About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Selasa, 28 April 2015

Daylesford Lake

Sampe juga akhirnya di danau yang sedari rumah Kristina bilang bagus. Dia pun kata temennya yang orang Fiji yang udah berkeliaran ke sana kemari di sekitar Victoria ini. Jadi boleh sedikit percaya lah seleranya. Pas nyampe, eh kok malah keliatan biasa aja. Agak kecewa nih ga seperti yang dibayangkan. Danaunya emang luas, tapi ya gitu deh, kaya danau biasa tempet saya biasa main bola di Cairn Lea (suburb sebelahan sama Saint Albans). Hehehe, main bola kok di danau? Maksud saya adalah taman tempet saya biasa main bola namanya Jones Creek, posisinya ada di suburb Cairn Lea, ada danau yang cukup besar di situ. Pemandangannya bagus waktu pertama kali ke situ. Karena udah keseringan jadi biasa aja. 

Ilustrasinya sih mirip kaya makanan enak. Contoh nih, martabak susu-keju, enak ga? Enak banget menurut saya. Atau duren lah (kalo seandainya ga suka martabak susu-keju). Makan sekali, dua kali, tiga kali masih semangat buat nambah. Kira2 kalo makan yang sama selama 3 bulan apa masih bilang enak? Hmmm, ga yakin…

Seperti pada umumnya danau2 di sekitar Victoria (ga tau kalo di daerah tropis seperti Brisbane atau Darwin) pasti ada bebek sama burung hitam yang paruhnya putih atau burung hitam yang dadanya biru dengan paruh berwarna merah. Ketiga unggas ini pasti ada sebagai binatang liar di danau2 Victoria. Ibarat kucing kalo di Tangerang/Jakarta. Anehnya kedua burung yang saya sebutkan di atas, keduanya bisa berenang. Karena saya ga tau namanya saya Cuma bisa menyebutkan ciri2 perawakannya saja sambil menampilkan gambarnya, sapa tau yang baca postingan ini ada yang tau nama burungnya dan berbaik hati ngasi info ke saya lewat komen.

Ada 2 tempat makan di area danau ini. Yang satu namanya Boathouse yang sama sekali tak terlihat kursi kosong di situ waktu saya iseng mengintip. Yang satu lagi namanya Bookbarn, konsepnya adalah sebuah kafe dengan buku2 yang bisa di beli atau dibaca di tempat. Karena saya ga tertarik untuk mencicipi kafe nya jadi saya ga mengintip seberapa ramai kafe ini. Yang pasti dari luar terlihat ayem tenteram tak seramai dan seberisik Boathouse. Mungkin Karena konsepnya yang seperti perpustakaan jadi orang2nya pada kalem2 baca buku sambil nyeruput kopi terus menikmati pemandangan danau dengan pepohonan yang sebagian menguning sebagian lagi merah dan hijau. Ah, indahnya musim semi...

Kalo kamu tertarik untuk naik perahu di danau ini, ada tempat penyewaan perahu plastik dengan tenaga genjot. Kalo pernah ke Ancol, pernah liat perahu bebek2an? Nah cara kerja perahunya sama, cuma perahunya ga berbentuk bebek. Cukup simpel, cuma kotak biasa tanpa bentuk apa2 dengan jumlah penumpang 2 orang. Atau ada juga perahu dayung dengan jumlah maksimal penumpang 4 orang. $10 per 15 menit untuk perahu genjot, $20 per 30 menit untuk perahu dayung. Posisi penyewaan perahu berada tepat di belakang restoran Boathouse. Ada peraturan2 yang harus diperhatikan sebelum menyewa perahu yang tujuannya untuk keselamatan seperti misalnya anak2 usia 2 tahun ke bawah harus duduk diantara 2 orang dewasa. 

Terlihat di sana ada track yang bisa kami lalui untuk menikmati pemandangan di danau ini. Kami mulai lah menelusurinya. Hmm, saya mulai mau nelen ludah sendiri nih, ternyata bagus juga. Eh makin dalem di telusuri, pemandangannya makin ahoy. Wah, keren. Harus saya akui saya menelan ludah saya waktu itu, pemandangannya bagus banget. Mungkin di foto beda sama aslinya. Jujur saja, saya kurang puas dengan hasil gambar dari kamera saya. Tapi setidaknya saya menyaksikan sendiri dan menikmati suasananya walaupun medannya tidak bersabahat buat yang bawa troli anak seperti saya.

