About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Selasa, 17 Januari 2012

Rasa Benci

Bener-bener ga nyangka nih, mendadak perasaan bisa berubah dalam sekejap terhadap orang yang selama ini saya benci karena mulutnya yang pedes banget dan sering nyakitin hati. Sekarang malah saya jadi kasian sama dia karena suaminya memperlakukan dia kaya gitu. Tapi kalo diinget-inget lagi perlakuan dia ke saya tetep aja rasa sakit hati itu sepertinya masih bisa muncul lagi tapi kalo logika yang saya mainkan di sini semua perlakuan dia terhadap saya dikarenakan kepahitan yang dia alami akibat diperlakukan jahat oleh suaminya.

Jadi ceritanya kekesalan saya suatu hari sudah memuncak dan menurut saran dari kebanyakan temen adalah lebih baik menghindar dan kalo bisa jangan berhubungan lagi supaya rasa sakit hati itu ga muncul-muncul lagi. Kalopun suatu hari nanti kontak lagi toh kecil kemungkinan sakit hatinya karena intensitas pertemuan yang kecil. Dan tiap kali ketemu atau ngobrol ya hal-hal baik aja dan pembicaraan pun enak2 aja. Tanpa saya sadari sepertinya orang yang saya sebel ini malah jadi baik dan terbukalah mata saya kalo ternyata dia begitu karena diperlakukan yang sama oleh pasangannya.

Pelajaran yang saya ambil adalah kalo ada orang yang saya benci, sebaiknya justru malah saya harus bersikap baik padanya. Alasannya: ada 2, yang pertama karena pasti ada sebabnya kenapa dia begitu ngeselin sikapnya sehingga saya justru malah harus balik mengasihaninya. Alasan kedua, sejahat-jahatnya orang kalo terus menerus dibaikin lama2 akan melunak juga.

Mengenai hal ini saya jadi inget 2 cerita. Yang pertama kisah tentang tetesan air di dalam gua yang menetes di permukaan batu. Karena konsistensi air yang jelas2 masanya lebih lunak ketimbang batu mampu merubah bentuk batu yang keras. Cerita kedua tentang seorang menantu yang sudah ga tahan lagi dengan perlakuan mertuanya dan dia datang ke shinse untuk minta racun yang paling ampuh untuk membunuh mertuanya tersebut. Sang shinse pun memahami situasinya lalu memberikan sebungkus bubuk. Sang shinse memberi saran untuk menaruh bubuk tersebut ke dalam makanan, sedikit demi sedikit supaya dia tidak dicurigai membunuh. Saran sang shinse masuk akal dan sang menantu pun pulang dengan penuh harap mertuanya akan meninggal.

Kini sang menantu selalu masak makanan yang enak2 untuk sang mertua tanpa wajah yang bersungut-sungut. Dan sudah barang tentu tak lupa ia menabur bubuk pemberian shinse. Tiap kali mertuanya memarahi dia kini dia diam saja tak membalas dan menuruti semua keinginan sang mertua karena menurutnya sebentar lagi saja penyiksaan ini akan berakhir. Sampai suatu ketika sang mertua mulai melunak dan justru malah berbalik arah menjadi begitu menyayangi menantunya. Sekarang justru sang menantu merasa bersalah dan berharap sang mertua masih bisa hidup lebih lama lagi.

Dengan harapan yang sama besarnya seperti waktu pertama kali datang, sang menantu mendatangi sang shinse untu meminta obat penawar racun yang diberikannya dulu. Sang shinse cuma senyum kecil sambil menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa tidak ada penawar untuk bubuk yang dia berikan waktu itu. Sang menantu pun semakin histeris dan merasa menyesal karena sudah membunuh dan sebentar lagi tidak akan bertemu lagi selamanya dengan orang yang mengasihi dan dikasihinya. Dia sungguh2 menyesal, mengangkat tubuhnya, beranjak pergi dari tempat itu sambilmenitikan air mata.

