About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Jumat, 28 Desember 2012

Profil: Souvanny

Mr. Ny
Buat anda yang selama ini berdoa siang malam menantikan perubahan kualitas hidup ke arah yang lebih baik, siapa tau kisah nyata berikut ini mampu memotivasi anda untuk lebih berusaha sedikit lebih keras lagi dan bangkit lagi dari keterpurukan yang telah anda alami.

Kisah ini saya dapatkan dari hasil interview dengan sang narasumber ketika saya menginap di rumahnya pada saat acara barbeque. Dan saya udah mendapatkan ijin dari beliau untuk mempublish semua cerita hasil interview kami.

Souvanny, atau biasa kami teman pabrik memanggilnya cukup Ny. Seorang pria Kamboja paruh baya berumur 42 tahun, tidak bisa dibilang muda lagi ketika dia pertama kali menginjakan kakinya di Australia 4 tahun lalu. Ditambah latar balakang militer membuatnya semakin sulit untuk menjadi fleksibel dan beradaptasi dengan dunia baru. Tapi dia melihat adanya peluang kehidupan yang lebih baik ketimbang apa yang sudah dia dapat di Kamboja.

Ny seorang angkatan darat berbintang tiga (mungkin Kapten kali jabatannya), harus meninggalkan zona nyamannya yang dipenuhi fasilitas oleh negara. Ditambah lagi posisinya yang memiliki bawahan yang siap melakukan apa saja yang dia minta semakin membuat situasinya amat disayangkan untuk ditinggalkan. Ibarat kata, kalo anda yang di Indo kerja kantoran udah punya posisi sekaligus gaji tinggi, belum tentu anda mau pindah ke Ausi memulai lagi dari nol kan? Menjadi bawahan, direndahkan, digaji kecil, banting tulang lagi buat pemenuhan kebutuhan. Tapi seorang Ny mau melakukan itu karena dia punya visi dan dia orang yang positif. Dia melihat sebuah peluang untuk kehidupan yang lebih baik di Ausie walaupun harus mulai dari nol lagi.

Ny langsung mendapatkan kewarga-negaraan Australia setelah mendapatkan sponsor dari ibunya yang sebelumnya telah mendahuluinya ke Ausie. Mungkin anda mau bilang Ny beruntung karena disponsorin tapi taukah anda bahwa keberuntungan hanya hinggap pada orang2 yang bersikap positif? Nah kalau kita merasa  belum ada perubahan dalam hidup padahal sudah berusaha mati2an, bertahun2 lagi. Coba berhenti sejenak, istirahat sebentar. Tela'ah lagi jalan yang telah kita lewati, "apakah kita telah melewatinya dengan positif? Apakah kita selalu bersikap posistif?" Kita perlu mengintrospeksi diri kita setiap saat, supaya kita tidak membuang waktu dan tenaga. Sehingga apa yang kita kerjakan, waktu dan tenaga yang kita kucurkan selalu membuahkan hasil. Introspeksi diri untuk menjadi positif secara tidak sadar telah mengundang aura positif dari alam semesta ini untuk mendukung rencana kita.

Singkat cerita 2008 Ny menginjakkan kakinya di Ausie dengan menjual segala harta miliknya di Kamboja dan membawanya serta sebagai modal awal di Ausi sebesar $50,000. Bersama istri dan 2 orang anaknya, Ny memulai hidupnya yang baru. Dia hanya menganggur 1 hari sebelum mendapatkan pekerjaannya yang pertama di Springvale Shop sebagai pemotong daging, rekomendasi dari ibunya. Istrinya pun turut serta bekerja di situ, tapi mereka hanya bertahan 3 hari karena bosnya terlalu bossy dan terlalu memanfaatkan mereka dengan menggaji mereka sangat rendah, $60 per hari.

Dari toko daging Ny mendapatkan pekerjaan berikutnya di pabrik baja di daerah Briadside. Upah yang dia dapatkan $18/jam, upah yang normal untuk upah pabrik. Tapi ada rintangan yang harus dia lalui yaitu, dia harus jalan kaki ke tempet kerjanya, total 2 jam lamanya untuk pergi dan pulang karena dia belum punya mobil. Ny hanya bertahan 1 bulan di sini. Bukan karena lelah berjalan kaki tapi karena pabriknya harus pindah ke tempat yang semakin sulit dijangkau dengan jalan kaki, karena semakin jauh dari rumahnya.

Sejak berhenti dari pabrik baja, Ny bekerja di perkebunan anggur dan stroberi. Kalo anggur sedang tidak panen, stoberi jadi pilihan. Begitu juga sebaliknya. Pekerjaan dengan penghasilan $110/hari dan dibayar cash ini ga terlalu bisa diandalkan sebagai sumber penghasilan seumur hidup karena dia membutuhkan pekerjaan dengan slip gaji untuk bisa nyicil rumah. Ditambah lagi bekerja memetik buah ini sangat bergantung pada cuaca dan musim panen dari buahnya. Kalo cuaca hujan terpaksa seharian Ny di rumah tak bekerja dan tak ada pemasukan. Pada saat terik dia baru bisa kerja namun dengan bermandikan matahari dan menahan haus.

Karena belom bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa memberikan slip gaji, maka Ny dan istri bekerja 7 hari seminggu memetik buah. Anak2nya dititipkan pada ibunya Ny. Dikarenakan ketidakpastian cuaca tersebutlah yang memaksa mereka harus pandai2 memanfaatkan waktu dan menahan diri dari kemalasan untuk mengumpulkan uang dan menabung. Selama satu tahun penuh Ny dan istri kerja di perkebunan sampai akhirnya mereka memutuskan untuk membeli mobil Toyota Camry secondhand seharga $20,000.

Tak lama setelah itu, teman Ny ketika bekerja di pabrik baja mengajaknya kerja di pabrik plastik bernama Guilda. Di sinilah saya dan Ny saling kenal dan sampe sekarang Ny masih bekerja di sini dan dia merasa senang mendapatkan pekerjaan ini. Selain bisa mencicil rumah, Ny juga bisa mengisi rumahnya dengan perabotan2 yang menurut saya bagus2. Seperti sofa tamu yang ternyata bisa dibentangkan menjadi kasur, lampu ruangan dengan bentuk yang tidak umum, kitchen set, PC komputer, TV layar datar, XBox, dan lain sebagainya.

Ny mengawali penghasilan di Guilda termasuk kecil yakni sebesar $17/jam. Setelah 2 tahun bekerja di Guilda, Ny berhasil mengumpukkan uang untuk DP pembelian rumah sebesar $120,000. Saya mau mengajak anda itung2an. Berapakah total uang yang Ny dan istrinya kumpulkan sejak pertama kali bekerja di Ausi sampe saat ia memutuskan untuk membeli rumah? (Lamanya kira-kira 3 tahun).

Kita kilas balik, pertama2 dia bawa uang dari Kamboja sebanyak $50,000. Lalu dibelanjakan mobil seharga $20,000. Tersisa $30,000 sementara DP rumahnya $120,000 (akan saya jelaskan nanti dari mana asalnya angka ini). Artinya selama 3 tahun bekerja Ny dan istri berhasil mengumpulkan uang sebanyak $110,000 atau seminggunya Ny dan istri rata2 bisa nabung $705. Perlu diketahui sebelumnya bahwa di Melbourne untuk beli rumah minimal kita harus bayar DP sebesar 10% (jika debitur masuk kategori berpenghasilan tinggi) dari harga rumahnya. Pihak bank yang memberikan kredit akan menilai (dari slip gaji) anda termasuk berpenghasilan tinggi atau rendah. Ny yang pada waktu mengajukan kredit sudah berpenghasilan $19/jam ternyata masih tergolong penghasilan rendah sehingga DP yang dikenakan ke dia sebesar 30% bukan 10% karena pihak bank khawatir jika dengan DP 10%, Ny tidak akan mampu membayar bunga dan pinjaman sebesar 90%. Harga rumah Ny adalah $400,000, karenanya DP yang harus dibayar Ny sebesar $120,000. 