Di sisi pertama dari track yang kami mulai dari restoran Boathouse masih bersahabat karena jalanannya rata dan sebagian dari semen, jadi buat troli masih bisa dilewati, kira2 500 meter. Sebelum melanjutkan track pemandangan danau, kami dihadapi cabang jalan, mereka menyebutnya Goldfield Track dimana ada 4 spot lagi di dalam sana yang mungkin lebih ahoy lagi namun tidak kami lanjutkan karena sepertinya perjalanan akan semakin panjang jika harus menelusuri jalan tersebut. Spot terdekat bernama Golden Mountain Walk (11.4 km), Mount Franklin View Walk (14.2 km), Tipperary Walk (16.3 km), dan terakhir Cry Joe Walk (19.3 km). Kami cukup menikmati spot terdekat di situ yakni ada 3 pompa air yang masih berfungsi menyedot air dari dalam tanah. Rasanya udah pasti bisa dibayangin. Semakin yakin setelah ada bule yang nyicip airnya terus komen rasanya kaya besi. Setelah ambil beberapa foto di situ, kami lanjutkan perjalanan dengan keluar lewat jalan masuk tadi. 

Perjalanan selanjutkan untuk menikmati pemandangan danau mulai sulit karena jalannya terbuat dari batu kali sebesar kepalan tangan yang ditimbun bersama tanah, jadi ga rata dan menanjak pula. Butuh keahlian khusus dalam mengendarai troli bayi supaya bos yang lagi duduk kecapean di situ tetap nyaman dan aman. Apalagi lebar track nya hanya selebar 4-5 orang dewasa. Waktu ada petugas patroli lewat sambil naik kuda besar, wuih saya benar2 berada di tepian jurang. Si Eog mah kesenengan liat kuda lewat, lah saya agak panik seandainya itu kuda nerjang ke kami, bingung mo milih nyebur ke jurang atau merelakan Eog diinjek kuda.

Perjalanan berlanjut dan di tengah2 ada pasangan pengantin lagi foto wedding di situ. Ada kru nya juga yang lagi nunggu di dermaga untuk siap2 pose tertentu sambil fotografernya jepret2 si pasangan yang lagi duduk di kursi danau. 

Mulai dari situ kami udah jalan cepet2 aja karena udah kelaparan dan Eog keliatan bosen. Kristina sibuk dengan dengan hp nya buat nyari tempat makan enak nan murah. Sebenernya ga ada yang murah di sini secara daerah ini tempat wisata, tapi setidaknya lebih murah dari Boathouse yang saya sebut di awal. 

Saya agak rewel soal makanan (seandainya punya pilihan). Ga bisa serta merta percaya review-an internet yang positif. Ga peduli yang bilang enak 90% pun, kalo makanannya oz food cm menang di suasana doank, makanan nya mah ke-eropa2an kaya fish and chip, pasta, spagetti, dll. Buat saya ga masuk kaya begituan.

Sekian dulu cerita Daylesford Lake yang jauh dari lengkap ini. Karena perjalanan ngiderin danau ini selama hampir 2 jam, ternyata baru separuh danaunya. Dan ini belum termasuk penelusuran gang2 yang ada di tengah2 track. Mungkin besok2 kalo kami punya waktu luang dan mau mengunjungi tempat ini lagi, gang2 tadi bisa dijambangi.





Minggu, 26 April 2015

Sailor Falls

Langsung aja ga usah pake basa basi bacin untuk pembukaan cerita postingan kali ini. Intinya kami dalam perjalanan menuju ke Daylesford Lake di suburb Daylesford tentunya. Tapi di tengah jalan saya tak mampu lagi menahan diri untuk berfoto bersama pemandangan yang indah2 itu dan tak jauh dari tempat kami berfoto tadi ada pemberitahuan tentang tempat bagus untuk dikunjungi. Dikarenakan kami punya banyak waktu jadi kami sempatkan untuk singgah sebentar buat liat2 ada apa di tempat ini.

Nama tempatnya adalah Sailor Falls yang merupakan salah satu tempat penghasil air mineral untuk mensuplai penduduk Australia pada umumnya. Ada banyak tempat dan spot lainnya di sekitar Sailor Falls ini yang ditemukan sumber mata air mineral untuk dipasarkan di masyarakat. Mereka menetapkan slogan mereka sebagai Kota spa dan air mineral. Entahlah apa hubungannya air mineral dengan spa, karena saya kurang ngerti spa ini perawatan tubuh dengan cara diapakan.

