($8/jam x 20 orang). Padahal mereka kerjanya cuma nyuruh2 doank dan neken para tenaga kerja. Sialnya lagi karena mereka mayoritas orang Vietnam dan Kamboja, kita yang non Vietnam/Kamboja ada kemungkinan diperlakukan tidak adil. Karena kita ga ngerti bahasa mereka jadinya kita mungkin saja miss some information.

Hal lain yang perlu saya bagikan di sini adalah perihal usaha para agen Indonesia dalam menggaet calon tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di perkebunan Australia. Memanfaatkan situasi Indonesia yang sedang terpuruk dan selisih kurs yang cukup signifikan mempermudah rencana para agen untuk meraup Rupiah dengan memanfaatkan orang2 yang kurang informasi dan nekat. Memang betul gaji anda dalam bentuk dolar nantinya. Tapi visa apa yang nantinya anda gunakan untuk bekerja di Ausi? Mereka para calon tenaga kerja terlalu cepat dibutakan oleh dolar yang ingin mereka dapatkan segera tanpa memperdulikan efek jangka panjangnya.

Jika anda ditawarkan oleh agen untuk bekerja di perkebunan, besar kemungkinannya itu bukan visa kerja melainkan visa turis. Karena visa kerja Australia sistemnya adalah sponsorship alias harus ada sebuah perusahaan/instansi/perorangan yang siap memperkerjakan anda di Ausi. Sementara perusahaan agensi atau seorang agent tidak bisa menjamin tenaga kerja yang dikirim pasti dapet kerja karena mereka pun tergantung pada para pemilik kebun. Jika tidak ada objekan ya otomatis ga ada kerjaan. Artinya tidak ada jaminan si calon tenaga kerja pasti dapet kerjaan walaupun mungkin saja yang terjadi di lapangan adalah pekerjaan selalu ada. Di depan calon tenaga kerja para agen pasti akan berusaha meyakinkan para calon walaupun mungkin harus berbohong. Mereka menjanjikan akan begini akan begitu, tapi anda sebagai calon tenaga kerja cobalah untuk kritis dan menanyakan bukti2 mengenai janji2 yang ditawarkan agen.

Biasanya agen seperti ini memberangkatkan calon tenaga kerja menggunakan visa turis yang masa berlakunya hanya 3 bulan. Dimana anda diwajibkan untuk membayar biayanya dimuka sebesar kira2 Rp 20jt yang terdiri dari Rp 3jt sebagai biaya visa dan Rp 17jt sebagai jasa agent. Selanjutnya anda masih diminta untuk melunaskan sisa jasa agent yang akan dipotong tiap bulan dari penghasilan anda yang besarnya kira2 Rp 5jt selama 12 bulan . Nah, ini dia yang membuat situasi anda sulit. Visa anda hanya 3 bulan sementara anda masih harus membayar agent sampai 12x ke depannya. Artinya anda dihadapkan 2 pilihan ketika visa anda akan berakhir. Anda overstay alias ilegal, atau perpanjang turis visa anda dengan membayar agennya lagi kira2 sebesar $1,500.

Selain resiko karena besarnya biaya agen, calon tenaga kerja juga dihadapkan resiko lainnya yaitu dipenjara. Karena bekerja dengan visa turis adalah tindakan ilegal di Australia. Kalau anda tertangkap besar kemungkinan anda akan mendekam di sel atau jika anda beruntung anda akan dideportasi tapi nama anda akan masuk daftar hitam orang2 yang dilarang masuk Australia. Ada yang bilang selamanya anda tidak bisa masuk Australia lagi, tapi ada juga yang bilang hanya 5 tahun. Belum lagi pajak penghasilan yang harus anda tanggung karena anda sudah mendapatkan pendapatan dari negara tersebut. Jadi kalau sampe anda tertangkap, anda sialnya bukan kepalang. 

Anehnya para agen dari Indonesia semakin gencar mempromosikan visa turis ini untuk bekerja di Australia. Ini membuktikan para agen tidak perduli dengan resiko anda di Australia sana, mereka hanya perduli dengan uang yang mereka dapatkan dari pemotongan gaji anda. Padahal inspeksi dadakan sering dilakukan dimana para polisi langsung terjun ke perkebunan yang sudah menjadi isu besar di Australia dimana para imigran gelap terutama dari Asia Tenggara pasti bekerja di perkebunan karena jauh dari pantauan administrasi kepolisian. 

Demikian info yang ingin saya sampaikan berdasarkan pengalaman saya sendiri di lapangan dan isu2 yang saya rangkum dari teman2 pengunjung blog ini. Sekiranya bermanfaat...

Kamis, 11 Oktober 2012

Cara Kerja Mbah Dukun


Hari ini saya melakukan kesalahan. Ini yang kedua kalinya saya melakukan kesalahan yang sama dan terhitung sebagai kesalahan fatal. Kesalahan tersebut adalah kesalahan salah kirim barang ke konsumen. Dan dari pengalaman kesalahan pertama dulu, konsumen kecewa karena mereka butuh barang tersebut mendesak sementara saya salah kirim barang.

Kesalahan kedua kali ini saya baru sadari ketika hendak merapikan barang pesanan dengan kode 8M0868 dimana berdasarkan pencatatan di Excell seharusnya kode ini tersisa 14 kg saja setelah dikurangi pengiriman ke konsumen beberapa hari yang lalu sebanyak 15 kg. Tapi yang saya temukan justru 29 kg yang artinya belum berkurang sama sekali. Lalu beberapa hari yang lalu saya kirim kode apa? Dari situ saya langsung sadar, pasti salah kirim barang lagi nih saya. Gawat bin gaswat. Kalo bikin kesalahan rasanya kaya mo mati aja, kepala rasanya langsung panas dan aliran darah terasa banget jadi cepet. Perasaan ga enak campur aduk, baik ga enak sama konsumen, teman  kerja, maupun bos.

Saya yakin betul ketika saya merapikan 8M0868 jumlahnya sebanyak 29 kg dan kode tersebut adalah “8M0868”. Karena berdasarkan pengalaman dari kesalahan2 kecil di bulan pertama kerja, dimana saya sering salah lihat kode menyebabkan saya bingung barang yang baru dirapikan saya tempatkan dimana. Kini sudah berjalan 6 bulan lebih, kesalahan tersebut tidak pernah terjadi lagi karena saya meningkatkan kewaspadaan saya terhadap setiap kesalahan yang pernah saya lakukan dan selalu melakukan double check, sehingga saya cukup yakin kalau barang tersebut adalah “8M0868”.

Apa yang saya lakukan mungkin terdengar konyol bagi temen2 maupun sodara2 saya, tapi tidak dengan saya. Ketika saya menyadari terjadi salah kirim barang yang saya lakukan hanya berdoa dan doa terus. Saya terbiasa mengandalkan kekuatan “dukun” satu ini yang terbukti manjur dalam segala situasi dan kondisi. Saya minta tolong sama Tuhan supaya hal ini bisa terselesaikan dengan baik. Saya Cuma yakin satu hal bahwa Tuhan memberikan masalah dalam hidup untuk melatih mental dan fisik saya menjadi manusia yang lebih berkualitas dari sebelumnya. Dan hal kedua yang saya yakini adalah bahwa Tuhan ga akan kasi masalah melebihi kekuatan manusia. Jadi kesimpulannya, saya pasti happy kalo bareng “dukun” ini terus.

Aneh bin ajaib, anda pasti ga akan percaya karena saya sendiri juga ga bisa percaya. Kata hati saya tiba2 bilang, “coba gih sono loe cek lagi…” Apa yang terjadi sodara-sodara? (udah kaya khotbah aja…) Itu barang, “8M0868” beneran aja Cuma 14 kg. Artinya sesuai dengan pencatatan di Excell. Sementara 15 kg lainnya, barang yang satunya yang tadi saya lihat kodenya sama, itu berubah jadi “8M1557”. Saya bener2 ga abis pikir, saya terperangah di depan "8M1557". Saya yakin betul tadi tuh liat kodenya sama. WAH… Saya bingung mo ngomong apa. Sekali lagi ini “dukun” udah membuktikan kekuatannya. Di depan 8M1557 hati saya tersungkur, bener2 ngerasain ada kuasa Tuhan di sekitar saya waktu itu. Perasaan ini sulit saya jelaskan dengan bahasa manusia. Bener2 takjub, seneng, damai, ah entahlah apa lagi kata2 yang tepat. Sama saja seperti disuruh menjelaskan bagaimana rasa manis ke orang yang belum pernah makan/minum manis. Gula… Tebu… hahaha, itu bukan rasa manis, tapi itu barang yang rasanya manis. Jadi gimana donk ngejelasin rasa manis itu? Itu yang saya ga bisa jelaskan. Cara satu2 nya untuk bisa tau rasa manis ya dengan menyuruh orang tersebut mencobai barang yang rasanya manis tersebut.

Begitu pula dengan perasaan saya yang campur aduk ini. Ga bisa saya jelaskan dengan kata2, bahasa manusia. Satu2 nya cara untuk bisa tau ya harus mengalaminya sendiri. Mungkin ini yang dialami para nabi dan rasul waktu menulis kitab suci. Mereka berusaha menjelaskan perasaan mereka dengan bahasa manusia yang terbatas. Karenanya mungkin saja salah tafsir dan menyimpang dari yang dimaksud.