Tak mudah bagi seorang Ny dan istri untuk bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu 3 tahun. Mungkin karena budaya dan kebiasaan hidup yang sederhana waktu di Kamboja sehingga ia mampu menghemat dan mengumpulkan banyak uang dalam waktu singkat. Pola hidup tinggal di Ausi memang sangat mempengaruhi untuk bisa nyimpen uang. Berdasarkan pengakuan dari Ny langsung, pertama kali dateng ke Ausi amat sangat sulit baginya baik dari segi bahasa maupun budaya. Mempelajari bahasa inggris bukan perkara mudah, bahkan sampai sekarang saya sulit mengerti kalo Ny sedang menyampaikan sesuatu. Jadi seringnya Ny pake bahasa tubuh. Ditambah lagi umur Ny yang udah ga muda dan latar belakang militer yang kaku. Pasti amat sangat sulit bagi dia untuk bisa beradaptasi di lingkungan baru Australia.

Jika Ny bisa, saya yakin sekali saya juga bisa. Kalau saya aja yang kuliah accounting lamannya kaya kuliah kedokteran (baca: lemot, bego) bisa, kenapa anda yang masih muda harus kalah dulu sebelum bertanding? Ada yang bilang musuh terbesar dalam hidup ini adalah diri sendiri. Karena diri sendirilah yang sering membisikan kata2 kalo kita tidak mampu, kita tidak layak, kita tidak akan bisa melewati setiap halang rintang di depan. Padahal manusia masuk dalam kategori mamalia di puncak tertinggi pada rantai makanan. Selain karena memiliki daya logika yang kuat ketimbang hewan, manusia juga memiliki akal budi yang mampu menciptakan pribadi yang lebih berkualitas dari masa ke masa. Karena akal budi dan logikanya itu pulalah menjadikan perkembangan jaman, teknologi dan kualitas hidup manusia yang makin baik.

Jadi selalu katakan "Saya bisa, Saya layak, Saya mampu..." untuk semua hal yang ingin kita gapai. Jangan menyerah...

Senin, 24 Desember 2012

Barbeque di Rumah Ny

Saya harus segera menceritakan ini mumpung masih anget karena kejadiannya baru semalem. Ini adalah acara makan2 yang diadain sama Ny, temen kerja saya di pabrik. Kami barbeque-an bareng seluruh temen kerja di pabrik, kecuali Mike dan Dean. Dean yang adalah bos kami udah tentu ga bisa dateng karena tinggalnya di Brisbane, sementara Mike (Manager) saya kurang tau apakah dia tau mengenai undangan barbeque di rumah Ny. Seinget saya sih undangannya dipajang di papan yang tiap orang bisa liat. Kalo dia ga dateng mungkin ada acara keluarga. Tapi kata Jeeva, salah satu temen pabrik dari Sri Lanka bilang "Kalopun Mike tau acara ini, dia ga akan dateng karena level dia jauh di atas kita." Hmmm, sesombong itukah si Mike? Dengan ragu saya berkata dalam hati. Setau saya Mike cukup santun orangnya dan terlihat dia berusaha untuk ngajak ngobrol kita para pekerja bawahan yang memang sama sekali ga deket dengan dia karena keterbatasan bahasa. Tapi mau kaya apa si Mike sbenernya saya ga perduli, yang penting ga mengganggu kerjaan aja.

Seperti biasa yang namanya barbeque ya ga beda sama acara bakar2an kalo pas tahun baruan di Indo. Ngobrol, minum, makan, bergadang. Singkat cerita acaranya cukup membosankan karena saya dateng telat pas Jimmy (temen pabrik) dan pacarnya udah pulang. Saya sengaja dateng telat karena suhu kemaren adalah 39 derajat di siang hari. Buat temen2 pabrik mereka ga ada masalah karena mereka naik mobil sementara saya harus ngegenjot sepeda, selain berpeluh keringat saya beresiko kena kanker kulit. Jadi saya milih berangkat agak sore, toh katanya mereka berencana nginep di rumah Ny jadi ga ada yang namanya telat. Tapi ternyata pada akhirnya yang nginep cuma saya dan Thy (temen pabrik dari Kamboja).

Ada yang beda budaya barbeque di Indo dengan di Melbourne. Di sini kalo barbeque-an pake tungku barbeque yang bisa bakar sekaligus banyak sementara kalo di indo kan seadanya dari tungku yang biasa dipake sama tukang sate. Selain kapasitasnya kecil kita masih diribetin sama arang yang lebih cepet abis ketimbang di sini yang pake batubara.

Perbedaan berikutnya yang cukup mencolok adalah dari minuman yang disediakan. Softdrink adalah hal biasa kan? Gitu juga di sini. Tapi saya belom pernah bakar2an di Indo sambil minum wine. Kalo bir mungkin agak biasa karena buat yang suka bir mungkin akan berparty disertai bir. Tapi wine dimana tingkat kadar alkoholnya lebih tinggi dari bir, kalo tersedia di sebuah acara di Indo pasti tau2 orang kampung udah ada di depan rumah. Berlagak seperti hakim dunia yang tak pernah berkaca dan tak sadar akan cacat diri. Kalo di sini ente mau jungkir balik maboknya, selama ga ada orang yang terganggu ga akan ada yang komentar apalagi menghakimi. Tapi kalo sampe maboknya rese' dan ganggu orang siap2 aja digeret polisi.

Di acara semalem dimana Jeeva merencanakan nginep, ternyata harus pulang karena dia harus nganterin anaknya, Alexis ke sekolah. Mendadak banget dan terkesan menjadi alasan supaya dia pulang. Karena Karen, pacar Jeeva dari Philipina yang ikut serta di acara barbeque samalem, ga mau dia nginep dengan kondisi mabok. Soalnya Jeeva kalo mabok suka ngumpat2 dan ganggu orang lain. Karen ga mau jadi masalah dan berurusan dengan polisi.

Setelah Jeeva pulang, kami main XBox, sejenis game player saingannya PS3, bareng anaknya Ny, La Line, yang artinya "bulan di Perancis". Saya baru tau ada video game canggih bener, kagak pake yang namanya joystick atau apapun jenisnya itu yang mirip2 Nintendo. Game player ini pake sensor tubuh. Jadi dibawah layar tivi nya ada satu kotak yang berfungsi sebagai sensornya. Jadi ngendaliinnya langsung diarahin pake tangan, gitu juga dengan setiap permainannya, dikontrol langsung pake tubuh si pemain. Menurut saya game ini sangat menyehatkan, membuat tubuh bergerak (olahraga) sambil merasa fun. Saya jadi ngebayangin, jangan2 XBox punya permainan Winning Eleven (sejenis permainan sepakbola) dan karena bisa dikendalikan oleh tubuh, jadi bisa seolah2 main bola, tanpa harus keluar rumah atau ngumpulin orang2 yang tertarik main di lapangan. Belom lagi resiko ngaret dan kehujanan bisa terjadi untuk olahraga luar ruangan ini.

Abis capek main XBox, saya, Thy, Ny, dan Vincent main kartu 13. Sebutan di sini untuk permainan kartu timpuk. He3 di di Tangerang nyebutnya "timpuk", ga tau deh ditempet laen gimana. Sekitar jam 1 pagi, Vincent mengundurkan diri karena mo pulang. Tak ada yang busa menahan dia. Sepertinya urusan penting sampe dia harus pulang. Urusan apa ya kira2 tengah malem, sampe ga bisa ditunda besok pagi? Jangan2 urusan cewe nih, huaaa...