Tepat di ambang pintu keluar sang shinse berkata: "Tak perlu bersedih, bubuk yang ku berikan padamu waktu itu adalah bubuk ginseng penambah energi. Tidak akan terjadi apa2 dengan mertuamu." Betapa senang dan gembiranya sang menantu mendengar hal itu. Ia pun pulang dengan sukacita dan makin hari makin mencintai mertuanya seperti ibunya sendiri.

Terkadang kita mau mencintai seseorang jika orang tersebut mau mencintai kita terlebih dahulu. Mencintai orang yang tidak sepaham dengan kita apalagi sampai bersikap kasar adalah tugas yang sangat berat. Tapi dalam hidup ini hukum duplikasi terjadi. Apa yang kita lakukan terhadap orang lain dengan cara yang sama pula lah mereka akan memperlakukan kita. Kapan mereka membalas perbuatan baik kita? Jangan diharapkan, karena kalo kita mengharapkan mereka membalas perbuatan baik kita di titik itulah kita sudah ga tulus. Kalo ga tulus yang ada malah sakit hati. Jadi pemahaman yang perlu diketahui adalah berbuat baik adalah mutlak, termasuk ke orang yang jahat sama kita.

Ini menjadi tantangan tersendiri juga buat saya. Sejujurnya saya sendiri belum bisa kaya gitu. Tapi coba bayangkan seandainya semua makhluk di bumi ini punya pemikiran seperti itu, pasti dunia ini penuh kedamaian. Ga ada perang, hasutan, kebencian, apalagi teroris.

Semoga...

NB: Padahal saya nulis ini sambil berusaha mengontol rasa benci saya, tapi terhadap yang hal lain (karena rasa benci yang saya bahas di atas udah ilang). Karena abis nonton link yang di kasi temen. Nanti akan saya ceritakan di artikel berikutnya.

Minggu, 08 Januari 2012

Song Huong Restaurant

Sekedar info buat mereka yang lagi melancong ke Melbourne. Bagi mereka yang doyan berburu makanan khas setuap daerah, ini dia ada satu restoran yang menyajikan masakan Vietnam, namanya Song Huong. Restoran ini cukup unik dari tempatnya yang terpisah. Maksud saya adalah restoran Song sendiri dan restoran Huong sendiri. Intinya antara restoran Song dan Huong terpisahkan tembok bak restoran saingan. tapi setelah kami sering makan di sana akhinya baru ntadar kalo ternyata dapurnya tuh jadi satu.

Kami dapet info restoran ini dari indung semang kami yang pernah makan di situ. Waktu kami baru menempati rumahnya, kami tanya dimanakah ada chinese restaurant? Sang indung semang langsung merekomendasikan Song Huong ini dan dia bilang dia lebih sering makan yang di Huong karena katanya masakannya lebih enak. Pernyataan inilah yang menyebabkan kami ga menyangka kalo Song Huong ini sebenernya dapurnya jadi satu. Jangan2 indung semang kami pun ga tau sampe sekarang mengenai hal ini. Dan, agak mengherankan memang kalo dapurnya sama kok masakannya bisa beda ya? Hahaha... Sugesti.

Setiap kali dateng ke Song Huong ini saya pribadi merasa seperti sedang berada di Vietnam, teringat lagi masa2 dimana saya dan istri bulan madu ke 3 kota di Vietnam. Sepertinya memang inilah budaya masyarakat Vietnam, duduk2, kumpul2, ngopi, ngrumpi dengan bahasanya yang sama sejali jauh dari kata 'mengerti'. Belum lagi cara mereka bicara yang cepat dan keras suaranya, wah bener bikin pengen mengulang lagi jalan2 ke Vietnam yang apa2 serba murah - karena perekonomiannya memang masih di bawah Indonesia.