Kiranya “dukun” satu ini selalu saya pake kekuatannya karena terbukti powerfull dan ga menyimpang ke dukun yang lain. Kiranya hari ini para pembaca artikel ini juga diberi kedamaian hati untuk tidak mengkhawatirkan pekerjaan yang sedang ada di depan mata supaya ketenangan jiwa menyertai dan menyadari bahwa semuanya sesaat. 

Kamis, 21 Juni 2012

Pekerjaan Keenam

Di pekerjaan keenam kali ini saya terpaksa harus resign dari kerjaan kelima dikarenakan saya merasa terlalu capek terutama pada hari Jumat dimana setelah saya selesai kerja di pekerjaan keenam ini saya harus langsung cabut naik kereta dilanjutkan dengan naik tram meluncur ke Beaconsfield Parade tempat restoran Yunani nya berada.

Saya lupa menyebutkan, dipekerjaan kelima saya hanya bekerja hari Jumat – Minggu dari jam 18.00 – tutup (kira2 10.30, tergantung tingkat keramaian customer  yang datang). Sementara di pekerjaan keenam ini saya bekerja hari Senin – Jumat dari jam 7.30 – 16.00. Karenanya di hari Jumat dan Senin saya merasa sangat kelelahan dan memutuskan untuk resign.

Ada 2 pertimbangan yang membuat saya memutuskan untuk resign dari kerjaan kelima ini. Salah satunya adalah yang sudah saya sebutkan di atas, yaitu faktor fisik. Dan yang kedua adalah saya butuh hari libur. Kalau saya tetap bekerja dikerjaan kelima artinya dalam seminggu saya kerja 7 hari seminggu dan bisa dipastikan tingkat stress saya meningkat dan bisa dipastikan lagi kerjaan semakin amburadul. Dan kalo kerjaan amburadul pastinya hubungan dengan pasangan berantakan. Nah, ini yang membedakan pria dengan wanita. Kalo pria, ketika mereka mendapatkan masalah di tempat kerjanya atau ada masalah yang belum terselesaikan biasanya hubungan dengan pasangannya memburuk. Tapi kalau wanita, justru sebaliknya, ketika hubungan dengan pasangannya memburuk akan mempengaruhi kinerja pekerjaannya.

Oke balik lagi ke kerjaan saya yang keenam ini. Intinya pedoman saya adalah Uang bisa dicari tapi moment ga bisa diulang. Karena saya merasa memang uang yang didapat cukup membuat saya happy, tapi ketika saya sadari ternyata saya sudah melewatkan beberapa minggu tanpa libur dan menyadari diri ini butuh refresing dan butuh penyaluran hasrat exploring dunia luar alias jalan2.

Nah, singkat cerita sekarang ini saya bekerja hanya di 1 tempat saja, yaitu di pabrik plastik namanya Guilda Pty. Ltd. Cuma 20 menit perjalanan dari rumah menuju ke tempat kerja. Tapi kalo pas pulang ya paling lama 30 menit, dikarenakan macet, mobil dimana2, dan mungkin dikarenakan serempak semua orang pulang juga, jadinya macet.

Di sini kerjaan saya adalah sebagai Stock Controller, yang kerjaannya ngatur pengiriman pesanan ke konsumen. Nah apa sih yang diorder sama konsumen? Bahasa awamnya sih biji plastik, tapi bukan berarti bentuknya kaya biji (buah kali ada bijinya). Karena bentuknya yang butir2an orang gampangnya bilangnya ini biji plastic. Konsumen Guilda biasanya pabrik2 pembuat botol plastik, atau apapun yang terbuat dari plastik. Contohnya Jemat, salah satu konsumen kami. Perusahaan ini membuat wadah yang terbuat dari plastic untuk mewadahi yogourt khas Yunani. Dan kebetulan yogourt nya pun sama seperti yang dipakai di restoran tempat saya kerja dulu.

Di sini asiknya adalah ada pengalaman baru yang belum pernah saya alami seperti misalnya belajar mengendarai Forklift, suatu alat kendaraan berpenumpang 1 orang yang digunakan di pabrik untuk sarana angkut barang. Kadang orderannya bisa sampe ton2an, jadi kendaraan Forklift ini sangat berguna. Tanggal 26 Juni nanti saya tepat udah 3 bulan.

Walaupun terbilang kecil untuk ukuran pemula, $19 per jam menurut saya udah masuk akal ketimbang jadi tukang cuci piring di restoran yang kerjanya lebih berat dan resikonya lebih tinggi. Sejak kerja di sini saya harus berjuang melawan diri sendiri untuk mengotrol berat tubuh. Bayangkan saja kalau tiap hari rata2 berat saya naik 500 gram, bisa jadi apa saya kalo kurang gerak. Karenanya setiap kali selesai kerja saya langsung beraktivitas lagi seperti main bola sama orang Vietnam atau bersepeda sekalian belanja mingguan.

Sekian dulu untuk pekerjaan keenam ini. Siapa tau besok2 ada cerita tentang kerjaan2 yang baru. Saya ada rencana 2 tahun lagi mau kuliah lagi, tapi masih bingung nih mo kuliah apa. Dari 4 pilihan, Electrician, Carpenter, Nurse, IT, kita liat aja mana yang menarik minat saya lebih dalam. Saya masih punya waktu 2 tahun untuk mikirin. Kenapa 2 tahun? Soalnya saya baru bisa dapet pinjaman dari pemerintah untuk kuliah setelah tinggal di Australia 2 tahun. Jadi nothing to lose, kuliah ngutang duit pemerintah, hehehe…

Pekerjaan Kelima

Ini adalah postingan ke-100 curahan hati saya yang selalu sedia untuk memuaskan uneg2 saya. Ada yang isinya sampah ada juga yang bersifat informatif.
Di postingan ke-100 ini saya mau menceritakan pekerjaan saya yang kelima setelah saya keluar dari Di Caprio, Italian Restaurant. Ga jauh2 kok, nature nya masih mirip2, kerjaannya pun mirip, masih jadi tukang cuci piring. Kali ini di Greek Restaurant atau restoran Yunani. Yang bikin asik kerja di sini adalah ga Cuma ketemu piring sama sendok, tapi saya bisa ketemu sama yang namanya menu2 yang disajikan di restoran ini. Intinya selain cuci piring saya juga bertugas sebagai preparing food, atau menyiapkan/menyajikan makanan2 terutama menu2 yang ga perlu dimasak lagi, seperti:

1.       Desert yang isinya terdiri dari 2 jenis kue yakni Galaktoburico dan Baclava. Saya lupa dari masing2 jenis kue ini yang mana namanya, tapi saya inget bentukannya. Salah satunya saya menyebutkannya adalah kue kayu manis, karena memang dibuat dengan kayu manis dan penyajiannya ditaburi kacang tanah yang dihaluskan. Yang satunya bentukannya lebih lunak dari yang sebelumnya mirip seperti kue mangkok tapi beda rasanya. Yang kedua ini dibuat dengan sirup/madu dan penyajiannya di atasnya ditaburi bubuk gula

2.       Mize, menu khas asal Yunani ini cukup unik dari rasa dan penyajiannya, sayangnya tidak sesuai dengan selera saya. Saya kurang tau apakah ini termasuk menu utama atau desert juga. Tapi dari penampakannya menu yang disajikan dengan piring persegipanjang ini dan 3 macam cocolan Zaziky (Yogurt), Eggplant (terong yang dihaluskan), dan… Saya lupa nama cocolan ke-3 yang warnanya pink dan terbuat dari telur ikan. Dari 3 cocolan ini saya Cuma suka yang pink, rasanya lebih masuk akal sama lidah saya, hehehe. Mize selain terdiri dari 3 macam cocolan juga terkandung 6 jenis makanan yang ditaruh di piring yang sama dengan cocolan tersebut. 6 jenis tersebut antara lain, kacang merah, octopus yang sudah dipotong kecil2, buah bit, dan 3 lagi saya lupa.

Saya bisa masuk restoran ini berdasarkan rekomendari dari O, yang direkomendasikan oleh T, temen saya waktu kerja di Es Teler 77. Bingung ya. Intinya, awalnya saya ga kenal sama O, yang kenal sama O itu temen saya si T. T merekomendasikan saya ke O. Btw, anyway, busway, si T ini ternyata keponakannya Osman, pemilik lisensi Deloitte Indonesia. Buat yang kerja di Deloitte pasti tau nih Pak Osman, saya bisa tau soalnya dulu kantor saya 1 gedung sama Deloitte.

Saya belum nyebutin nama restorannya ya. Namanya Stavros Tavern. Susah ya nyebutnya, lidahnya kaya nyelip2. Logo dari restoran ini adalah gambar dari si pemiliknya dengan kumis tebal dan melengkung ke samping dan pakai kacamata.

Suasana kerjaan di sini ga jauh beda sama di Italian Restaurant tempet kerja saya sebelumnya, kokinya sering maki2. Mungkin itu udah budayanya Ausie kali, soalnya selama saya kerja di Es Teler 77, mau sesibuk apapun, saya belum pernah denger koki2 nya maki2, baik koki yang orang Indo maupun Nepal.