Dari keseluruhan acara barbeque-an semalem di rumah Ny, cuma satu hal yang membuat saya berkesan yakni di akhir acara. Saya dan Ny ngobrol dimana Thy sebagai penterjemah untuk Ny dan saya. Apa yang kami obrolkan? Saya akan ceritakan di postingan berikutnya. Sekarang saya mau mandi dulu, gosok gigi (dari semalem belom gosok gigi gara2 lupa bawa), terus main sama Eog... 

Minggu, 23 Desember 2012

DHT (Part 4)


Sangkin banyaknya even dan momen yang harus diabadikan dalam diari/tong sampah ini, saya sampe lupa harus meng-update­ perkembangan pertumbuhan Eog yang udah berbeda drastis dari update-an terakhir.

Di ulang tahunnya yang ke 3 bulan tepat pas hari kiamat kemaren, 21-12-2012 (kiamat kok masih idup sampe sekarang?), Eog yang beratnya udah nyampe 7 kilo, semakin aktif aja dan banyak ekpresi2 wajahnya yang menunjukkan dia kebingungan sekaligus penuh rasa ingin tahu. Bahkan ekspresinya udah banyak macemnya. Bisa bingung, marah (pas lagi ngeden mo boker tapi tainya ga keluar2), senyum, ketawa. Bahkan sekarang Eog udah bisa teriak2 “Au... Au...” seperti sedang bercerita dan curhat sesuatu sambil disertai senyum2 kecil, “Aguuu... Aguuu...”. Misalnya saja Kristina harus bekerja dari pagi dan Eog terpaksa diurusin Emaknya, waktu Kristina pulang dan ketemu Eog, Eog pasti kaya curhat2 gitu ke Kristina, “Auuu... Auuu...”. Ya udah barang tentulah Kristina kagak ngerti babarblas apa yang Eog ceritain. Tapi Kristina tentu merespon atau kadang bertanya balik. Melihat mereka seperti orang bodoh rasanya, bertanya tanpa mengerti jawabannya. Tapi merespon seolah mengerti yang dimaksud.

Pernahkah anda mencoba ngobrol sama orang gila yang di jalanan? Atau kalo anda takut mencoba ngobrol sama orang gila di jalan (takut mendadak digebuk tanpa alasan), seandainya anda punya kerabat/tetangga yang agak stres, coba diajak ngobrol. Nah, ngobrol bareng Eog itu seperti itu suasananya. Saya ngomongin apa, Eog nya merespon apa, tapi pembicaraan berlanjut terus, kadang sampe setengah jam ngobrol ngalor-ngidul (ga jelas) tetep aja asyik. Dan kami nggak ada yang mengerti satu sama lain mengenai respon dari lawan bicara. Kami pun tidak perduli lawan bicara mengerti atau tidak, karena yang terpenting adalah “perhatian” yang kami dapatkan. Saya mendapatkan perhatian dari setiap respon Eog yang 100% ga ngerti dia ngomongin apaan. Begitu pun Eog, saya yakin ketika saya/Kristina mengajaknya bicara, dia mampu merasakan bahwa dia diperhatikan. Terlihat dari setiap ekspresi dan reaksi tubuhnya ketika kami ajak bicara. Eog terlihat senang dengan menggerak-gerakkan tubuhnya dengan cepat seperti menendang2.

Oya, Eog sekarang baru aja bisa mengangkat pantatnya dengan kaki kalo lagi tidur terlentang. Walaupun baru bisa terangkat sedikit tapi cukup bisa membuat tubuhnya berpindah tempat. Perkembangan ini cukup menyenangkan bagi saya sekaligus memberikan sedikit kecemasan, mana tau kalo pas kami meleng sedikit dimana posisi Eog sedikit berbahaya. Artinya kami harus lebih ekstra hati2 lagi menjaganya supaya terhindar dari kecelakaan/cidera.

Berhubung ini anak kami sendiri jadi kami merasa Eog lucu dan imut (karena belom tentu buat orang lain Eog dinilai lucu dan imut juga). Karena lucu dan imut jadi kami sering foto2in dia, terutama waktu dia senyum atau ketawa. Atau kami berusaha merekam video setiap kali Eog ngoceh terus tanpa henti. Bahkan tiap kali kita merespon, dia tetep aja ngoceh, seolah ga mau dipotong dan minta untuk didengerin. Tapi ada hal unik berkaitan pengambilan foto dan videonya. Tiap kali dia tau dia mau difoto/divideo, baik itu HP maupun kamera, dia langsung diem. Diem bener2 diem. Seoalah2 dia ga mau sampe ada bukti kalo dia bawel atau murah senyum. Karenanya, susah banget untuk dapetin gambar Eog yang lagi tersenyum atau videonya yang lagi curhat. Dia selalu berhenti seketika itu juga tiap kali liat kamera. Ya semoga aja ini tanda baik. Tanda kalo Eog ga alay. Tanda kalo Eog ga akan jadi anggota boyband ya nanti gedenya (harapanku...)

Senin, 17 Desember 2012

China Bar Signature - Burwood East


Makan-makan lagi kawan. Wuih banget dah, bulan Desember penuh dengan tawaran makan-makan, acara ramah tamah yang Kristina paling sebel, hahaha... Tapi kebalikannya, saya malah paling demen. Makan-makan kali ini adalah acara gethering dari pabrik tempet saya kerja. Kami makan di China Bar Signature.

Lagi? China Bar lagi? Buset, ga blenek? Namanya gratisan mana ada kata blenek, ya nggak? Tapi di China Bar yang satu ini saya jauh dari kata puas bahkan boleh dibilang kecewa, padahal dibayarin apalagi kalo bayar sendiri? Ada banyak sekali kekurangan dari chinese resto yang satu ini bila dibandingkan dengan rekan sejawatnya yang di CBD, di pojokan jalan Little Bourke St. dan Exhibition St.

Yang pertama, menunya tidak sebanyak dan sevariasi yang di CBD. Menu andalan yang saya incar dari seminggu sebelum hari-H (sejak saya tau si bos booking di sini) ternyata tidak ada. Menu tersebut adalah ceker ayam dan pancake durian. Ouch, itu aja udah bikin kecewa banget, jadinya langsung ga semangat ngambilin makanan-makanan yang lain (dasar lebay, ya?). Soalnya menurut saya menu2 yang lain rasanya ga terlalu fantastis dan saya yakin bisa dapetin menu yang mirip2 di chinese resto lainnya di kota Melbourne ini.

Yang kedua, pelayanannya parah banget, menurut saya. Di awal aja kami langsung dikejutkan dengan botol-botol anggur yang jatoh dari raknya. Uuuh, potong gaji kali itu mah. Mungkin buat sebagian orang ga ada masalah dengan kejadian tersebut tapi buat saya itu masalah banget. Saya paling ga suka denger barang yang dibanting, walaupun itu tidak disengaja. Misalnya aja ada gelas kesenggol dan jatoh, bunyinya itu bikin mood langsung jelek. Mungkin trauma masa kecil kali ya, hehehe... Selain itu pelayanan buruk lainnya adalah saya ada ambil makanan dan masih saya makan. Ketika lagi ngobrol sama temen di sebelah, objek yang dikunyah di mulut udah abis, saya mau ngelahap yang berikutnya, eh, piring saya udah ilang. Kejadiannya sampe 2x oleh karyawan yang berbeda dan ampir aja jadi 3x kalo mata saya meleng dikit dan keasikan/kebawa suasana ceria di situ. Makan jadi kagak tenang, takut makanannya diangkut. Perlu diketahui dulu sebelumnya bahwa service di China Bar, staff nya akan keliling sana kemari untuk ngambilin piring2 kosong yang habis dipakai oleh customer. Sepertinya mereka terlatih untuk ngambilin piring setengah kosong tanpa diketahui si pemilik makanan. Atau kalopun itu piring kosong, mereka tidak dilatih untuk bertanya dulu ke customer apakah mereka masih mau pake atau nggak piring tersebut. Nah ini juga bagian dari kejelekan yang saya paling benci sama orang China. Mereka punya budaya yang ga suka basa basi, terlalu malas bergaul dengan orang yang ga bisa mandarin juga. Mirip2 sama orang Vietnam, akibatnya bahasa inggris mereka tertinggal dan pergaulan mereka terbatas sekitar orang2 China aja. Sayangnya kalo profesi mereka waiter/waitress itu akan sangat mengganggu, terutama buat customer yang makan.