Selain air mineral sebagai sumber alam, orang2 yang dulu tinggal dan pindah ke sini tujuannya tak lain adalah untuk menggali emas. Australia memang kaya akan emas dan uranium, bisa dilihat di peta kalo benua ini kan diperkirakan pasti menyatu dengan papua dulunya. Ada yang tau kenapa Freeport di Papua masih belom hengkang dari sana? Mungkin kah emasnya belom abis? Atau malah mereka menemukan sumber alam lainnya yang tidak bisa disebar luaskan? Uranium maksudnya. Sumber utama pembuatan nuklir. Tak ada yang tau, saya pun hanya bisa mengira2.

Mencoba untuk menelusuri jalur tangga yang cukup curam (buat Kristina) menuju pusat air terjun yang sudah tak menerjunkan air lagi selain kucuran air saja. Kalo kita ke tempet air terjun biasanya kan dari jauh suara deruh airnya tuh udah terdengar setidaknya 300 meter. Nah di Sailor Falls ini yang terdengar malah suara air ngocor. Sama halnya seperti air ngocor dari keran ke bak mandi yang kosong. Mencoba menapaki setiap jalur, maki lama makin menyulitkan dan becek. Sambil bawa Eog memang cukup menantang medannya karena bebatuan dan jalanannya yang licin, khawatir kami jangan2 jadi korban yang sama seperti sedia kala. Katanya dulu pernah ada kecelakaan di sini namun ga disebutkan lebih lanjut kecelakaan seperti apa dan apa penyebabnya.

Naluri saya sih pengennya ngedaki bebatuan itu lebih dekat lagi ke arah kucuran airnya. Lalu merasakan suasananya yang dingin sejuk sambil menikmati bebatuan yang sudah saya lewati. Sayangnya udah berkeluarga dan ada buntut, jadi tiap langkah yang saya ambil terdengar omelan dan larangan dari “nyoya besar”. Mau tak mau harus saya telan hasrat mendakinya. Ya mungkin nunggu Eog udah 17 tahun kali ya, abis itu pergi lagi, pastinya ga sama Kristina, karena Kristina tipe orang yang berpetualang mencari aman, jadi agak kurang asik menurut saya. Sementara saya petualang yang ingin memuaskan rasa ingin tau tanpa mengabaikan bahaya tentunya. Kalo kata Kristina saya petualang konyol yang bisa mati konyol.

Berlanjut ke track berikutnya, setelah puas dengan spot air terjun “bohongan” itu, ada cabang lain yang bisa kami singgahi dengan berjalan kaki tentunya. Kristina udah males aja karena dia lebih milih melanjutkan perjalanan tapi saya berhasil merayunya untuk ikut karena melihat tracknya hanya cukup berjalan, jadi tidak membahayakan, hanya saja melelahkan, hehehe…

Di petunjuk arah disebutkan “air mineral 480 meter”, tapi baru jalan skitar 50 meter ada jembatan dengan sungai dari air kucuran yang tadi kami lihat, dan Kristina sudah yakin itulah tempatnya karena melihat perjalanan berikutnya tanahnya becek dan mendaki. Ah, saya mah yakin, saya dibo’ngin tapi karena dia udah ngewanti2 jangan dilanjutin, saya jadi takut sendiri. Dari sini ternyata kita bisa tembus ke Daylesford Lake (tempat yang mau kita kunjungi) dengan berjalan kaki mengikuti track yang sudah dibuat. Jaraknya 6,5 kilometer. Saya sudah membayangkan, pasti asik banget tuh perjalanannya kalo kesempatan itu bisa saya alami, hehehe… Mungkin hanya di dalam mimpi saja.