Sebenernya saya kurang setuju dengan mereka yang bekerja di dapur restoran yang punya kebiasaan memaki. Kata seorang teman yang udah punya banyak pengalaman kerja di restoran, mereka yang kerja di dapur restoran punya kebiasaan memaki (terutama pada jam sibuk) adalah hal biasa. Saya disuruh liat film reality show di youtube yang judulnya “Hell’s Kitchen”, eh atau terbalik ya? Hehehe, saya lupa. Di situ ditunjukkan gimana ketika mereka yang bekerja di dapur mendapatkan tekanan dan kebiasaan2 buruk bisa dikeluarkan untuk melampiaskan kekesalan. Tapi setelah kesibukan tersebut berakhir, mereka baik2 saja dan memaklumi bahwa makian yang terlontarkan tadi dikarenakan tekanan.

Yang membuat saya kurang setuju dengan mereka yang memaki adalah karena mereka memaki di depan hasil kreasi mereka, yakni makanan yang mereka buat. Ini sama halnya seperti memberikan bumbu tambahan yang merusak cita rasa makanan tersebut walaupun tidak terasa signifikan perbedaannya. Sadar atau tidak sadar, ketika mereka memaki, dan biasanya ditujukan ke situasi yang tidak sesuai dengan rencana, alias ada yang melakukan kesalahan, atau dikarenakan orderan yang mendadak membeludak, itu sama saja tidak menghargai hasil karyanya.

Saya sempat tanya pada head chef restoran Yunani ini, kebetulan dia yang paling sering maki2, “Apakah kamu maki2 juga di depan anak2 kamu?” Jawabannya adalah “Tidak.” Seandainya saja jawabanya adalah “Iya” saya yakin 100% anaknya pasti jadi ga bener. Maksudnya ga bener ya mungkin jadi berani ngelawan orang tua, atau mungkin bahkan si anak juga berani memaki orang tuanya.

Sama halnya dengan kreasi makanan yang kita ciptakan di dapur, sama2 hasil ciptaan. Apapun situasi, kondisi maupun hasilnya, janganlah pernah ngeluarin kata2 makian di hadapannya. Bedanya adalah kalo makanan merupakan benda mati yang ga punya cukup waktu untuk mempelajari kata2 buruk yang kita keluarkan karena akan segera habis tertelan oleh customer atau mungkin dibuang.

Ingat cerita tentang beras yang dimasukan ke botol air mineral bekas? Ini fakta, anda bisa mencobanya sendiri. Cobalah masukkan beras ke dalam 2 buah botol plastic bekas. Katakanlah pada botol pertama setiap hari, setiap saat, kata2 manis, baik, memuji, sanjungan atau apapun itu. Lalu katakanlah setiap hari juga ke botol yang kedua kata2 buruk, hinaan, cacian, umpatan, atau apapun itu. Anda akan liat perbedaannya bahwa beras pada botol kedua akan menghitam dan membusuk. Sementara beras pada botol pertama akan tetap seperti semula.

Karenanya berhati-hatilah dengan lidah, karena lidah seperti pedang bermata dua. Mampu mengalahkan lawan namun dapat membunuh dirimu sendiri.

Sabtu, 07 April 2012

Resign dan Perubahan

Mood menulis tak kunjung datang. Sementara perjalanan dan cerita hidup terus berlanjut. Apa daya karena dalih kapasitas otak yang sempit jadi saya memaksakan mood saya dengan bekerjasama dengan otak untuk memindahkan data memori hidup ke blog ini.


Singkat cerita, per 25 maret 2012 lalu adalah hari terakhir saya kerja d restoran Es Teler 77, Melbourne. Iseng2 saya liat lagi catatan saya yang ternyata tepat 23 maret 2012 lalu tepat 1 tahun saya bekerja di sana. Ga kerasa cerita nya udah banyak banget dan sungguh2 1 tahun yang penuh pengalaman hidup yang tak dapat tergantikan, alias ga mau diulang (hehehe...).

1 minggu sebelum saya mengajukan resign saya dapet 2 insiden di dapur 'tercinta'. Yang pertama saya kecipratan minyak panas waktu lagi ganti minyak goreng yang sudah menjadi rutinitas harian. Saya kehilangan konsentrasi ketika mendadak ada orderan pangsit goreng. Jadi dilema buat saya mau ganti minyak nya sekarang atau nanti aja setelah goreng pangsit. Alhasil fryer yang sudah saya angkat jatuh lagi tepat ke minyak panas nya dan muncrat ke tangan saya. (Hasil cipratan bisa dilihat di gambar sebelah)

Yang kedua, terjadi keesokan harinya, dimana saya buru2 naro mangkok dan tanpa sengaja tangan ini nyenggol teko yang isinya penuh dengan sup mendidih. Supnya ga mengenai tangan saya, tapi tumpah tepat di kaki saya yang pakai sepatu. Apakah sebuah keuntungan saya pake sepatu? Hahaha, justru sepertinya gara2 pake sepatu saya terlalu lama buka sepatunya sehingga sup mendidih yang mengenai kaki saya di dalam sepatu sudah membuat kulitnya terpisah dari dagingnya.

Dalam minggu2 berikutnya saya bekerja dengan kondisi kaki terpincang2 karena kaki yang masih dalam proses pemulihan. Total 3 minggu kaki saya bisa pulih total. Dan Minggu terakhir dalam masa pemulihan tersebut menjadi minggu terakhir saya bekerja di sana pula. Foto kaki di atas diambil pada saat mau ganti perban di klinik terdekat dari rumah. Untungnya biaya pengobatan di sini gratis, jadi tiap kali balik ke klinik ganti perban kagak bayar. Padahal di situ tertulis jumlah biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk setiap kali saya ganti perban, $ 35.65. Bisa manyun kalo bayar sendiri...

pic dari sini
Oya, ada cidera yang belum pernah saya cerita dari awal karir saya jadi tukang cuci piring. Dalam minggu pertama saya kulit jari dan telapak tangan kering kerontang dan kulit tangan sampe ke lengan bintik2 merah. Entah karena apa, mungkin karena air panas, karena kami mencuci harus pake air panas, atau karena air cucian yang kotor. Foto berikut ini adalah foto teman yang profesi nya sama. Kurang lebih tangan saya pun seperti itu. Sayang foto asli tangan saya waktu itu lupa di foto, jadi ga ada kenangannya. Tapi kiranya foto teman ini bisa mewakili pembaca untuk mengira2 seperti apa bentuknya.

Tapi dari puluhan kemungkinan cidera, tetap ada yang membuat saya nyaman bekerja di restoran ini. 1 hal itu adalah karena saya merasa sudah menguasai 50% seluk beluk restoran ini. Memang belum 100%, tapi itu udah cukup membuat staf2 lain mengandalkan saya setiap kali permasalahan datang untuk dipecahkan. Ada kepuasan tersendiri ketika kita mampu memecahkan masalah yang bertubi-tubi datang. Itu menjadikan kita semakin percaya diri dan merasa penuh dengan pengalaman. Jujur aja, saya merasa seperti sudah di atas angin dan ini bukanlah pertanda baik. Zona nyaman - justru adalah zona yang membuat diri kita semakin bodoh dan tidak berkembang.

Selain alasan keselamatan kerja dan tuntutan keadilan dalam hal gaji, zona nyaman ini pula lah yang menjadi alasan saya untuk keluar dari restoran ini. Bekerja di zona nyaman seringnya ga bikin otak saya berkembang, apalagi mental saya. Bekerja di tempat baru, lingkungan baru, sistem yang berbeda, membuat saya harus berpikir ektra keras ketimbang memecahkan masalah2 rutin di restoran. Berkutat dengan manusia yang berbeda membuat saya belajar untuk bisa memahami orang lain, bukan meminta untuk dipahami. Belajar menyukai perubahan bukan lah hal yang mengenakkan. Tapi ketika kita terbiasa dengan perubahan (bukan berarti harus menyukainya), kita bisa menjalani hari2 ini lebih mudah karena dunia terus berubah. Kalau kita tidak ikut berubah (dalam artian masih tetap pada porosnya, alias punya prinsip) kita bisa ketelan zaman.

Selasa, 27 Desember 2011

Profesi Pengemis dan Mental Pengemis

Beda negara beda lagi cara ngemisnya. Kalo di tangerang & jakarta yang pernah saya alami adalah mereka cenderung bersikap seperti preman. Mereka ga perduli orang yang mau memberi sumbangan/ sedekah apakah bisa mendapatkan sesuatu/timbal balik atau tidak dari si pengemis. Yang penting si pengemis mendapatkan apa yang dia inginkan, dalam hal ini biasanya dalam bentuk uang. Coba kalau anda perhatikan, walaupun judulnya ngamen yang notabene menunjukkan skill bermain musik, kalo anda langsung kasi uang pasti musiknya langsung selesai. Ini menunjukkan bahwa mereka cenderung enggan untuk berlama-lama show up kemampuan mereka. Seolah-olah skill mereka terlalu mahal untuk terlalu lama dipertontonkan. Atau mungkin saja tujuan utama mereka adalah uang. Jadi untuk apa mereka berlama-lama kalo mereka udah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Sementara pengemis di sini justru ga bikin kita memaksa untuk ngasi receh atau untuk bilang "maaf" karena ga mau/ga punya receh. Bahkan kita bisa menikmati persembahan mereka tanpa perlu kita apa2. Misal ada yang ngamen di pingkir jalan (bukan dari rumah ke rumah lho, walaupun sama2 di siang bolong) kita tetep bisa menikmati suara sekaligus atraksi musiknya. Kalo kita mau kita bisa kasi receh atau sebagian uang kita tapi kalo nggak mau pun dia akan tetep bernyanyi dan mempersembahkan yang terbaik dari talenta yang mereka miliki. Atau pernah juga saya melihat pengemis yang melukis jalanan/trotoar dengan crayon. Kalo kita mau menghargai hasil karyanya kita bisa nyumbang tapi kalo ga rela, sekali lagi, ga ngasi juga ga apa2. Gambar ini saya ambil pada waktu saya lagi nunggu belanjaan saya minuman Bubble Milk Tea di Taiwan Cafe, tepat di sebelah Mc Donals di Swanston Street.