Yang ketiga, saya ada tanya ke staff nya “Boleh nggak saya foto2 makanan dan ruangan di sini?” Staff yang saya tanya terlihat kebingungan lalu manggil temennya, mungkin dia masih baru. Singkat cerita saya dapatkan jawaban “Boleh...” dengan penuh keyakinan staff lainnya menjawab saya. Tapi ditengah asik2 foto tiba-tiba sang Manager marah2 ke saya, nyamperin saya yang lagi asik foto2 cake, dan bilang saya ga boleh foto. Saya langsung membela diri karena ga mau disalahkan dengan mengatakan kalo staffnya sendiri sudah membolehkan saya untuk foto2. Si manager bukannya merendah/mengalah malah nimpalin balik sambil berlalu pergi “Saya managernya di sini, tanya saya, jangan tanya yang lain!!!” Wow, hebat bener, orang kaya gini bisa jadi manager resto? Dia belom tau kekuatan mulut dan promosi (promosi keburukannya yang baru saja dia lakukan). Dia kayanya ga ngerti kekuatan marketing. Sepertinya manusia ini ga paham kalo satu customer dikecewakan itu bisa jadi akhir dari segalanya, baik kerjaannya maupun restonya.

Asli deh, aksinya si Manager bikin mood saya amburadul ketika itu. Bikin emosi dan ga profesional banget. Kalo memang ga boleh foto kenapa ga dipajang tulisan “Dilarang mengambil gambar”? Atau setidaknya semua staff-staff nya tau donk kalo itu hal yang krusial dan penting untuk diketahui cutomer. Tapi kalo sampe staff nya aja bisa bilang “Boleh” sementara ketika si Manager menemukan ada customer yang ambil gambar dan customer itu dimarah-marahin, ga minta maaf, terus berlalu pergi gitu aja, apa pantes? Parah, bener-bener parah. Saya meragukan dia lulusan hospitality Australia. Yang pasti kesan buruk ini akan saya masukkan ke rating Urban Spoon, website yang menjadi acuan sebagian orang Melbourne untuk mengetahui apakah resto yang mau kita kunjungi apakah cukup layak untuk spend money there.

Oke, sekian curcolnya. 

China Bar Signature
380 Burwood Highway
Burwood East
Victoria 3151

Minggu, 16 Desember 2012

Happy Birthday Mami ke-57


Tepat jam 00.00 tengah malam di hari yang sama kami pergi berangkat makan di China Bar 6 Desember 2012, kami sempat memeberi kejutan buat maminya Kristina yang kebetulan ada di rumah kami. Keberadaan mami Kristina bertujuan untuk bantu saya dan Kristina jagain si Eog ketika kami sedang kerja. Tepat hari itu umurnya si mami jadi 57 tahun dan ini adalah kejutan pertama kalinya buat si mami dalam rangka ulang tahunnya.

Sebelumnya siang harinya Reza dan Meili menyempatkan membeli kado buat si mami sekaligus kami titip kue cake dan lilin ulang tahun. Sama Reza ditambahin lilin kembang api yang berbentuk angka 57, jadi pas dinyalain menambah semarak suasana bak percikan kembang apinya yang jatuh ke kue, xixixi...

Kado dr Meili dan Reza
Si mami yang udah tidur kita gangguin, kita bangunin lagi buat tiup lilin dan make a wish. Saya dan Kristina juga sebenernya udah tidur karena udah ngantuk dan besok pagi harus berangkat kerja, jadi kami tidur dulu, pasang beker pas jam 00.00. Jadi harap maklum aja kalo di foto mukanya senep semua kaya abis ketinju. Berhubung si mami ga doyan kue2 yang bikin neug, jadi yang makan kuenya yang Cuma kami berempat. Kue cake coklat 3 lapis dan berlapis marsmellow di atasnya.

Happy Birthday, Mami... Semoga panjang umur, dicukupin rejekinya, diberi kesehatan, kedamaian dan kebahagiaan di usia yang tidak muda lagi. Semoga semakin bijaksana dan ga percaya hal2 yang berbau klenik-klenik lagi. God bless...

China Bar Signature - China Town



*Note: Restoran ini tidak halal

Untuk pertama kalinya saya dan Kristina makan buffe di Melbourne. Kamis, 6 Desember 2012 kami makan di sini dalam rangka farewell party dengan Reza dan Meili. Entah kapan kami bisa ketemu lagi tapi setidaknya ada kenangan seru dan tak terlupakan di acara perpisahan kita. Sekedar info, kalo makan di restoran ini jangan pas weekend, selain rame harganya juga beda. Secara keseluruhan saya dan Kristina sangat menikmati suasana restoran ini. Dari disain interiornya yang menarik dengan menampilkan lampion2, juga tumpukan2 mangkok yang diletakkan dalam rak sebagai hiasan untuk space kosong di dinding lantai 2.

Pilihan makanannya pun banyak sekali, dari seafood, poultries (daging-dagingan), cakes, sushi, dimsum, Yam Cha. Dari Peking duck sampe Shark Fin (Sirip Ikan Hiu) pun ada. Menurut Reza sup Sirip Ikan Hiu nya kurang enak, sepertinya ga asli. Atau mungkin di mix yang asli sama yang buatan. Karena mungkin kalo asli semua, ga bisa balik modal restorannya kali. Lagi pula saya makannya pun pasti disertai rasa bersalah. 

Yang paling saya suka dari restoran ini adalah menu Chicken feet (Ceker ayam) yang rasanya bisa nandingin ceker ayamnya Quang Tao, resto Vietnam tempat kami makan bareng setelah pembabtisan Eog. Menu lainnya lagi yang jadi incaran terus2an adalah Durian Pancake. Orang Indo udah pasti jarang yang ga suka Durian, tapi berhubung ini di Melbourne dan orang Indonya yang makan di sini pada waktu itu sepertinya hanya 2 meja, meja kami dan ada satu meja lagi yang isinya orang Indo juga, jadi Durian Pancake nya banyak, jarang yang ambil. 

Berhubung saya ga suka Seafood apalagi yang namanya udang, jadi saya sama sekali ga ngambil jenis makanan tersebut. Tapi saya ada nyicip barang satu atau dua biji dari setiap jenis masakan seafood yang diambil sama Kristina. Kristina suka banget sama yang namanya kerang-kerangan. Kalo udah makan kerang atau shell atau apapun namanya, dia bisa kalap. Ditambah lagi ada Durin Pancake, wah waktu itu kepalanya sempet pusing katanya. Saya ga ngerti gimana ngejelasin kenapa bisa pusing, bukan waktunya saya berteori, hehehehe... Tapi yang saya tau menu Seafood memang tinggi kolesterol, bukan begitu? Dulu aja waktu pulang ke Pekalongan, kampung halamannya, Kristina pernah nyikat kerang darah rebus satu kilo, dimakan sendiri. Abis itu kepalanya langsung pusing, hahaha...

Ada menu lain yang saya suka jug di sini yaitu rumput laut. Disajikan dalam cangkir kecil-kecil seukuran cangkir teh. Sekali rauk pake sumpit langsung abis. Jadi biar ga repot biasanya saya ambil sekaligus tiga atau empat cangkir gitu.