Alhasil kami kembali ke jalan yang tadi kami lewati untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Daylesford Lake. Di tengah jalan Eog minta gendong sambil bilang “capek, capek, huh, huh…” Mau tak mau saya gendong sambil mendaki tangga naik. Wow, fitnes hari ini luar biasa keras. Sampe di mobil, perut saya terasa sakit. Mungkin hampir kotak seperti Ade Ray, mantabs hehehe…



Minggu, 19 April 2015

Scienceworks Planetarium

Perjalanan kali ini yang kam jambangi bernama Scienceworks Planetarium yang terletak di Williamstown yang juga berdekatan dengan pantai favorit Kristina, Williamstown Beach. Udah lama sebenernya saya ngajak Kristina ke sini tapi saya lupa apa alasan dia menolak ke sini. Padahal banyak sekali hal menarik dan event2 yang pastinya cocok buat Eog. Bulan ini adalah bulan terakhir untuk event “Elice in wonderland”. Jadi mulai bulan depan sampe dengan 4 Oktober akan bertemakan Dinosaurus.

Sekedar info, Scienceworks ini termasuk bagian dari Museum of Victoria. Scienceworks dibangun pada 27 Maret 1992 dengan maksud memberikan informasi dan pendidikan pada anak2 yang tinggal di di wilayah Victoria mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tiket masuk untuk ke Sciencework ini sebesar $12/orang dewasa sementara untuk anak2 di bawah 16 tahun digratiskan. Sama halnya seperti yang sudah saya sampaikan ketika kami mengunjungi Melbourne Museum. Kalo kalian join membershipnya, tiket masuknnya gratis termasuk orang dewasa. Hanya saja biaya membership mencapai $80/keluarga/tahun. Berhubung kami jarang ke museum, alhasil $80 adalah biaya yang besar.

Ada 2 macam show lainnya yang bisa diikuti selain menikmati koleksi2 kecanggihan teknologi di Scienceworks ini yakni, Planetarium show dan Lightning Room Show. Masing2 harus menambah biaya tiket sebesar $6/orang dewasa dan $4.5/anak2. Dikarenakan show ini dalam bentuk nonton movie selama 45 menit, kami ga yakin Eog bisa duduk tenang jadi kami pikir nanti2 aja deh tunggu Eog udah ngerti dan mungkin berumur sekitar 5 tahun kami akan datang lagi buat nonton 2 show tersebut.

Koleksi2 Scienceworks ini cukup lengkap, terutama di bagian perkembangan komputer, baik dari perangkat kerasnya seperti CPU dan laptop sampai dengan model disket jaman dulu yang pernah saya pakai juga. Lalu ada juga model mobil listrik yang ramah lingkungan, tanpa bahan bakar, tanpa asap. Hanya saja ga bisa dipake buat ngebut dan berakselerasi di jalanan. Perkembangan telepon dari yang jadul sampe jadi telepon genggam, lalu juga ada model maket hidup tanpa menggunakan bahan bakar. Semuanya bergantung pada sinar matahari dan angin saja. Misalnya listrik, sumber utama energi, bisa didapat dari wind mill dan solar power.

Di awal saya bilang temanya kali ini sedang Elice in wonderland, jadi ada ruang dimana isinya berbau si Elice. Ada yang dibawakan dengan matematika, mengajak anak2 untuk berpikir dan juga mainan2 lainnya tentunya dengan petunjuk yang harus dibaca terlebih dahulu untuk bisa mengerti cara bermainnya. Ada satu gambar Queen of Hearts, sepertinya ini adalah tokoh jahat di Elice in wonderland, melihat dari mukanya yang sinis dan tatapan matanya yang kaya setan. Ya kalo salah maap deh, hehehe. Di foto Queen of Hearts ini kemanapun kalian bergerak, kanan ataupun kiri, mata di ratu akan terus mengikut kamu bergerak. Ga ada teknologi apapun yang dipakai di gambar ini. Tapi kalo mengerti sedikit tentang fisika, akan terjawab kenapa matanya serasa ngikutin kita bergerak. Ini dikarenakan pada posisi mata sedikit masuk kedalam, sehingga ketika kita bergerak ke samping, warna putih mata sedikit berkurang karena tertutup ketebalan tersebut sehingga warna hitam mata seolah2 melirik ke kita. Semoga penjelasannya bisa dimengerti, sangat sulit ternyata menjelaskan dalam kata2. Hahaha…

Lalu ada permainan seperti taman labirin pada sebuah karpet. Kita disuruh mencari jalan keluarnya dengan menapaki gambar kotak putih yang bergambar hati atau kriting di samping kotak putihnya. Tentunya di awal kita harus menentukan dulu, pilih gambar hati atau kriting, lalu hanya bisa jalan ke kotak putih yang di sebelahnya ada gambar yang sesuai pilihan kita. Masih banyak lagi permainan2 yang bisa diselesaikan oleh anak2 berusia 6 tahun ke atas, ya setidaknya sudah bisa baca tulis dan mengerti matematika, permainan2 nya akan lebih menarik bagi mereka. Tapi buat anak seumuran Eog, ya terpaksa kita yang ngajarin dan kasi tau cara mainnya. Itupun seringnya dia main semaunya dia, kalo ga menarik langsung ditinggalin.