Kalo ditilik dari sisi psikologis, mental seperti inilah yang paling sering dimiliki oleh manusia-manusia yang udah bertahun-tahun menghuni suatu daerah/kawasan yang konon menurut beberapa buku, kawasan yang dihuni manusia-manusia yang saya maksud ini dulu bernama benua Atlantis. Sebuah benua yang telah lama hilang dari perdaban. Bahkan sangkin lamanya hilang, benua ini pun diragukan pula keberadaannya. Sebuah kawasan yang dengan tingkat kemajuan teknologi terceapat pada masa itu. Sempat diduga pula bahwa di kawasan ini manusianya sangat cerdas dan pekerjaan kloning mengkloning hewan dengan manusia sudah menjadi profesi yang biasa. Di kawasan ini pula ditemukan begitu banyak sumber daya alam yang tak terhingga banyaknya. Sampai-sampai kawasan dari daerah tetangga pun iri dan ingin menguasai.

Tapi sayang kawasan ini sekarang tak lagi seperti yang digambarkan di atas. Kawasan ini sekarang justru dihuni oleh manusia-manusia yang sebaliknya 180 derajat. Bermoral bejat dimana yang berkuasa bertindak semena-mena dan yang miskin ga bisa berbuat apa2 hanya bisa berpaku tangan dan menerima nasib. 


Yak, benar... Kawasan itu bernama Indonesia. Di kawasan inilah manusia-manusianya bermoral seperti pengemis, termasuk saya sendiri. Kalo yang namanya gratisan langsung nyerbu udah kaya orang berebut zakat. Bahkan yang judulnya harus bayar aja bisa dipikirin jadi gratis. Contoh aja kalo naik kreta api saya akui saya sendiri masih sering ga rela bayar tiket kretanya. Kalo aja tiket kreta saya bukan langganan bulanan, darah di dalam otak ini pasti masih bersirkulasi untuk memikirkan cara supaya ga bayar tiket.

Memang salut sama orang sini. Walaupun tetep yang namanya pelanggaran pasti ada tapi kuantitas nya jauh lebih sedikit ketimbang negara yang dulunya diduga benua atlantis itu. 

Sabtu, 19 November 2011

77 Angka Keramat

Artikel ini berusaha saya selesaikan dalam perjalanan di pesawat semalem dari Melboune ke Kuala Lumpur. Saya cukup depresi waktu melihat blog saya kok ternyata bulan November ini belom ada apdetan. Padahal di otak banyak banget cerita2 yang belom terluapkan terutama perihal pekerjaan saya di restoran frencise terkenal asal Indonesia.

Ga kerasa ternyata saya udah 8 bulan kerja di restoran neraka ini. Hahaha... Maaf kalo ada yang ga seneng saya pake kata “neraka”, terutama teman2 alumnus restoran yang sama. Saya tau kalian begitu “mencintai” restoran ini dan kerjaannya, hahaha...

Oke biar jelas akan saya jelaskan dan biar para pembaca yang menentukan apakah ini termasuk Neraka atau Surga.

Di lowongan tertulis dibutuhkan Kitchenhand (tukang cuci piring) tapi pada waktu di lapangan kerjaan saya ga Cuma cuci piring tapi prepare makanan, kirim makanan, angkut2 barang naik/turun gudang. Itu pun belom termasuk beras (20kg per karung), santen kalengan (+/- 10kg per box), nangka kalengan (+/- 10kg per box), dan kelapa kalengan (+/- 10kg per box) yang tempetnya terpisah dari gudang tapi sama2 harus naik/turun tangga.

Setiap kali cuci piring harus selalu pake AIR PANAS, maaf bukan air anget lagi. Istilahnya mah air anget ga level lah buat cuci piring karena katanya noda lemak membandel ga luntur kalo Cuma anget. Alhasil 1 bulan pertama kulit tangan saya langsung muncul bintik2 merah dan kering kerontang bak genteng di atep rumah ortu di Tangerang pas musim panas (halah, mo musim panas atau ujan sama aja suhunya). Si pemilik Cuma nganjurin beli Vasline. Yang paling bikin eneg adalah dia Cuma NGANJURIN udah gitu suruh beli sendiri. Singkong diragi’in... Tape deh! (red: Capek deh!).

Kejadian lainnya lagi, saya pernah kerja ga dibayar karena terpaksa harus menunggu pengganti saya yang datang terlambat. Dan itu terjadi berkali2 dan anehnya selalu hari kamis. Sepertinya sang majikan tau kalo saya setiap hari kamis kerja di tempet lain. Makanya dia sengaja bikin saya susah. Pak majikan ga suka kalo karyawannya kerja di tempet lain, terutama kalo itu sama2 restoran juga. Jadi dia pengen semua karyawannya Cuma kerja sama dia, pahadal ga semua staff dapet jam kerja banyak kaya saya (Senin-Jumat, pk. 09.00 – 17.00). Ada yang seminggu Cuma 1 hari kerjanya malah ada yang Cuma 3 jam seminggu. Khan ga adil itu namanya, menghambat kesempatan orang untuk bisa dapetin penghasilan lebih di tempet lain. Padahal gaji di sini pun ga gede, Cuma $10/jam dan itu termasuk kecil untuk standar Melbourne.

Sang pemilik belom puas menyiksa karyawannya sampe di situ. Dia selalu mengancam akan memotong gaji karyawannya setiap kali ada kesalahan yang dirasanya tidak menyenangkan hati dia. Saya sendiri pernah jadi salah satu korban pemotongan gaji tersebut. Jadi ceritanya suatu hari saya dapet kerjaan baru (kerjaan baru, tapi gajinya ga baru2, bikin bt aja...) yaitu mengisi softdrink dan minuman2 dingin lainnya. Yang tanpa saya sadari ternyata menjadi tanggung jawab saya juga untuk memantau kapan minuman itu kadaluarsa. Kalo sampe minuman tersebut ada yang kadaluarsa maka gaji sayalah yang jadi korban. Lucu ya, bussinessman nya siapa, tapi yang nanggung resikonya siapa. Intinya, sang pemilik maunya menaruh resiko bisnisnya di pundak karyawan2nya tapi semua keuntungannya dirauk semua ke tangan dia. Denger2 1 hari dia bisa meraup keuntungan bersih dari 2 restoran francise asal Indonesia ini sebesar AUD 3,000. Saya aja yang gajinya AUD 440/minggu udah bisa idup lebih nyaman lah ketimbang di waktu di Indo. Tapi ini AUD 3,000/hari? Aji gile buset deh ach... Gimana cara ngabisinnya ya? Kadang saya sempet mikir uang kalo gaji saya segitu berarti seminggu = AUD 21,000. Almale (“Oh, my God” dalam bahasa Burma) duit semua itu? Kalo di kali Rp 9,000 (kurs rata2 Rp terhadap AU$) berarti penghasilan per minggu Rp 189,000,000. Gila itu baru seminggu, gimana sebulan?

Tapi anehnya dia masih serakah dan terus aja jadiin karyawannya sapi perah. Peres terus, pak majikan, sampe titik darah penghabisan dah. Kalo bisa mah mungkin sekalipun darahnya udah abis, ampasnya juga masih bisa ngasilin duit.

Sang majikan juga pernah mengancam akan memotong gaji saya untuk Mi Atom Bulan yang biasa digunakan untuk menu di restoran ini dimana pada waktu itu kokinya menyampaikan ke majikan bahwa stok Atom Bulan habis padahal hari itu butuh untuk jualan. Entah bagaimana ceritanya si koki bisa bilang stoknya habis, padahal di gudang masih tersisa 1 box. Sehingga membuat sang majikan terpaksa harus membeli mi merek lain yang harganya lebih mahal sedikit. Tapi keesokan harinya si majikan bilang ga jadi memotong gaji saya, tapi dia berharap jangan diulangi kesalahan tersebut. Wah, saya senengnya setengah mati tuh waktu itu. Saya pikir dia begitu pengertian, tapi ternyata sama aja. Dia ga pernah bayar kelebihan jam kerja saya selama 30 menit setiap hari Kamis. Jadi sebenernya sama aja, malah saya merasa dirugikan, untuk harga 1 box atom bulan saya harus menggantinya dengan rela ga dibayar selama 30 menit setiap hari kami.

Lucunya lagi dia pernah mengeluhkan bahwa pengeluaran untuk tissue makan yang dibagiin ke customer dan tissue toilet menghabiskan biaya sebesar AUD 40,000/tahun. Dia mengatakan dia bisa beli 1 mobil mewah karena terlalu boros mengeluarkan expense sebesar AUD 40,000/tahun. Saat itu juga sebenernya saya mo langsung nyaut “Kalo gitu ngapain loe beli tissue?” Tapi sautan saya hanya bisa di dalam hati saja (kaya lagu aja, “...dalam hati saja”) karena dalam itungan detik itu pula saya langsung menyadari sebenernya dia Cuma pelit dan serakah. Dia mungkin berandai2 kalo bisa uang AUD 40,000 itu kalo bisa ga keluar dari kantongnya dan bisa dia nikmatin sendiri.