Konsep restoran ini cukup unik untuk ukuran buffe, dimana dengan harga $59.99 untuk Dinner kita Cuma punya waktu 2 jam makan sepuasnya dengan minum air putih, tentunya sepuasnya juga. Setau saya kalo makan bufee biasanya minumannya juga gratis, maksudnya bisa milih minuman apa aja, tapi nggak di China Bar ini. Minuman yang boleh ditenggak sepuasnya Cuma air putih, selainnya harus beli. Setelah mendekati 2 jam, biasanya kita di kasi bill sebagai tanda bahwa waktunya udah hampir habis. Tapi itu kalau restorannya lagi rame booking-an atau udah banyak orang yang antri di luar sana. Kalo sepi, ya kita bisa lanjut terus sampe tutup. Intinya kalo bill udah dikasi, cobalah untuk clingak-clinguk kursi di sekitar kita, penuh atau nggak. Terus orang di luar ada yang antri apa nggak. Kalo nggak ya, sikat terus. Abisin dah ceker ayam, pancake durian, sama rumput lautnya, hahahaha... Itu menu saya sih...

Ada keuntungan nya kalo makan di China Bar yang di City. Karena tempetnya 2 lantai, lebih luas, jadi kemungkinan untuk makan lebih dari 2 jam lebih besar ketimbang China Bar yang di Burwood Highway. Selain itu pilihan makanannya juga lebih banyak dan rasanya lebih enak.

Selain makanan-makanan yang siap disantap, ada juga makanan-makanan yang penyajiannya harus dimasak dulu, alias kita harus menunggu si koki masakin buat kita. Dari setiap menu yang ada di China Bar ini pasti di sebelahnya ada namanya, baik dalam tulisan mandarin maupun inggris. Ciri-ciri makanan yang harus dimasak dulu adalah kalo ada kokinya di counter tersebut yang lagi sibuk ngoseng2, terus ada nama menu makanan tapi ga ada makanannya, nah itu berarti si koki lagi bikinin. 

Ruangan di lantai 2
Untuk bisa ke restoran ini ada banyak cara. Seandainya anda tinggal di CBD, anda bisa jalan kaki melewati China Town (Little Burke Street) sampe Exhibition Street. Atau naik tram dari Bourke St. lalu turun di Exhibition St. terus jalan kaki 1 blok. Posisi restoran ini ada di pojokan antara Little Bourke St. dan Exhibition St. Atau kalo anda dateng dengan kereta dari suburb, anda bisa turun di Parliament Station, lalu jalan kaki. 


China Bar Signature
222 Exhibition Street
Melbourne CBD
Victoria, 3000

Sabtu, 15 Desember 2012

Natal Bersama Doutta Galla - Grantham Green


Rabu, 12 Desember 2012 pukul 6 sore kami menghadiri perayaan natal di tempet kerja Kristina di Panti Jompo Doutta Galla, Grantam Green, yang letaknya tepat di arah jam 2, di seberang rumah kami. Pulang kerja sampe rumah jam 5 sore saya masih sempet berleha-leha dulu sebelum otot perut bekerja ekstra keras malam nya karena harus mengolah banyak makanan di perayaan tersebut.

Secara keseluruhan kesan yang saya dapet dari perayaan natal bersama nenek2 ini adalah baik. Ada 2 poin penting yang saya ambil dari perayaan tersebut, yang pertama “Hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan”. Menyia-nyiakannya berawal dari masalah sepele seperti makanan sehari-hari. Hindari rokok, alkohol, soda, daging, dairy food (makanan produk dari susu) seperti keju, es krim, mentega dan susu itu sendiri dan olahraga minimal 4x seminggu . Mungkin anda bingung kenapa dairy food termasuk dalam list yang harus dihindari. Untuk tau lebih jelas baca di sini:


Setelah baca ini dan menelusurinya, saya segera berusaha untuk ga mendapatkan asupan dairy food. Ternyata sulit karena saya baru sadar hampir semua makan terutama cemilan saya mengandung dairy food. Tapi saya yakin pasti bisa karena saya mau di usia senja saya masih fit dan mampu beraktifitas normal. Oya, kalo saya bisa hindari semua asupan di atas tapi ga olahraga gimana? Jawabannya adalah anda akan sehat, tapi otot tubuh anda lemah. Mungkin berjalan saja butuh waktu lama ketimbang mereka yang menyertainya dengan olahraga.

Hal penting kedua yang saya ambil adalah “Milikilah sifat, sikap, dan segala hal positif yang diajarkan agama”.  Kenapa? Karena di usia senja nanti otak kita bekerja seperti anak kecil lagi yang hanya menginginkan apa yang diinginkan, membuang apa yang dibenci, melempar apa yang membosankan. Jika sejak muda kita tidak terbiasa mengendalikan diri, niscaya ketika kita tua nanti kebiasaan kita lah yang mengontrol kita bukan kita yang mengontrol kebiasaan itu. Apalagi ketika sejak muda segala macam asupan yang saya sebutkan di atas tadi masuk terus tanpa kontrol, dijamin 100% anda akan mengalami yang namanya Dementia, level terendah sebelum Alzeimer (lupa ingatan). Itu jika anda beruntung, kalo nggak beruntung ya umur anda pendek, alias mati muda gara2 kanker atau penyakit lain. Atau kalo anda diberi umur panjang ketidak-beruntungan anda adalah Alzeimer.

Kitab suci udah bilang, apa yang ditabur, itu yang dituai. Jadi anda harus mengerti resikonya kalo anda memang mau menikmati asupan2 di atas. Tau resikonya bukan berarti mengerti. Untuk bisa mengerti cobalah anda kerja volunteer di panti jompo. Coba urusin mereka yang udah Dementia dan punya kebiasan2 buruk seperti mengumpat, sombong, atau pilih2 dalam segala hal sampai2 membuat anda yang udah keletihan merasa tidak dihargai. Lihat dan perhatikan tingkah mereka. Anda akan seperti itu nantinya.

Mengenai acaranya saya cukup menikmati ketika di awal saya melihat ada teriakan “Ho... ho... ho...” tanda Mr. Sinterklas datang. Kedatangan Sinterklas tentunya disertai kado dan pembagian kado diperuntukan bagi para kakek/nenek dengan tujuan menghibur mereka. Entahlah apakah itu kado yang mereka minta atau hanya inisiatif dari para staff pengasuh. Satu per satu nama kakek/nenek dipanggil, ada yang ngeh namanya disebut dengan mengacungkan tangan, ada juga yang melongoh doank sepanjang acara, ga ngerti ini ada apa di tempat tinggalnya, kenapa rame bener orang2 di sini. Otomatis kalo udah begitu ya staff yang berada di setiap spot diminta untuk clingak-clinguk siapa tau orang yang dimaksud ada di sekitar situ. 

Sambil pembagian hadiah, Kristina menyempatkan diri berfoto dengan beberapa staff dan penghuni panti jompo, salah satunya Trudy yang ceria banget. Bisa terlihat aura cerianya selama dia membawakan acara, dan entah kenapa orang ceria itu selalu terkesan semangat. Mungkin karena itu orang2 lebih seneng dan gampang bertemen dengan orang yang ceria ya. Trudy ini yang kasi topi natal yang dipake Eog di foto.

Kristina juga ada sempat berfoto dengan Leah, salah satu staff yang lagi kerja waktu itu. Leah ini asalnya dari Philipina dan para kakek/nenek sering manggil Kristina dengan nama Leah, soalnya para kakek/nenek mengira mereka adalah orang yang sama.