Ada satu tempat yang cukup menarik juga bagi kami, termasuk Eog juga sebenernya karena dia pun terkecoh dengan ilusinya. Intinya tempat ini diam di tempat dan sama sekali ga berputar, hanya ada satu silinder yang mengitari ruangan tersebut, tapi ketika berada di tengah2 silinder tersebut sekeliling kita terasa seperti berputar semua, kita seperti seolah2 kehilangan gravitasi dan lepas kendali tubuh. Karenanya ruangan ini di disain seperti suasana di dalam pesawat luar angkasa. Di dominasi oleh warna putih namun ada garis2 seperti yang ada pada perangkat alat elektronik. Kalo bingung yang saya maksudkan silahkan liat gambar aja ya, hehehe…

Bergerak sedikit dari ruang pesawat luar angkasa, kami menemukan satu sudut untuk medisain mobil sendiri. Mereka yang berada di situ sibuk dengan disainnya dengan kelebihan dan kekurangan masing2 fitur. Mendisain mobil masa depan ternyata asik juga dan banyak mobil2 yang menarik. Bersebelahan dengan itu ada spot peluncuran roket mainan dengan kekuatan uap air. Butuh waktu untuk mengumpulkan uapnya kurang lebih ada 3 menit tiba2 “pop…” roketnya terbang ke atas. Awalnya saya kira suara “pop…!” tersebut gara2 saya pencet tombol untuk ilustrasi ladang yang ramah lingkungan karena kebetulan barangnya bersebelahan.

Bergerak tak jauh dari situ ada 1 koleksi jenis apel yang pertama kali tumbuh di Victoria dari tahun 1870an sampai dengan 1950an. Jenis aple pertama bernama Glaucester Pippin, berwarna hijau tua dan besar nya hanya sebesar buah kiwi.

Setelah puas mengelilingi lantai 1 kami beranjak naik ke lantai 2 yang isinya jauh berbeda tentunya. Di lantai 2 ini lebih bersahabat untuk anak2 terutama yang seumuran Eog. Ada banyak mainan yang bisa menunjang kreatifitas seperti café yang isinya makanan yang terbuat dari plastik jadi anak2 bisa berlagak seolah2 jadi pelayan atau pemilik usaha dari café tersebut. Dari piring, bawang, kentang, sayur, buah, juga roti, semuanya terbuat dari plastik. Jadi orang tuanya yang capek bisa duduk di meja makan sambil anaknya melayani/menyiapkan makanan untuk disajikan. Orang tua cukup berlagak makan, “nyam…nyam…nyam…” Begitu sih sebagian besar orang tua yang saya liat, sambil kasi komen positif untuk makanan yang terlah disajikan. Lalu ada mesin konstruksi untuk penggali tanah yang sudah didisain untuk anak2, barang yang digali tentu saja bukan tanah melainkan bola2 kecil. Eog seneng banget main ini secara tiap hari dari kecil buat nyuapin dia makan selalu pasang film kendaraan konstruksi, jadinya demen sama beginian.

Lalu ada juga area pembangunan dengan bata2 yang terbuat dari gabus. Anak2 bisa berlagak seolah2 sebagai pekerja konstruksi, menggunakan gerobak, memindah2kan bata dari bawah ke atas menggunakan katrol. Entah apa ceritanya yang lagi dibangun di sini tapi judulnya yang penting bikin anak2nya sibuk dengan memindah2kan bata (gabus) dari atas ke bawah lalu dibawa ke atas lagi. Kalo diperhatikan memang tak ada selesainya permainan ini karena ga ada tujuan yang sama dari masing2 anak. Tapi anehnya mereka asik semua tuh, lari2, angkut2, dorong2 gerobak, ga ada yang duduk manis nonton. Ga tau ya di Indo apakah sekarang sudah ada perubahan. Setiap pusat hiburan orang dewasa juga disediakan hiburan buat anak2. Ya tentunya yang menunjung kreatifitas.