Dari perasaan sebel, bt, emosi, dan pengen nge-gebok gara2 keseringan di bullying di tempat kerja, sekarang justru saya merasa sangat kasihan sama sang majikan satu ini. Pikirannya terlalu dipenuhi akan keserakahan. Keinginannya untuk lebih kaya dan meraup keuntungan sebanyak2nya dengan mengorbankan kebahagiaan orang lain (termasuk keluarganya). Anaknya (Nori) pernah mengeluhkan dia harus bekerja bantu di restoran di saat liburan sekolah. Jadi ceritanya waktu itu saya tau kalo Nori lagi libur sekolahnya dan saya cukup kaget akan kehadirannya dan menanyakan kenapa dia malah kerja? (Karena biasanya dia setiap abis pulang sekolah selalu bantu bapaknya jadi kasir, libur sekolah kok malah makin getol kerjanya?) Jawabannya cukup memberikan gambaran kepada saya bahwa dia stres dan ga happy disuruh kerja. “I am working holiday, you know!” Saut si Nori dengan muka bt dan emosi. Dalam hati saya jawab: “Wah, kok mirip visa gw?” Hehehehe...

Cerita lain lagi yang saya dapatkan dan menjadi landasan saya juga untuk menyimpulkan bahwa keluarga ini ga bahagia adalah istrinya (Mimi). Jadi suatu hari Mimi dan anaknya – Nori mendapatkan restu dari sang diktator untuk berlibur ke Jepang. Kebetulan di Jepang ada adik kandung dari si Mimi jadi mungkin menghemat biaya untuk akomodasi. Setelah mereka kembali dari liburan tentunya kami para staff pengen tau cerita liburannya gimana. Jawabannya cukup masuk akal, sebagian besar waktu mereka di Jepang digunakan untuk tidur dan bangun sampe siang. Bener2 kasian, karena mereka selama tinggal bareng sang diktator ga bisa bangun siang. Bahkan saya diceritain Mi Aung (salah satu staff yang tinggal bareng mereka) kalo si majikan udah bangun, yang lain harus ikut bangun. Kalo masih ada yang tidur, pasti pintunya digedor sampe orangnya bangun. Kasian amat, bener2 ga bisa memuaskan diri sendiri. Sepertinya punya orang tua seperti majikan satu ini bikin kita harus melupakan keinginan2 kita. Apalagi impian, haiya, bener2 tinggal mimpi doank.

Jadi keinget sama kata2nya Mahatma Gandhi, sang pelopor demokrasi di India, pernah mengatakan begini: “Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.” Kalo ngeliat joget2nya si majikan dalam memperlakukan karyawannya kaya gitu, gimana bisa sedih kalo pas dia mati? Yang ada malah kebalikannya

Jadi sejak kerja di restoran ini saya jadi semakin kuat dalam 1 hal, bahwa uang ga bisa memberikan kita kebahagiaan. Kebahagiaan hanya bisa diperoleh dari bagaimana cara kita memperlakukan dan diperlakukan. Tapi anehnya begitu banyak orang yang senen/kemis ngejar setoran, mengorbankan waktunya bersama keluarga, atau bahkan terpaksa mengubur dalam2 impian-impian yang bisa membuat dirinya bahagia. Padahal idup Cuma 1x, abis itu lewat dah semua kesempatan untuk menikmati idup ini.

Artikel ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri untuk supaya bisa dikenang dan ada perubahan hidup ke arah yang lebih baik...

Minggu, 02 Oktober 2011

Pekerjaan Keempat

Sebelum bener2 kadaluarsa dan ga inget lagi apa aja yang terjadi mending saya bikin dulu aja ceritanya tentang pekerjaan keempat yang saya geluti selama tahun pertama di Australia ini walaupun mood ga ada

Pekerjaan keempat kali ini adalah masih sebagai tukang cuci piring, tapi kali ini lebih profesional, yang saya kerjakan hanyalah cuci piring. Ga seperti di pekerjaan yang kedua selain cuci piring saya juga waiter, preparing makanan, dll deh. Lengkapnya saya akan ceritakan di artikel berikutnya.

Doa saya dijawab sama Tuhan. Dulu saya sempet berdoa saya siap kerja keras tapi kenapa Tuhan ga kasi saya kesempatan? Dan akhirnya iseng2 waktu itu saya kasi lamaran eh si Manager ga pake liat resume saya lagi langsung nawarin bisa ga kerja tiap kamis malam sama Minggu dari jam 10 – 22? Ya udah barang tentu saya langsung menyanggupinya. Ini kan seperti doa yang saya sebut. Lagipula siapa yang mo nolak kerjaan? Kerjaan = uang.

Awalnya saya berpikir kerjaan = uang. Kesempatan untuk dapetin uang lebih banyak. Apalagi di tempet baru ini $13 / jam dan saya ga perlu berhenti kerja dari kerjaan yang sebelumnya, jadi ini adalah tambahan penghasilan. Ya saya sih awalnya berharap dari Cuma kamis sama minggu menjadi senin – jumat kerjanya. Kan lomayan tuh lebih banyak jam kerjanya udah gitu weekend bisa libur, istirahat.

Tapi apa yang terjadi justru di luar dugaan saya. Di hari pertama kerja aja perasaan saya udah ga enak sama situasi dan orang2 yang kerja di situ. Mereka sama sekali ga berbuat hal2 yang bikin sebel tapi ini semacam insting aja. Rasanya tuh ga damai kerja di situ. Nah, berhubung saya tipe orang yang lebih menggunakan logika daripada perasaan jadi saya tetep kerja di situ sampe pada akhirnya saya pun berhenti juga karena udah ga kuat. Total lamanya saya kerja adalah dari pertengahan agustus sampe akhir september, berarti satu setengah bulan.

Nama restorannya adalah Di Caprio, sebuah restoran Italia yang berada di Melton Highway, Watergarden (Sydenham). Saya adalah satu2 nya manusia yang bermata sipit dan paling ancur bahasa inggrisnya. Yang lainnya kebanyakan orang India (Punjabi) dan Aussie. Mat (kokinya) pernah bilang ke salah satu koki yang lain di depan saya, kalo mo ngobrol sama Petter harus pake bahasa inggris, dan mereka semua tertawa...

Saya ga ngerti, emangnya bahasa apa yang mereka pake? Orang kadang sedikit2 saya ngerti kok apa yang mereka bicarakan. Tapi jujur aja sih, sedikit banget hehehe... Dan akhirnya saya ngerti maksud Mat waktu itu, mereka ternyata lebih sering pake bahasa slank (Inggris yang ga formal) dalam keseharian mereka.

Tiap kali pulang kerja saya selalu dapet makan dari restoran ini, bisa milih semua rasa pizza. Kadang2 malah dibikinin Lasagna, Seafood rice, dll dah makanan2 Italy. Tapi sayangnya yang cocok di lidah saya Cuma pizza nya doank, menu yang lainnya kalo ditawarin buat dibawa pulang, dengan senang hati saya tolak. Saya lebih milih pizza aja walaupun di resto ini pizza adalah menu yang paling murah, Cuma $8 - $10 (tergantung ukuran).

Di sini bercandaan mereka semuanya berkaitan dengan seks. Kabarnya ada 2 orang yang Gay di situ, tapi saya ragu mereka berdua itu beneran gay, karena kebanyakan mereka berusaha melucu dengan ngibulin saya. Terlihat jelas di sini bedanya gaya bercandanya orang2 India sama yang aussie. Yang aussie bercanda seks tapi ga dipraktekin, sementara kalo yang india bercandanya sambil dipraktekin. Misalnya aja ada yang bernama Lucky dan Minni, mereka pria india yang sedang bercanda kalo mereka gay, dan salah satu dari mereka bergaya seperti berusaha menempelkan kelaminnya dari belakang. Sementara yang aussie saya ga pernah liat mereka seperti itu.

Menurut saya ini berkaitan dengan budaya. Seperti cerita yang saya dapet dari Jess dan Suman, di India cowok dan cewek ga bisa saling interaksi kalo bukan keluarga deket. Karenanya mungkin mereka overacting kaya gitu jadinya setelah sampe di aussie mereka merasa bebas berekspresi. Sementara yang aussie mungkin seks bebas udah menjadi budaya bagi mereka karenanya mereka ga norak gitu. Paling2 mereka kalo bercanda seks berkaitan dengan isu2 seks yang lagi populer. Atau misalnya semalem abis mabok2an ada salah satu staff yang saling ngeseks, ya semacam gosip2 gitu lah.

Ya, intinya saya udah resign dari restoran Di Caprio ini karena ga kuat dan ga bisa mengimbangi kecepatan yang diminta. Saya memilih resign aja dah daripada tetep bertahan tapi stres. Besok2 saya harus ganti doanya. Sepertinya saya salah doa, lebih baik minta kerjaan yang lebih baik daripada mengatakan siap kerja keras.