Ketika ada kesempatan kosong, Trudy segera memanggil Kristina untuk mendudukan Eog di pangkuan Sinterklas yang adalah penghuni panti jompo juga. Ditemani Andrea mantan staff Doutta Galla juga yang ceritanya sebagai si Pit Hitam dan dengan posisi seadanya, si kakek Sinterklas terlihat seolah mau membetulkan posisi Eog di pangkuannya tapi sepertinya si kakek tidak cukup kuat untuk mengangkat. Ditambah lagi sayanya terus jepret foto jadi si kakek Sinterklas bingung mau benerin posisi dulu atau membiarkan jepretan fotonya dulu biar bagus. Dan yang bikin geli kumis si Sinterklas posisinya udah pindah jadi ke jenggot. Aduh, kakek, sepertinya makin tua kok makin kehilangan kendali atas tubuh untuk bisa bergerak cepat. Hahahaha...

Setiap penghuni pasti punya keluarga misalnya anaknya, saudaranya, atau bahkan cucunya. Mereka semua diundang juga untuk hadir di setiap acara kebersamaan panti jompo dengan tujuan tentunya membahagiakan para kakek/nenek ini di akhir hidupnya. Sialnya, ada dari mereka yang ga punya siapa2. Mungkin dulu dia anak tunggal terus ga menikah, udah deh ga punya siapa2 jadi ga ada yang pernah mengunjung. Tapi ada pula dari mereka yang menikah tapi ga tau kalo pasangannya itu udah “ngeduluin” dia alias meninggal. Sepanjang hari nungguin dijambangin di panti jompo tapi tak kunjung datang. Nah ini dia salah satu efek Dementia, anda akan seperti ini nantinya jika anda masih mempertahankan rokok di bibir anda.

Acara berlanjut setelah pembagian kado ke acara puncak, yaitu makan-makan, hehehe... Acara yang saya tunggu dari tadi sebenernya. Karena lomayan lama pembagian kadonya berhubung penghuninya ada sekitar 40 orang dan terdapat undangan para jompo dari panti jompo yang lain pula. Jadi kurang lebih memakan waktu 1 jam. untuk udah ganjel indomi 2 bungkus sebelum dateng, jadi ga terlalu keroncongan.

Denger2 cheft nya dateng buat bikin makanannya ini semua dari jam 3 pagi lho padahal dia dibayar mulai jam 7 pagi. Nama Cheft nya Anna, orang Kroasia dan dia sangat berdedikasi pada tempet kerjanya ini karena dia berpikir suatu hari nanti dia juga akan menjadi penghuni panti jompo, jadi dia mau mengerjakan pekerjaannya asal2 jadi. Ga Cuma enak dimakan semua makanannya tapi hiasannya pun menarik padahal simple.

Sebenernya sebelumnya saya punya banyak cerita yang mau saya sampaikan di blog ini. Cerita mengenai masing2 penghuni panti jompo, tapi Kristina mengingatkan bahwa itu ga boleh diceritakan karena sifatnya pribadi dan ga boleh disebar-luaskan. Oke, baiklah kalo begitu. Saya hanya akan menceritakan yang enteng2 saya. Seperti penghuni yang satu ini, para pengasuh memanggilnya Jimmy tapi nama aslinya adalah Cihan Aslan. Tak jelas dari mana asalnya tapi yang pasti Jimmy ini berasal dari Timur Tengah dan dia beragama Islam. Jimmy punya keunikan tersendiri yakni selalu kasi permen lolipop ke setiap orang yang dia senangi. Eog contohnya, udah 2 kali ketemu dengan Jimmy dan 2x pula dia kasi lolipop tanpa dia perduli lolipop nya dimakan sama siapa atau malah dibuang, dia tetep aja kasi. Jimmy juga punya hewan piaraan, namany Johny, seekor bebek. Letak panti jompo Dautta Galla, Grantham Green ini dekat dengan sebuah sungai dimana sering ada beberapa bebek di situ. Jimmy sering menghampiri sungai tersebut dan memberi makan bebek2 di sana. Ketika saya dan Kristina sempat lewat sungai itu, saya tanya bebek yang mana yang namanya Johny? Kristina pun tak tau karena semuanya dipanggil Johny sama Jimmy. Keunikan lain dari Jimmy adalah dia selalu manggil setiap pengasuh dengan sebutan “Mami” karena dia kesulitan mengingat nama.

Di setiap kamar penghuni terdapat papan nama dari si penghuni yang bersangkutan. Dan keunikan lain tentang Jimmy adalah di papan namanya tepatnya di bawah namanya terdapat tulisan “General Manager”. What? Apa maksudnya ini? Saya iseng2 tanya sama Jimmy nya langsung yang kebetulan ada di dekat kami yang lagi asik menyantap pastel. Jawabannya jujur aja saya bingung. Entahlah apa itu menjawab pertanyaan saya atau tidak, tapi keterbatasan inggris saya menyimpulkan dia malah ngejelasin apa itu “General Manager” bukannya ngejelasin kenapa ada tulisan itu di papan namanya.

Penghuni berikutnya yang masih masuk kategori layak untuk diceritakan adalah si kakek John. Kakek John, pernah nunjukin fotonya waktu dia muda ke Kristina. Kata Kristina waktu muda kakek John ini mirip sama aktor Holywood, Nicolas Cage. Kakek John ini masih bisa dibilang waras lah karena saya ajak ngomong semua pembicaraan kita nyambung, Cuma dia harus pake alat bantu jalan aja karena badannya udah ga kuat. Selama acara berlangsung saya ada sempet beberapa kali ambil gambar kakek John dengan Zlata sang pengasuh. Yang bikin saya geli adalah Zlata sering banget mainin jenggotnya kakek John yang udah putih semua itu sambil ngeledek-ledekin. 

Ditengah acara kami sempat mengobrol dengan anak dan cucu dari Gwen, penghuni panti jompo. Si cucu yang bernama David, ternyata dari kecil sering difoto2 terus pas udah bisa jalan dia sempet jadi model. Tapi katanya dia yang sekarang berusia 14 tahun udah ga jadi model lagi karena udah terlalu sibuk sama aktivitasnya di sekolah sekaligus olahraga. Olahraga apa? Kalo anda tinggal di Ausie anda pasti bisa nebak olahraga apa yang saya maksud. Mereka menyebutnya Football tapi ini bukan sepak bola. Olahraga ini lebih mendekati Rugby, tapi tanpa pelindung tubuh seperti helm atau pelindung bahu. Buat saya olahraga ini olahraga orang gila, yang sama sekali ga mengutamakan keselamatan pemainnya. Anehnya orang Ausie tergila2 dengan olahraga ini. Kalo sampe ada momen pertandingan lokal, udah pasti deh stasiun kereta api penuh sesak.
Kami juga sempet ketemu Jam temen kerja Kristina yang harusnya udah kelar kerja tapi dia dateng lagi buat ngisi acara, dan Jessica adiknya. Jessica ini punya keunikan hobi yaitu, memelihara binatang eksotik, yaitu Blue Tangue Lizard (kadal lidah biru). Ih, saya aja liat foto di google udah merinding, kok ya ada anak kecil malah tertarik pelihara binatang kaya gitu. Dan entah seperti kekuatan pikirannya Jessica atau hanya kebetulan, Jessica mengharapkan memiliki kadal yang sama satu lagi supaya kadalnya punya temen. Tiba2 aja pabrik tempat saya kerja ditemukan kadal yang sama seperti yang Jessica perlihara, Blue Tangue Lizard, iiiiihhh... Setelah ditangkap saya minta itu kadal buat saya kasi ke Jessica dan sepertinya dia seneng dengan kadalnya, hanya saja terlalu besar, sementara kadal yang dia punya sebelumnya berukuran setengah dari yang saya kasi. Gpp, Jes, kalo kamu keberatan buang aja, ga usah repot2 dibalikin ke saya.