Tepat di tengah2 area lantai 2 ini ada satu akuarium besar berisi Lego city, kita tidak bisa menyentuk legonya, hanya bisa menikmati pemandangan kota Melbourne yang terbuat dari Lego tersebut dari luar akuarium. Cukup menarik karena hampir semua tempat terkenal di Mebourne CBD terdapat di Lego akuarium ini. Masing2 tempat tertera di luar akuarium. Kita membuat permainan mengajak mereka menebak dimana letak tempat tersebut. Atau memberi penjelasan tempat apakah itu dan ada apa di situ. Dengan adanya informasi tersebut, anak2 jadi terbuka akan tempat yang lain yang mungkin menarik bagi mereka untuk dikunjungi. Kita sebagai orang tua kan tugasnya membimbing mereka untuk menemukan apa jati diri mereka. Membatu mereka dengan menyalurkan informasi yang pernah kita dapat kepada mereka supaya pikiran mereka terbuka. Kalo orang tua saya ga akan punya waktu untuk itu karena kendala keuangan yang mepet sehingga mereka sibuk cari nafkah supaya bisa bertahan hidup.

Ada spot lainnya yakni bagaimana proses daur ulang dilakukan. Di Australia, tong sampah dibagi menjadi 3 macam. Sampah yang beneran sampah dan ga bisa diproses lagi, sampah daur ulang, sampah hijau seperti dahan pohon. Ga banyak orang dewasa yang tau proses daur ulang pula, karenanya spot ini juga menarik sebenernya bagi orang tua. Ditampilkan di situ bagaimana mesin daur ulang plastik bekerja, ada pula mesin daur ulang kertas, juga botol2 gelas.

Karena udah kelaparan jam sudah menunjuk pukul 1.30pm tapi posisi kami terutama Eog lagi asik2nya main. Dengan naluri keibuan Kristina tentunya diputuskanlah untuk break dulu untuk makan siang. Tentu saja bukan naluri kebapakan saya karena saya aja ga tau waktu itu udah jam berapa. Saya pun lagi asik liat2, hehehehe… Berdasarkan pengalaman, kami selalu bawa saos sambel ABC buat makan kentang goreng ataupun untuk makanan2 OZ lainnya. Karena kami ga pernah cocok dengan makanan OZ yang hambar dan ga pernah punya saos sambel, adanya saos tomat yang jauh dari selera saya. Cafenya di sini ternyata jauh dari harapan Kristina. Jadi buat rekan2 yang sekiranya ga bisa makan makanan OZ atau dengan motif untuk lebih hemat, bisa bawa makan dari rumah. Tentunya dipanasin dulu di parents room tempat ganti popok anak. Karena di situ ada microwave buat manasin makanan bayi.

Selesai makan dikarenakan posisi café sudah menghadap luar gedung, kami beranjang ke luar untuk liat2. Ada 2 macam benda yang unik di luar ruangn ini. Letaknya berdekatan dengan arena bermainan anak pula jadi besar kemungkinan kita ga nyadar. Yang pertama, ada 2 mangkok besar berwarna biru yang saling berhadapan namun posisinya cukup jauh. Bentuknya seperti antena parabola. Sekali lagi ini adalah ilmu pengetahuan. Kita bisa saling berbicara dengan posisi yang cukup jauh tersebut. Suara kita akan difokuskan oleh parabola tersebut dan dilempar ke parabola di hadapannya. Benda kedua adalah jam matahari. Ini ga seperti jam matahari pada umumnya. Bentuknya seperti pesawat terbang dengan sayap di kanan kirinya dengan panjang yang sama. Namun ada angka2 di masing2 sayap untuk menandakan jam berapa pada saat bayangan jatung di garis tersebut.

Tepat di tengah2 antara 2 parabola yang saya ceritakan di atas, ada tulisan Pumping Station yang isinya mesin2 tua yang jaman dulu digunakan untuk membangun Victoria. Buat yang bawa stroller bisa masuk lewat bunker di sebelah kiri melalui pintu waktu kuning dan ada tulisan Coal Bunker. Mesin2 di sini bentuknya udah ngelebihin ukuran manusia semua. Padahal kalo nemuin produk terbarunya mungkin kecil mungil dan bisa dipindah2in. sama halnya seperti computer. Dulu waktu pertama kali diciptakan ukurannya sama sekali ga bersahabat. Sekarang, bahkan ada yang bisa masuk kantong.