Kamis, 09 Juni 2011

Pekerjaan Kedua

Pekerjaan kedua ini saya dapatkan dengan curigaan dulu sama pemilik sekaligus yang nelpon saya. Namanya Joe Moretto, dia pemilik usaha Cleaner, orang Italia yang hengkang ke aussie waktu masih remaja bersama orang tuanya. Sekarang dia udah punya istri orang aussie, 1 anak perempuan, dan 1 anak laki2. Joe kurang lebih seumuran sama papa saya, umurnya tahun ini 58 tahun. Bedanya, kalo papa saya tiap harinya ngeluh badannya sakit, perutnya sakit, jantungnya sakit. Sementara si Joe ini justru badannya sehat bugar, bahkan termasuknya kekar kali ya. Postur tubuhnya pun lebih tinggi dari saya. Oya, kenapa saya curiga dulu? Soalnya takut ditipu, maklumlah namanya juga pendatang baru dan saya ada masalah dengan listening dalam inggris sangat buruk, jadinya dia ngomong apa aja tuh waktu di telpon saya ga ngerti sama sekali. Jadi terpaksa waktu itu saya minta Reine, orang yang saya tebengin waktu pertama kali dateng ke aussie, untuk ngedengerin penjelasan dari dia.

Kerjaan yang ditawarin sama Joe ini adalah sebagai cleaning service. Joe lagi cari orang waktu itu untuk ngebersihin club malam di daerah Sorrento, salah satu club malam di Continental Hotel. Dia cari orang karena kalo dia ngerjain sendiri waktunya Cuma abis di jalan karena perjalanannya memang jauh. Kebetulan waktu itu saya masih tinggal di rumah Reine di Frankston (sebelah selatan Melbourne City), jadi untuk ke Sorrento (sebelah selatan Frankston) Cuma memakan waktu 3 jam bolak balik naik bis, dengan ongkos $5 (pake tiket MYKI). Sementara kalo Joe ngerjain sendiri perjalanannya bisa 6 jam karena rumah dia di Coburg, sebelah utara Melbourne City ditambah lagi ongkos bensin dan biaya toll, jadinya akan lebih murah kalo dia rekrut orang untuk ngerjain kerjaan ini.

Singkat cerita saya terima tawaran Joe untuk ngerjain bersih2 club malam ini. Kerjaannya harus dilakukan setiap Sabtu pagi dan Minggu pagi saja. Kenapa? Karena pubnya Cuma buka setiap Jumat malam dan sabtu malam kecuali kalo hari senin nya libur nasional, biasanya minggu malamnya juga buka. Tapi rutinnya adalah setiap Jumat malam dan sabtu malam. Nah perjanjiannya adalah gaji saya $17/jam dimana kerjaan setiap sabtu pagi saya Cuma dibayar 2 jam karena biasanya setiap jumat malam ruangan yang dipake untuk party Cuma 1 jadi saya Cuma perlu bersihin 1 ruangan aja. Sementara yang hari minggu saya dibayar 5 jam karena biasanya party di hari sabtu malam itu sampe make 2 ruangan.

Intinya Joe ga perduli saya mo mulai kerja jam berapa dan mampu menyelesaikannya berapa jam. dia Cuma bilang yang penting untuk kerjaan yang sabtu pagi, saya harus udah kelar sebelum jam 4 sore, soalnya karyawan pub nya mo nyiap2in untuk party sabtu malam. Ya, ga ada masalah lah, kan kerjaan sabtu pagi Cuma 1 ruangan, jadi cepet. Tapi kalo yang hari minggu, berhubung udah ga ada party lagi di minggu malam, jadi saya bisa kelarin kapan aja bahkan sampe malem pun bisa. Kerjaan ini mudah banget buat saya bahkan termasuk nya enak ya, soalnya saya dibayarnya tetep walaupun saya kerja lebih cepet/lambat. Maksudnya adalah misalnya aja tuh kerjaan yang hari minggu, kan saya dibayar 5 jam, kalo saya bisa ngerjain dalam kurun waktu 3 jam, saya tetep dibayar 5 jam. Gitu  juga kalo saya ngerjainnya terlalu lama misalnya sampe 5 jam, ya tetep aja dibayarnya Cuma 5 jam.

Sebenernya kerjaan ini termasuknya enak dan gampang. Permasalahannya Cuma di perjalanannya aja. Kalo Joe butuh waktu 5 jam karena dia naik mobil sendiri, sementara saya butuh waktu 7 jam karena harus naik kereta dari Ginifer Station ke Flinder St Station, terus ganti kereta dari Flinder St Station ke Frankston. Abis itu baru naik bis dari Frankston ke Sorrento. Total ongkos yang dihabiskan untuk bolak balik adalah $8.

Akhirnya setelah berdiskusi dengan Kristina, Asisten, sekretaris, penasehat utama, menteri keuangan sekaligus istri saya, kerjaan di hari sabtu pagi saya lepas aja. Pasalnya karena Cuma dibayar 2 jam sementara saya harus melewati perjalanan 7 jam. Kalo diitung2 secara uang sih masih untung, tapi ruginya di waktu aja. Akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan hari sabtu sebagai hari libur saya, karena kebetulan Kristina juga libur di hari sabtu dan kami kan ke sini juga dalam rangka mengeksplor aussie, masa kerja melulu? Jadi kerjaan dari Joe sekarang Cuma saya ambil yang hari minggu aja dengan bayaran 5 jam x $17 per minggu.

Suka duka kerjaan ini adalah... Dukanya dulu deh ya... Adalah kalo pas lantainya lengket banget. Kayanya yang party2 semalem minumannya pada jatoh semua. Atau biasanya kalo pas pengunjungnya rame, biasanya lantainya lengket banget. Bah, udah deh, ngebersihinnya pasti lebih dari 4,5 jam. Padahal kalo pas ga terlalu lengket saya bisa ngerjain dalam waktu 3 jam. Jadi kalo pas lengket terpaksa pulangnya lebih malem. Nah, sukanya adalah selain kalo pas lantainya ga lengket saya bisa pulang lebih awal, hampir setiap minggu saya pasti nemu duit receh. Mulai dari $2 sampe yang terkecil $0.05 (read 5 sen). Sampe sejauh ini jumlah terbanyak duit yang pernah saya temuin adalah dipegang oleh $9.05, diurutan kedua adalah $7.85, dan diurutan ketiga adalah $ 6.70. Sebenernya pernah nemu duit $10 (uang kertas) tapi bukan lagi ngepel malainkan lagi belanja di Woolworths (nama supermarket), lagi bingung mo ngatur duitnya gimana biar pas sesuai budget, eh malah nemu duit. Di sekitar situ juga pas sepi ga ada orang, jadi bingung mo kasi ke siapa, duit siapa itu? Bener2 kaya dikasi dari langit biar cukup gizi kali maksudnya Babeh di Atas sono.

Oia, selain bisa pulang cepet kalo lantainya ga lengket dan sering nemu duit waktu ngepel, “Suka” yang lain adalah badan saya rasanya jadi lebih fit terutama di bagian belikat. Waktu masih kerja kantoran dulu rasanya kaya pegel melulu bagian situ dan pengennya dipijit terus. Tapi sekarang badan ga sempet lagi terasa kaku, malah masa otot bertambah besar (walaupun lingkar perut ga kecil2...). Intinya, kerja fisik bikin badan lebih sehat dan aliran darah lancar. Jadi buat yang masih tinggal sama ortu atau mungkin udah tinggal sendiri entah bener2 sendiri, sama pacar, selingkuhan atau sama istri sendiri (bukan istri orang), janganlah malas untuk cuci piring, nyapu, ngepel, ataupun angkut2 barang yang lain. Semuanya itu ada faedahnya kok tanpa kita sadari. Apalagi kalo nyuci baju manual, wah mantab tuh keringetnya...

Selasa, 07 Juni 2011

Pekerjaan Ketiga

Pekerjaan ketiga kali ini adalah sebagai tukang cuci piring di restoran frenchise Indonesia, namanya Es Teler 77. Pemiliknya berinisila K, awalnya saya kira dia orang Indo tapi ternyata salah. Dia dateng ke Aussie dengan cara yang aneh dan ga lazim. Bahkan mungkin anda sendiri pun ga akan mengira kalo dia bisa dengan cara itu nyampe sini.

Muka sih boleh kaya Tukul, tapi duitnya ngelebihin Tukul. Rumah aja di aussie ada 5, itu yang ketahuan, atau lebih tepatnya yang kedengeran sampe ke kuping para karyawannya. Yang ga ketauan jangan2 dia punya tanah atau mungkin gedung bertingkat yang disewain buat perkantoran. Yang pasti penghasilannya per bulan udah ga bisa diitung pake jari lagi dah. Dia aja pernah nunjukin kartu kreditnya ke saya. Untuk kartu kredit Platinum yang limitnya unlimited dia punya 6 biji dari 6 bank yang berbeda. Belom lagi yang Gold, aduh, bikin ga bisa mingkem.