Restoran Song Huong ini letaknya di suburb zona 2 Victoria, St. Albans. Dari kota Melbourne untuk bisa sampai ke St. Albans bisa naik kereta jurusan Sydenham/Watergardens yang memakan waktu kira2 35 menit tanpa macet, tanpa bau umbel, ataupun bau ketek kaya di busway Kalideres. Satu hal lagi, kalau mau naik kereta diharapkan jangan pada saat jam orang pergi dan pulang kerja (<9am dan 5-6.30pm) supaya sepanjang jalan ga berdiri karena ga kebagian tempat duduk. Ya walaupun masih ada space untuk berdiri, ga kaya di Indo, orang bisa naik kereta sampe duduk di atas gerbong. Dan lagi, ga perlu khawatir kereta nya tidak datang. Kalo udah ada di jadwal, pasti datang walaupun tetep ada kemungkinan telat.

Ketika anda mulai memasuki area St. Albans, anda akan langsung merasakan suasana Vietnam, walaupun isi penduduknya ga cuma orang Vietnam, tapi mayoritas yang tinggal di St. Albans adalah mereka yang berasal dari Vietnam tadinya. Karenanya St. Albans ini mendapat julukan The Little Saigon. Saigon adalah nama lain dari kota Ho Chi Minh, ibukota Vietnam sekarang sebelum berganti nama menjadi Ho Chi Minh. Dan Ho Chi Minh diambil dari nama seorang pejuang kemerdekaan / demokrasi di Vietnam.

Pada saat pertama kali mampir ke restoran Song Huong ini saya langsung shock dengan banyaknta jumlah menu yang ditawarkan. Ada 161 menu masakan dari sayuran, ayam, babi, sapi, kangguru, bahkan buaya juga. Menu ratusan membuat kami tertarik untuk datang lagi dan mencobai menu yang lain. Walaupun udah ada menu yang melekat di hati seperti Chiken salt and pepper, tapi rasa penasaran untuk mencicipi masakan yang lain seperti menu tiram no. 136 yang disajikan keliatan menggugah lidah untuk memproduksi air liur lebih banyak. Dan Broken Rice (nomornya lupa), saya ga tau menu ini nasi nya diapain. Tapi pas liat meja sebelah pas order sempet nglirik ada 2 telor mata sapi, satu daging yang penyajiannya seperti steak, dan satu lauk olahan berwarna putih, entah tahu atau otak2. Semua ditempatkan dalam satu puring besar.

Oya, saya lupa bilang kalo ukuran 1 porsinya di restoran Song Huong ini cukup besar bahkan bagi saya yang makannya masih lebih banyak dari istri. Malahan ada yang menurut saya isinya banyak banget. Yang jelas istri saya tiap kali makan di sini makanannya ga pernah dihabiskan, pasti sisa. Entah sisanya saya yang bantu habiskan atau bawa pulang, dibungkus. Yang pasti makan di sini kalo porsi makannya kecil, saran saya lebih baik jangan beli terlalu banyak macam supaya ga banyak juga yang tersisa.

Akhir kata, salam kuliner... Nikmati setiap kreasi makanan yang anda ciptakan. Seburuk apapun itu rasanya kata orang, itu tetap lah sebuah seni yang harus anda hargai sebagai penciptanya. Karena seni jadi enak atau ga enaknya masakan yang anda buat bersifat relatif. Berikut ini gambar2 yang sempat saya ambil untuk masakan2 yang pernah kami pesan, dan namanya sudah saya translet menggunakan bahasa saya sendiri supaya bisa lebih dimengerti:

Mi Babi Kuah Sambal Terasi


Bihun Goreng


Crispy Skin Chicken


Nasi Babi Asam Manis

   
Kwetiau Seefood
Chicken Salt and Pepper


Minggu, 01 Januari 2012

Rasa Pahit

Entah kapan bangsa ini bisa berubah. Tahun berganti tahun, waktu terus berlalu. Tapi tanda-tanda perbaikan sama sekali tidak terlihat. Rasa kecewa terus dipupuk oleh pemimpin-pemimpin bangsa ini. Pasti ada suatu hari nanti bangsa ini akan mengalami perpecahan lagi, seperti Timor Leste. Karena hukum tabur-tuai dalam hidup ini terjadi. Bangsa ini akan semakin kecil dan hanya terlihat seperti lepehan air liur di jalan yang besar.