Sekian dulu ceritanya. Maaf aja ya kalo ga lengkap dikarenakan keterbatasan waktu yang saya punya, jadi saya sebisa mungkin secepatnya menyelesaikan postingan ini. Karena kalo terlalu lengkap takutnya malah ga yakin bisa ke posting karena pasti ga akan selesai2.







Jumat, 17 April 2015

Jalan Salib di Bacchus Marsh

Uhuy, jumat datang juga akhirnya. Cuma di hari jumat saya bisa agak relaks karena Kristina ga kerja jadi bisa ditempelin sama eog seharian, hahaha… Hari ini kebetulan mereka berenang bareng, jadi sepulang kerja saatnya saat bercurhat tentang perjalanan lainnya yang tak kalah menarik. Perjalanan ini sebenernya dilakukan sebelum ke Yuulong Lavender (postingan sebelumnya). Dikarenakan terhimpitnya waktu dan tak punya ruang gerak berekspresi dalam kata2, akhirnya baru sekarang lah terlampiaskan curhatan cerita perjalanannya.

Tujuan perjalanan ini sebenernya bukan untuk jalan2 melainan mengikuti prosesi doa Jalan Salib. Doa jalan salib adalah doa yang dilakukan oleh umat Katolik yang tujuannya mengenang sengsara Yesus waktu memanggul salib. Kebetulan tempat ini berada sedikit di atas bukit jadi pemandangannya lomayan menarik. Buat rekan2 yang bukan Katolik saya rasa sah2 saja datang ke tempat ini sekedar berpelesir ria sambil menikmati udara bersih dari atas bukit dengan pemandangan gunung2 dan jalan tol yang bener2 bebas hambatan. Maaf ga bermaksud menyindir jalan tol di Jakarta tapi secara logika di Jakarta memang jumlah penduduk dengan fasilitas penunjang memang tidak sebanding. Karenanya harus ada sikap tegas dari pemerintah, mau trasportasi umunya yang ditingkatkan atau fasilitas jalanannya yang diperbanyak.

Nama tempat ini adalah Our Lady Ta Pinu Shire (All Nation Marian Centre) yang letaknya di suburb Bacchus Marsh, Cuma 15 menit nyetir dari tempat saya. Sebagai tempat berdoa tentunya akan dipenuhi ornamen2 doa Katolik antara lain ada salib besar yang menjulang tinggi di pucuk bukit. Doa Jalan salib akan dimulai dari pos ini. Lalu ada banyak rumah2 kecil yang bisa dipakai untuk berdoa secara pribadi dan menyendiri di sini. Mungkin semacam meditasi bisa dilakukan di sini juga.

Medannya cukup tidak bersahabat bagi mereka yang punya anak kecil cekatan dan gesit. Dikhawatirkan si anak bisa lari2 dan jatuh ke jurang. Untuk jalan setapak yang bisa dilalui sih cukup bagus. Walaupun bukan aspal, hanya batu kerikil kecil2, cukup tidak membuat becek sepatu ketika basah dan hujan melanda. Jangan lupa untuk bawa jaket buat mereka yang ga kuat angin. Namanya juga posisi di atas bukit, angin bisa datang tiba2 wus, wus, tau2 anda masuk angin aja.

Tak bisa banyak kata lagi, sebaiknya nikmatin aja foto2nya ya. Semoga bisa sedikit menenangkan saraf yang tegang akibat asap bajaj dan bau bensin di jalanan. Atau mungkin mumet sama angka2 yang entah dari mana datangnya kenapa kagak balance ya? Wkwkwk… Sekedar pesan aja, diturutin bagus, ga diturutin juga gpp. “Kerjaan ga akan pernah ada habisnya. Jangan lembur, jangan nunda untuk pulang. Hidup harus seimbang.”






Yuulong Lavender

Minggu lalu kami sempat jalan2 mengeksplor kota Ballarat, masih dalam bagian wilayah Victoria. Tepatnya berada di bagian sebelah barat, cukup jauh dari Melbourne CBD. Tapi pemandangannya jauh berbeda dengan suasana kota. Ya, berhubung saya jenuh dengan suasana perkotaan seperti Jakarta, walau Melbourne CBD jauh lebih tertata dan bersih tetep aja udah emped sama gedung bertingkat dan suara klakson dan mesin.