Setelah makan2, Jam dan Amanda, keduanya temen kerja Kristina, mengisi acara dengan menyanyikan lagu natal. Spontan para hadirin terutama kakek/nenek ikut bernyanyi menyemarakan suasana. Jam pada posisi gitar dan Amanda di posisi vokal. Setelah menyanyikan sekitar 10 lagu, suasanya disemarakan lagi dengan tarian dari Poni, salah satu staff di situ juga. Poni menyemarakkan dengan tarian dari Tonga dan kebetulan Poni juga dari Tonga, tarian yang kekuatannya ada di goyangan pinggul. Kristina merasa adem ayem aja saya nonton tariannya Poni, karena dia tau saya ga bakalan kesem-sem sama si Poni. Istilahnya mah bukan tipe saya lah. Pasti anda baru denger yang namanya Tonga. Itu sebuah negara lho, anda tau? Weleh, weleh, weleh... Kalo anda tau berarti anda lebih hebat dari saya. saya aja baru tau kalo ada negara yang namanya Tonga, luasnya kira2 setengahnya Singapura, seupluk doank. Kena tsunami juga lenyap itu pulau...

Tarian Gangnam Style
Setelah tarian dari Poni selesai saya balik ke tempet makan maksudnya mo ngambil dessert gitu. berhubung saya ga tau acara selanjutnya apa jadi saya berlama2 di ruang makanan sambil foto2 dessert nya. Tiba2 ada lagu Gangnam Style terdengar di luar sana. Wah, apa lagi nih? Kenapa harus Gangnam Style sih? Ini lagu populer banget, sampe semua orang memperdengarkannya. Bahkan grup tarian yang lagi pentas ternyata mempertunjukkan tarian Gangnam Style. Oh, my jot. Tapi berhubung ini momen, jadi saya foto aja. Tapi ternyata lucu juga, terutama ketika melihat Jessica di situ dan satu anak cowok (sepertinya seumuran Jessica) menari dengan lancar dan hafal setiap gerakan, walaupun ga kompak.

Sekiran laporan acara natal bersama kakek/nenek di panti jompo Doutta Galla, Grantham Green. Merry Chrismast semua...



Minggu, 09 Desember 2012

Tempat Tinggal Ketiga


5 hari setelah kedatangan Reza dan Meili membawakan makanan ke rumah dalam rangka perayaan kedua ulang tahun Kristina yang juga dihadiri oleh Jam, saya melakukan inspeksi ke suatu rumah yang sudah menjadi target incaran kami untuk kami tinggali setelah si Bayi lahir. Sekali lagi, cerita ini udah basi, tapi untuk alasan dikenang jadi saya harus ceritakan.

Kami memang sudah berencana untuk hengkang dari rumah yang pertama kali kami sewa sejak tinggal di Melbourne. Kami menemukan satu rumah yang berada di sudut jalan dan kebetulan berseberangan dengan tempat kerja Kristina. Selama ini kesulitan Kristina dalam bekerja sejak hamil adalah harus berjalan setengah jam dari rumah ke tempat kerja dan setengah jam lagi untuk kembali ke rumah. Tapi sejak hamil perjalanan tersebut menjadi semakin lama dan panjang dikarenakan rasa sakit di tengah jalan terkadang muncul, bahkan Kristina tidak bisa berjalan secepat dulu seperti sebelum hamil. Jadi kami berkesimpulan untuk mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerjanya dan kami menemukannya, hanya butuh waktu 28 detik kalo kata google map.

Berikut ini foto2 yang saya ambil pada saat inspeksi rumah karena Kristina sedang bekerja dan saya Cuma dikasi waktu 1 jam. 

Dapur
Kamar Mandi



Living Room
Seperti yang terlihat di gambar semuanya masih kosong. Tapi tahukah anda bahwa rumah yang sama setelah terisi dengan barang2 yang hampir setengahnya tidak kami beli?
T: “Lho, ga beli, apa maksudnya?”
J: “Iya, karena barangnya kami pungut di jalan.”
T: “Mungut, cerita apa lagi nih? Mulung ya?”
J: “Pada waktu kami pindahan ternyata timing nya bertepatan dengan moment pembuangan barang2 bekas. Di Melbourne, khususnya daerah tempat kami tinggal, pemungutan barang bekas oleh pemerintah akan dilakukan di bulan Juli secara gratis. Kita tidak bisa sembarangan membuang barang bekas seperti elektronik, sofa, kasur, dll. Bila tidak sesuai jadwal kita harus membayar sejumlah uang untuk pemungutan tersebut. Tapi pemerintah memberikan waktu sekali dalam 1 tahun untuk pemungutan barang bekas secara gratis.
T: “Jadi itu barang bekas? Emang masih bisa dipake?”
J: “Awalnya saya pikir juga ga bisa dipake lagi. Tapi kok dilihat2 barangnya masih bagus2, jadi saya ambil dan kalo ditotal saya sudah berhemat kira2 $5,000 untuk memenuhi keperluan rumah tangga. Untuk barang elektronik tidak ada yang saya ambil karena entah kenapa setiap barang elektronik yang dibuang pasti kabelnya udah dipotong. Mungkin itu prosedur yang harus dilakukan untuk keselamatan pekerjanya di pusat penampungan kali.

Di awal-awal saya mungut rasanya malu kalo sampe ada yang liat. Tapi ketika barang2 yang dibuang di depan tiap2 rumah semakin banyak dan pemungutan belum dilakukan, saya lihat ada begitu banyak orang juga yang melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan. Mereka bahkan dengan santainya memilah-milah mana barang yang mau mereka ambil. Bahkan beberapa dari mereka yang punya mobil mengangkut dan memasukkannya ke dalam mobil mereka.

barang2 yang saya pungut antara lain 2 sofa besar, 3 matras King size, 3 matras Single size, 1 set matras Queen size.2 meja, rak dengan 6 laci yang di atasnya bisa ditaruh televisi, 2 kereta bayi, 2 tempat tidur bayi,  1 ember mandi bayi, Microware (beruntung kabelnya belum dipotong), rak piring, Heater, ketel listrik, toaster, peralatan barbeque, piring-piring, gelas, mangkok, alat makan, beberapa panci, tempat sabun, dan beberapa baju dingin, sprei, dan selimut bulu. Masih banyak lagi yang perintil-perintil yang tidak bisa saya sebutkan satu2.

Kenapa saya ambil 3 matras yang ukuran King size? Karena planning saya ketiganya mau saya tumpuk jadi satu sehingga agak tinggi dan ga perlu menyediakan ranjang. Kenapa saya ambil 3 buah matras single size? Tujuannya sama yakni untuk meninggikan sehingga ga perlu ranjang. Nah yang matras Queen size sudah 1 set jadi ga perlu ditumpuk sama apapun. Matras yang satu ini memang yang paling bagus diantara matras2 yang lain.

Kenapa saya ambil 2 buah kereta bayi? Karena yang satu buat balita yang memposisikan si anak duduk lebih tegak sehingga tidak bisa dipakai buat bayi yang baru lahir. Kereta bayi yang satunya lagi buat new born alias bayi baru lahir dimana posisinya lebih cenderung ke arah tiduran.

Kenapa saya ambil 2 buah tempat tidur bayi? Karena yang pertama terlihat cantik, cute tapi sayang kurang kokoh. Baru disadari setelah Eog ditaroh di atasnya, sekali Eog menggeliat, tempet tidurnya langsung goyang2, padahal tempet tidurnya diperuntukan bayi baru lahir dan Eog pun baru lahir waktu itu. Sementara kedua lebih bagus, baik dan kuat, tapi sayang tidak memenuhi standar australia karena terbuat dari plastik. Kristina yang tipe orangnya idealis dan ga suka melanggar aturan, tetep kekeh ga mau pake tempet tidur yang saya nemu itu, karena pihak klinik sempat berkunjung dan melarang pemakaian tempat tidur tersebut. Ga tau ini mukjizat atau kekuatan pikiran, kira2 2 minggu setelah Eog lahir ada Garage Sale di depan gereja. Garage Sale adalah aktifitas penjualan barang2 bekas pakai yang dilakukan oleh rumah tangga biasa. Misalnya saya punya barang menumpuk di gudang dan barang2nya masih layak pakai. Saya bisa lakukan Garage Sale, menjual semua barang2 tersebut untuk mengosongkan gudang saya. Daripada dibuang kan lebih baik dijual. Nah, tiba2 saja saya menemukan tempat tidur bayi dari kayu yang diminta dari pihak klinik, mereka menghargainya $80, dimana harga barunya adalah $200.