Sebelumnya saya ceritain dulu gimana ceritanya dia bisa sampe ke aussie. K sebenernya adalah pejuang  demokrasi di negaranya. Maaf, ga bisa nyebutin nama negaranya sekaligus nama dari si K, karena negara mereka masih konflik dan karena alasan kode etik untuk menjaga kerahasiaan narasumber (halah! Sok penting). K bilang waktu dia ke ausie adalah untuk pertama kalinya punya passport dan keluar negeri. Dan yang bikin shock adalah passport yang dia pake adalah passport aussie, alias dia langsung jadi warga negara. Kok bisa? Ya, itulah untungnya lahir di negara konflik, negara seperti aussie ini siap menampung. Jadi ceritanya tiba2 aja K yang lagi berkutat di negaranya didatengin sama pemerintah aussie dan menawarkan mau ga jadi warga negara aussie? Belom juga dijawab mau atau nggak, besokan harinya, passport dan tiket pesawat atas nama dia langsung dikasi. Intinya akhirnya dia memutuskan untuk jadi pemain di balik layar untuk perjuangan partainya atau lebih tepatnya penyumbang dana.

Waktu sampe di aussie, K udah ga perlu pusing, rumah udah disediain, listrik, gas, air ga perlu bayar, tiap minggu dikasi uang $500 (ini termasuk tinggi untuk keadaan ekonomi aussie 15 tahun yang lalu). Semuanya disediain sama pemerintah aussie, K di sini Cuma numpang idup doank deh pokoknya. Dia bilang, kalo ada orang senegaranya yang ngajuin kewarganegaraan aussie dan ngakunya berasal dari 1 partai dengan dia, dia pasti ditelpon sama pemerintah aussie untuk mengidentifikasi orang tersebut. Kalo Koko bilang iya, saat itu juga orang tersebut langsung jadi warga negara aussie, tapi kalo dia bilang tidak, ya, da... da... Dia akan tetep di negaranya yang konflik itu. Abis denger cerita ini, gw tambah nganga lagi. Gila, bos saya satu ini berarti orang penting ya? Kok ga keliatan ya dari tampang n penampilannya? Ya ampun, ternyata bener pepatah bilang “Don’t judge the book from the cover.”

Ok, kembali ke cerita tentang kerjaan saya. Di sini saya kerjaannya serabutan. Dengan gaji $10/jam saya dikasi title “Kitchenhand” alias tukang cuci piring. Dari jam 9 pagi sampe 5 sore, dari hari Senin sampe Jumat, kerjaan utama saya adalah cuci piring tapi selama 8 jam kerja kan ga melulu ada customer yang dateng. Jadi kalo pas ga ada cucian piring saya bantu nyiapin makanan atau nganterin makanan ke customer sekaligus ngambilin piring2 yang abis dipake sama customer alias jadi waiter juga. Awal kerja di sini bener2 bikin stres pasalnya isinya orang2 bossy dan nganggep diri paling bener. Hukum senioritas berlaku di sini. Hmm... sebenernya ga semuanya bossy sih, Cuma 2 orang, tapi kok gara2 2 orang itu suasanya kerja jadi ga enak.

Namanya juga baru pertama kerja ya pastinya banyak hal baru yang belom kita ngerti, jadinya maklum donk kalo ada yang kelupaan 2 atau 3 macem kerjaan. Di sini ada 1 Indo berhubung dia udah senior jadi kalo bos ga ada ya dia lah yang ngasi tau apa yang harus dikerjain dan gimana ngerjainnya. Tapi kalo kita lupa dia langsung ngomongnya macem2. “Apa sih yang loe inget? Semua dilupain.” Atau kalo kita ragu2, ya daripada salah kan mendingan tanya biar lebih pasti. Tapi kalo kita tanya toaknya langsung bunyi “Waduh, gw ga tau tuh. Bukan kerjaan gw.” (dengan senyum2 kecil seolah2 ngetawain kita yang kebingungan karena lupa).

Sayang, cara ngajar orang Indo satu ini kurang bagus, hmm... lebih tepatnya sih ancur, gaya ngajar orang sok pinter gimana sih, kebayang kan? Ya dimaklumin lah, namanya juga orang kaya jadi udah biasa bossy, ga biasa untuk memahami orang lain. Lho, orang kaya kok kerja di restoran? Weh, jangan salah lho. Yang kerja di sini justru kebanyakan orang kaya. Apalagi mereka yang udah lama kerjanya (menurut logika saya). Karena di sini bayarannya kecil, kalo sampe mereka tetep bertahan di sini itu berarti mereka ga ada masalah dengan keuangan. Mo dibayar kecil atau gede yang penting adalah ada kesibukan dan penghasilan tambahan.

Orang bossy yang kedua berasal dari Nepal. Cewek satu ini sepertinya ga menyadari kalo speaking inggrisnya buruk. Mungkin karena dia orang lama ditambah lagi orang2 di sekitar dia ga ada yang komplain tentang pelafalan dia, jadi tambah PD lah dia dengan speakingnya. Ya, saya juga ga bilang saya lebih bagus dari dia. Saya sendiri punya masalah dalam listening, terutama kalo orang aussie yang ngomong, cepet banget. Tapi cewek satu ini justru lebih parah dari orang aussie, udah cepet, salah pula. Bah, pusing lah saya. Nah, yang terjadi adalah setiap kali saya dan anak2 baru lainnya bertanya 2 kali apa yang dia ucapkan dia langsung jawabnya dengan teriak, mirip banget deh kaya anjing (maaf, tapi beneran mirip kaya anjing yang merasa dibikin kesel gitu, terus langsung gonggong). Misalnya aja kata “Fry” dia ngucapinnya Freng. Heh? Saya waktu itu bingung dia ngomong apa. Saya pikir dia minta saya jujur (Frank), tapi jujur dalam hal apa? Saya bingung karena posisi saya waktu itu lagi di depan mesin cuci piring. Apa saya tadi salah masukin piring terus ketawan dan disuruh jujur?

Oya, ada kejadian anak baru dari Malaysia, cewek. Kebetulan dia disuruh nganter 2 makanan untuk nomor yang berbeda (di sini kalo beli makanan nanti di kasi nomor. Kalo makanannya udah jadi, waiternya nanti nganterin dengan memanggil nomornya). Pada waktu cewe Nepal ini nyebutin nomornya cewek malay tanya sekali lagi, “what number?” Ya, pastinya cewek malay ini kena gonggong lah. Nah, berhubung dia masih baru dia ga ngerti kali ya. Mungkin dia merasa dia yang salah karena ga bisa ngedenger dengan baik. Berangkat lah dia nganterin makanannya, entahlah dia nyebut angka berapa, tapi abis itu dia balik lagi dan tanya lagi “what number?” hahahaha... kasian cewe malay ini, kena gonggong 2x. Tau gitu kan sekalian aja kalo emang belom jelas, tanya sampe jelas baru berangkat.

Saya juga pernah lagi nih waktu mo nganter menu yang ga biasa. Jadi ceritanya ada customer yang beli sauce balado 1 mangkok. Lah, saya ragu mo kasi bawang goreng apa ga. Jadi waktu mo nganter saya tanya “use fried onion or not?” cewek nepal malah jawabnya “number 70”. Sekali lagi lah saya tanya sambil saya tunjukin tangan saya yang udah megang bawang goreng, “use fried onion or not?” Hehehe, udah tau kan apa yang terjadi, gongong lah dia “NUMBER 70”. Ya berhubung saya juga udah (bukan “lagi”) PMS sama cewek ini, saya teriakin lagi “USE FRIED ONION OR NOT?” Akhirnya dia baru sadar apa yang saya tanyain, “Yes” sambil nunjukin gerakan2 yang memberi isyarat kalo bawang gorengnya taro aja di saos baladonya.

Awalnya saya kira saya aja yang mangkel sama cewek nepal satu ini jadi saya bingung harus mengadu pada siapa (halah!). Tapi ternyata belangan ada 3 anak baru lainnya curhat sama saya hal yang sama dan mereka juga gondok sama orang yang sama. Tapi saya yakin gondoknya mereka ga segondok saya. Soalnya saya ketambahan gondok lagi sama cewek nepal ini di luar kerjaan. Jadi ceritanya pulang kerja kebetulan saya liat cewek nepal ini di platform (tempet nunggu kereta) yang sama Cuma beda kereta dan saya yakin dia liat saya juga, wong jaraknya kira2 Cuma 2 meter. Ya, sebagai orang Indonesia yang dikenal ramah, penuh sopan santun dan tata krama, senyum lah saya. Yang saya dapetin bukan balasan senyum tapi mukanya dia langsung melengos seolah2 kami ga pernah kenal. Kalo kejadiannya Cuma 1x saya anggep mungkin emang pada waktu itu dia ga liat saya (orang buta doank yang ga bisa liat orang yang dikenal dalam jarak 2 meter). Kejadiannya terulang lagi di hari yang berbeda tapi di platform yang sama. Sekali lagi, mukanya melengos lagi. Aaarrrrggggg... Gedeg deh loe... makanya sejak dari itu saya udah mulai sebel sama dia. Padahal baru aja kenal di tempet kerja, di luar apa harusnya berlagak ga kenal?

Walah, mo cerita kerjaan jadinya malah curcol. Ya, intinya kerjaan saya di sini selain cuci piring saya juga harus mengingat2 puluhan menu yang ada untuk disiapkan. Awalnya kerepotan, kebingungan. Tapi lama2 hapal juga. Tuh, kan apa kata saya. Lama2 juga apal. Ga perlu lah ngajarin orang baru pake otot leher. Kalo mereka tanya ya jawab aja napa? Lama2 juga mereka hapal juga. Oya, selain cuci piring sama nyiap2in makanan, kadang saya disuruh untuk nukerin duit receh ke bank, beli es batu di Don Murphy (toko minumam keras) dan ngambil2in barang2 kebutuhan untuk hari itu dari gudang ke dapur.