Yang pasti, sepanjang perjalanan, kita akan disajikan pemandangan
ladang yang luas yang isinya dari domba yang diambil bulunya, sapi untuk susu dan dagingnya, sampai kuda untuk pacuan. Ada pula ladang yang isinya pembiakan rumput hias untuk lahan perkarangan rumah. Gunung2 yang terlihat kebiruan dari jauh, bukit dan lembah yang saling bersebelah sepanjang perjalanan menghiasi mata yang tak akan bisa tidur. Pastinya sulit ditemukan di daerah perkotaan. Track lurus dengan jejeran pohon yang tertata rapi di pinggir jalan sudah pasti akan kita dapatkan.

Perjalanan mengeksplor Ballarat kali ini ke taman bunga Lavender Yuulong Lavender Estate. Ladang yang dikelolah oleh keluarga sendiri karena seperti yang saya katakan di awal, di sini sepanjang jalan isiya adalah ladang, Yuulong Lavender berinisiatif menanam semua ladangnya dengan lavender dan menjadikannya tempat wisata. Tak ada biaya tiket masuk untuk menikmati bunga2 lavender. Sayangnya kami datang tidak di waktu yang tepat dikarenakan bunga lavendernya sebagian besar sudah selesai berbunga. Jadi tanaman lavender ini di foto yang terlihat seperti semak2 saja. Waktu yang tepat ke sini adalah ketika musim panas, kira2 bulan pertengahan Desember lah. Jadi penasaran saya seperti apa ya pemandangannya kalo semua tanaman lavender ini berbunga. Saya akan datang lagi Desember nanti.

Ada 1 café di taman lavender Yuulong ini yang sepertinya adalah pemilik dari ladang ini juga. Harusnya sih begitu, kalo nggak ya ga akan balik modal kalo mereka meng-hire karyawan buat ngelola café mereka ini. Karena hanya musim panas saja mereka sibuk, sisanya selama 9 bulan, sepi. Sepi bukan berarti sama sekali ga ada yang dateng, tetep ada pengunjung namun jumlahnya sangat sedikit dan mungkin hanya di hari sabtu-minggu saja.



Ada 1 burung kakatua yang bersangkar di tengah2 café tersebut. Burung kakatua yang bernama Deisy ini cukup pintar. Selain bisa menyebut namanya sendiri, Deisy juga bisa bertanya “what is that?” seandainya kita memegang makanan di depat dia. Atau mungkin benda lain yang menarik perhatiannya. Mungkin itu caranya dia untuk minta makanan dari tangan kita. Waktu itu soalnya saya lagi nyuapin Eog sambil liat Deisy. Eog yang keasikan ga sadar makannya pun banyak.

Setelah kita masuk ke area café nya, ada banyak bunga2 lainnya yang di tanam di halaman café. Café ini selain menjual makanan dan kopi, mereka juga menjual benih lavender hasil ladang mereka. Produk2 lainnya seperti sabun berbau lavender, parfum, dll. Bahkan ada es krim rasa lavender di menu desert mereka. Tapi dari rasanya ga jauh beda sama es krim vanilla. 

Di dinding2 café di pajang foto2 disertai tulisan. Saya lupa untuk mengamati foto2 ini karena rencananya setelah makan baru mau saya liat, eh tau nya lupa dan teralihkan dengan taman bermain di belakang café. Ada kandang burung kakatua dan nuri juga yang bisa kita masuki dan melihat burung2 tersebut lebih dekat. Jadi seolah2 kita berada di dalam rumah burung tapi ini versi kecilnya.


Kalau kalian tinggal di daerah timur Melbourne, ada baiknya melakukan trip ini sekaligus ke tempat2 lainnya di Ballarat. Karena kalo hanya mengunjungi 1 tempat saja, perjalanan dari timur ke Ballarat (barat) cukup melelahkan dan panjang. Jadi ini bisa dijadikan salah satu tempat untuk mengisi waktu liburan anak sekolah dengan menginap di salah satu hotel di Ballarat ini.

Akan saya ceritakan tempat kunjungan lainnya di sekitar Ballarat. Yang pasti jauh dari hiburan Mall. Orang Jakarta kan biasanya kalo nyari hiburan terdekat dan tercepat ya Mall. Beberapa dari mereka karena sudah melekatnya sama hiburan Mall biasanya pemandangan asri pegunungan kurang menarik bagi mereka. Sekian dulu ya…