Heater, pemanas ruangan

Happy Birthday Kristina 31th


Saya baru sadar setelah bongkar2 foto, ternyata ada begitu banyak moment yang belum saya posting, salah satunya ini, ulang tahun Kristina yang ke 31 tanggal 14 Juli yang lalu. Lama banget ya udah, dan basi banget ceritanya tapi saya tetep harus ceritain sebelum tahun berganti dan kenangan itu semakin memudar. Berhubung Kristina lagi kerja dan Eog udah ada yang handle (Maminya Kristina) jadi saya punya waktu untuk nambah postingan.

Oke, to the point aja, soalnya waktu yang saya punya sedikit sementara topiknya menumpuk. Ultah Kristina kami rayain dengan makan2 di restoran Korea Toodouri yang berseberangan dengan Queen Victoria Market, pasar yang dikenal murah dan sudah ada sejak 1850an. Murah sebenernya relatif, karena saya menemukan banyak pasar yang lebih murah ketimbang Queen Victoria Market ini. Mungkin maksudnya murah buat yang tinggal di City kali ya.

Di Toodouri kami pesen barbeque, kimchi pancake, dan... Ya ampun saya lupa semua namanya gara2 ga langsung diceritain di blog sih deket2 moment nya kemaren. Saya aplot fotonya aja ya. Mungkin buat mereka pecinta masakan Korea hanya dengan melihat gambarnya mungkin langsung tau apa itu namanya. Tapi tidak dengan saya. Maksudnya saya suka dengan Korean Food tapi saya punya masalah yaitu sulit mengingat nama, baik nama orang, judul film, ataupun masakan/makanan.

Meili dan Reza ada kasi kado buat Kristina seperangkat food processor dimana ada blender juga salah satunya. Sayang sekarang ga bisa dipake lagi karena rusak. Entah karena Russel Hobbs bukan merek bagus atau karena Kristina yang tiap hari pake jadi mesinnya ga sempet ngaso. Tapi yang pasti nilai ekonomisnya udah kami nikmatin dan seandainya kita punya receipt nya pasti bisa dikembaliin ke tokonya dan minta uang kembali.

Dewi salah satu teman kami yang diundang makan bareng juga pada waktu itu ga bisa dateng karena ada urusan katanya. Entah urusan apa, tapi yang pasti momen nya terlewat tanpa dia, momen yang tidak bisa diulang. Tapi pas pulang ke rumah Dewi ada kasi kado ke Kristina yaitu sepatu Crock warna hitam cocok buat dipakai kerja di panti jompo. Tapi berhubung pada waktu itu Kristina lagi hamil, ternyata ukuran kakinya membesar jadi ga bisa dipake. Alhasil sepatunya disimpen dulu sampe bayinya brojol, nah, sekarang baru deh Kristina bisa pake sepatunya.

Keesokan harinya Reza dan Meili dateng lagi mengantarkan banyak makanan harus percobaannya sekaligus untuk merayakn ultahnya Kristina. Kebetulan waktu itu juga ada Jam, temen kerja Kristina dari Philipina jadi cukup ramai orang2 yang hadir pada malam itu. Dan sekali lagi Dewi tidak ada di tempat. Saya lupa dimana dia, apakah dia kerja atau mengurus ‘urusan’ lagi. Entahlah, terlalu banyak urusan teman kami satu ini.

Pada waktu itu Reza dan Meili membawa 2 macam makanan yang tidak bisa kami habiskan dalam semalam itu. Yang pertama Sticky Dates yang terbuat dari kurma, oh my jot, enaaak buanget... Saya baru pertama kalinya makan Sticky Dates jadi ga ada pembandingnya. Tapi saya yang penyuka kue2 dan cake berani katakan ini enak dan tamparan buat saya karena saya bilang sebelumnya “Kok bentukannya kayanya ga enak ya, Za?” Sticky Dates yang berwarna coklat tua seperti Black Forrest ini dimakan dengan kuah kental yang berwarna coklat muda. Kuahnya ini yang membuat saya memandang sebelah mata dalam hal rasa. Tapi saya tertohok dan tertampar bolak balik, malah kuahnya lah yang bikin enak dan paling enak. Asem tenan ik... Bikin saya malu aja waktu itu. Awalnya bilang ga enak tapi abis itu nambah.

Lanjut ke makanan yang kedua yang dibawa Reza dan Meili adalah Pastel Tutup. Ini sebenernya sama enaknya dengan Sticky Dates tadi. Hanya saja Pastel Tutup ini bukan sejenis cake, melainkn seperti pastel, jadi lebih ke rasa asin sementara  Sticky Dates rasanya manis. Sayang banget, saya keburu kalap waktu itu dengan melahap Sticky Dates terlalu banyak sehingga Pastel Tutup nya saya hanya mencicipi 1 piring saja. Isi dari Pastel Tutup tersebut sama halnya seperti pastel pada umunya, ada kentang, wortel, bihun/so’un. Hanya saja terdapat kuah2 bumbu di dalamnya yang menambah kenikmatan tersendiri bagi saya.

Saya heran sama Reza ini, naluri masaknya bener2 jalan. Ternyata Sticky Dates itu adalah menu di restoran Malaysia tempet dia kerja. Dan entah dari mana dia dapet resepnya, pastinya bukan tertulis. Mungkin dia sempet melihat bagaimana cara pembuatannya ketika di dapur restoran. Atau mungkin saja sang koki Cuma menceritakan secara lisan proses pembuatannya. Inilah yang disebut talenta. Ketika kita sudah menemukan apa talenta kita, maka sesusah apapun rintangan hidup rasanya tetep bisa menikmati pekerjaan. Tantangan buat saya untuk menemukan apa sebenernya talenta saya.

Oya, ada yang kelupaan cerita. Dikarenakan waktu pentraktiran temen kami Dewi ga bisa hadir maka kami merencanakan pentraktiran spesial buat dia. Kami makan bareng di Quang Vinh, restoran Vietnam yang selalu rame padahal harganya ga murah2 amat. Quang Vinh ini berbeda dengan Quang Tao tempet kami makan bareng pas Eog dibabtis. Mungkin mereka masih sodara kali ya, abis namanya mirip2, pasti mereka dari keluarga Quang, xixixixi... 

Quang Vinh masih satu deret dengan Quang Tao dan tempetnya dua kali lebih luas dari Quang Tao. Di Quang  Vinh ini Kristina paling suka Custard Apple Juice (jus sirsak) nya karena katanya lebih kental dan lebih berasa sirsaknya dibanding Song Huong. Jus alpukatnya pun begitu tapi sepertinya Kristina lebih milih Quang Vin. Untuk lebih jelasnya mengenai Quang Vin Resto silahkan baca di sini

Sepertinya Dewi pada waktu itu memang momennya pas sibuk2nya atau jangan2 dia mengekskulsifkan dirinya? Entahlah, hanya langit dan Dewi saja yang tau. Pentraktirn Dewi pun kami lakukan pada saat malam hari setelah dia pulang kerja. Dewi berangkat dengan menggunakan Jaket winternya yang baru saja dia beli. Padahal pada waktu itu winter sudah mau selesai.
Sticky Dates dan Pastel Tutup
Penyajian Sticky Dates
Kado dari Dewi
Atas: Saya, Reza
Bawah: Meili, Jam, Kristina