$10/jam terlalu kecil buat saya (dan menurut standar aussie juga sebenernya) dan kalo suatu hari nanti perjuangan demokrasi di negara konflik ini berhasil, mereka harus tau bahwa ada tetes keringat saya juga tuh di perjuangan demokrasi mereka. Gara2 saya mau dibayar murah, kalian jadi bisa dikirimin dana besar di sana... Hehehe, ungkapan hati seorang tukang cuci piring...

Jumat, 20 Mei 2011

Pekerjaan Pertama

Pas smp kebon pas lagi sunrise

Waktu pertama kali dateng ke aussie mata saya dan istri udah clingak clinguk ngeliatin tulisan di toko2 sapa tau ada yang terima lowongan. Tiap yang ada tulisannya kami pasti kasi resume/CV yang udah kami persiapkan sebelum berangkat. Udah gitu ditambah lagi kami juga searching di internet lewat gumtree.com, di situ banyak juga yang nawarin kerjaan2.

Nah, salah satunya adalah pekerjaan pertama saya ini diperoleh dari info yang ada di gumtree.com. Kami waktu itu Cuma iseng2 sms no HP yang tertera di iklan yang bersangkutan yang lagi butuh orang untuk metik buah anggur, namanya Lim, orang Vietnam.

Singkat cerita hari itu juga kami diminta untuk dateng dan bersiap2 untuk besok pagi mulai kerja, padahal waktu itu udah jam 5 sore alhasil sampe sana ya udah gelap. Sebelumnya perlu saya infokan dulu, telah ada kesepakatan di telpon untuk gajinya adalah $11.5 per jam dan akan ada charge untuk antar jemput $10. Selain itu Lim juga menawarkan untuk tinggal di share house miliknya yang udah ada penghuninya juga dengan harga $65 per week per orang.

Pas lagi makan siang
Dengan semangat ’83 (tahun kelahiran saya) kami langsung chao ke daerah Springvale tempat dimana share house Lim berada. Pada saat sampe di sana ya, tau sendiri, ada harga ada barang, $65 per week ya udah pasti standar2 aja lah tempetnya. Di situ kami tinggal dengan beberapa orang lainnya yang semuanya orang Indonesia dan mereka rata2 ilegal. Tapi ada juga yang ga ilegal seperti Kak nora dan Novel, 2 cewek kakak-beradik asal Manado yang kebetulan lagi jalan2 ke rumah kakaknya di Sidney dan bosen di rumah aja ga ngapa2in katanya. Jadinya mereka iseng2 cari kerja, sampe visa turis mereka abis, eh sampe lah mereka di situ juga.

Kesan pertama waktu kami sampe di sana sama sekali ga disambut dengan kemeriahan. Mungkin mereka juga capek abis pulang kerja kali ya. Di sana kami tinggal dengan 1 bapak2 asal bali, 1 pasang suami-istri asal Bali juga, 1 mas2 yang entah darimana asalnya karena belom sempet ngobrol2 lebih lanjut, dan 2 kakak-beradik yang saya ceritakan di atas tadi. Di sini ada disediain kulkas, TV, microwave, dan mesin cuci.

Pekerjaannya tak seindah pemandangannya
Besok paginya kami diminta untuk udah siap jam 5 pagi dan akan ada mobil jemputan yang akan jemput kami nantinya. Memang bener aja, ga lama kami nunggu jam 5 pagi itu memang ada mobil yang jemput kami. Perlu saya jelaskan dulu konteksnya. Lim ini ternyata adalah seorang kontraktor (istilahnya begitu di sini, jangan diartikan bener2 kontraktor seperti kontraktor bangunan kaya di Indo) dimana dia kerjaannya  adalah nyari orang untuk kerja di perkebunan. Nah, kebunnya apa aja? Dimana? Dan punya siapa? Ada banyak perkebunan di sekitar Springvale. Jadi seorang kontraktor biasanya punya chanel atau kenalan dengan para tuan tanah atau pemilik perkebunan baik itu kebun buah maupun kebun sayuran. Nah, misalnya Tuan A adalah pemilik kebun stroberi lagi mo panen stroberinya ceritanya. Dia akan kontak Lim dan menanyakan kira2 Lim bisa nyediain berapa orang tenaga kerja? Misalnya aja Tuan A ini butuh 500 orang hari itu, dan kalo Lim Cuma bisa nyediain 100 orang, Tuan A akan kontak kontraktor yang lain untuk nyari sisanya. Kemungkinan seorang seperti Tuan A akan punya banyak nomor para kontraktor yang bisa dihubungi untuk bisa nyediain tenaga pekerja. Atau bisa aja Tuan A ini Cuma tau satu nomor kontraktor dan nantinya kontraktor ini yang cari kontraktor2 lainnya yang sekiranya bisa nyediain tenaga kerja juga.

Liat ini jd inget cerita ttg pohon Ara
Nah, berapa uang yang diterima kontraktor dari Tuan tanah? Kita ga pernah tau, pokoknya kita dibayar sebesar kesepakatan kita sama kontraktor dan upah kerja kita hari ini dari metik buah stroberi dibayarnya adalah di akhir pekan, alias seminggu sekali lah gajiannya. Jadi kita bisa kerja ga Cuma di 1 tempet aja. Hari ini di kebun stroberinya Tuan A, mungkin besok ada tawaran metik anggur di kebun Tuan B. Atau lusa di kebon kubisnya Tuan C. Semua info kalo ada panenan itu kita dapet dari si kontraktor. Dan semua hasil kerja kita itu dibayarnya seminggu sekali dan setiap kali ada tawaran kerjaan atau panenan ga ada paksaan untuk kita mo menolak atau terima. Kalo seandainya badan lagi capek dan lagi ga mau kerja, ya monggo2 aja, gpp kok ga ambil tawaran itu. Atau bisa juga pas ga ada tawaran badan lagi fit dan kita lagi butuh duit, kita berinisiatif menanyakan ke sang kontraktor, apakah besok ada kebon yang bisa “digarap” apa ga? Yang jelas setiap saat selalu ada aja yang bisa “digarap” untuk ngasilin duit.

Intinya sih kita ga terikat sama si kontraktor, jadi kita bisa kerja kapan aja kalo kita siap. Cuman permasalahannya adalah untuk kerjaan pertama ini jujur aja saya ga sanggup. Kalo mo bilang fisik saya lemah, silahkan. Atau mo bilang ga biasa idup susah, ya monggo. Yang jelas saya bener2 ga sanggup kerjaannya.

Pekerjaan pertama saya ini Cuma saya lakonin 1 hari doank. Kerjaannya adalah metik buah anggur di daerah Lilydale, kurang lebih 1 jam dari Springvale, tempat tinggal kami. Mulai jam 7 pagi selesai jam 3 sore (biasanya bisa sampe jam 5 sore), istirahat makan siang jam 12 siang Cuma setengah jam dan makan siangnya harus bawa sendiri dan minumnya juga bawa sendiri. Kami salah prediksi, kami Cuma bawa minum 2 liter air dan itu jauh dari cukup.

Kristina berpose di dpn barisan2 pohon anggur
Yang bikin saya ga kuat adalah saya ga minum sepanjang metik buah itu karena air yang kami bawa udah abis pas makan siang tadi. Padahal terik matahari menyengat sepanjang masa, ditambah lagi posisi badan harus agak membungkuk setiap kali metik anggur, bener2 pembakaran kalori abis2an. Mungkin bisa aja sih kalo seandainya air minumnya masih ada saya bawa terus sepanjang metik buah, tapi itu cukup mengganggu pergerakan saya selama bekerja. Akhirnya karena udah ga tahan kehausan selama metik anggur saya gayemin aja anggur yang saya petik untuk ngilangin rasa haus yang ga terkira lagi. Tapi liat kanan kiri dulu setiap kali mo ngegayem, nanti malah ada si kontraktor atau tuan tanahnya kan jadi ga enak. Tapi tetep aja masih haus mungkin karena anggur airnya manis.

Kurang lebih waktu itu kami harus memanen anggur 50 baris, dimana 1 baris nya kurang lebih panjangnya 1 Kilometer. Jadi 1 km x 50 baris itu isinya pohon anggur semua. Setiap orang kebagian untuk metik anggur 2 panel dalam 1 baris dimana 1 panel panjangnya kira2 5 meter. Sistem kerjaanya adalah secepatnya petik anggur yang ada dipanel2 dari setiap baris. Kalo pada baris pertama udah kepetik semua secepatnya pindah ke baris ke-2, gitu seterusnya sampe ke baris 50. Ada pertanyaan, bisa ga kerjanya nyantai2 aja, yang penting kan 50 baris dari panel kita terpetik anggurnya? Jawab: bisa aja sih, Cuma nanti kita diomelin sama kontraktornya karena terlalu lambat. Udah gitu keliatan banget kita doank yang paling belakang karena mungkin orang lain udah sampe baris di depan sana.

Sebelumnya saya udah pernah cerita tentang pekerjaan ini. Tapi yang ini saya perjelas apa aja pekerjaannya. Semoga bisa ada sedikit gambaran tentang susahnya cari duit (halah, sok bijak!) Sekian dulu untuk pekerjaan pertama, akan saya lanjutkan lagi nanti dengan pekerjaan ke-dua. Salam Pembakaran Kalori...