Tahun sudah berganti, sia-sia rasanya kalau menyebutkan harapan-harapan yang diinginkan dari kemajuan bangsa. Seperti membuang energi percuma yang berakhir pada kekecewaan akibat goresan masa lalu yang membuat hati semakin kelu.

Sepertinya memang benar apa yang dikatakan Gus Dus ketika menjabat sebagai presiden bahwa orang-orang yang berdiskusi di dalam gedung DPR/MPR penuh dengan orang-orang yang korupsi, sehingga baik adanya jika lembaga tersebut dibubarkan. Benar juga kata orang-orang tentang pemilu, kita memilih pemimpin bangsa yang terbaik diantara yang terburuk. Kalau sudah menjadi yang paling buruk, kenapa kita harus memilih? Tidakkah lebih baik untuk tidak memilih ketimbang memaksakan diri seolah-olah mengharapkan salah satu dari yang terburuk itu untuk mengatur kita di 5 tahun ke depan? Ibarat membeli jeruk 1 kilo diantara pilihan berton-ton jeruk busuk dan tak berguna lagi. Untuk apa kita memaksa membeli? Kenapa kita tidak mencari toko lain saja yang menjual jeruk lebih baik? Untuk apa kita mempertahankan rasa cinta kita terhadap toko A yang pemiliknya dungu dan tidak pernah mau mendengarkan kritik?

Inilah yang menyebalkannya. Rasa cinta terhadap toko A ini yang menyebabkan kita tetap bertengger di sini dan mau dan rela berkorban demi perbaikan toko A. Rasa cinta ini membuat kita terlihat tolol, tapi rasa cinta ini pula sebenarnya yang membuat kita bisa bersatu. Jika memang pemilik dan karyawan toko memang tidak layak lagi diperhitungkan, kita saja sebagai pelanggan yang lakukan demi rasa cinta kita itu. Demi perbaikan di sana sini, demi kehidupan yang lebih baik. Demi memberikan yang terbaik untuk mereka para pelanggan toko setia lainnya.

Cukup sudah rasanya melihat saudara kita yang tinggal di tanah kaya raya – Irian Barat harus hidup lebih miskin ketimbang yang di pusat sana. Cukupi sudah pengeksploitasian uranium yang dilakukan Freeport dengan judul penggalian emas. Jika memang Malaysia tertarik untuk berperang dengan kita, kenapa tidak diladenin? Dari lagu, tempe, cendol sampai pulau-pulau penuh tambang mau disabotase. Indonesia – negara kaya raya, bukan hanya dari hasil tambangnya saja melainkan pariwisata, seni, budaya, sejarah, dan manusianya yang berbudi luhur, cukup bagi saya untuk membakar semangat dalam hati yang tak tersalurkan untuk mengembalikan keadaan.

Saya yakin Indonesia masih punya banyak putra-putri bangsa yang berkualitas yang mau sampai terengah-engah dan separuh nafas untuk memperjuangkan sesamanya yang bertaburan tidak mampu tidur, makan, dan hidup dengan layak. Karena sepertinya memang lebih baik kita bergerak sendiri daripada mengharapkan mereka yang di atas sana berubah haluan dan menerima kritik/saran kita.

“Ketika seseorang merasa dirinya benar, sudahi berdiskusi dengannya. Diskusi – yang mampu memberikan solusi – akan berubah menjadi debat. Sejak dulu tidak ada yang namanya debat memberikan solusi.”

Tahun Baru di Flinder Street

Malam tahun baru yang super gila baru saja saya dan istri lewati. Capek ati, capek badan. Capek ati soalnya saya udah bela2in langsung meluncur dari tempet kerja ke tempet kami janjian, eh malah ga ketemu. Padahal hanya selisih tembok berjarak kira2 2 meter. Alhasil kami liat kembang api di tempat yang sama tapi spotnya doank yang berbeda. Kami ga bisa ketemuan gara2 manusia yang mendiami sekitar area tempat kami janjoan idah kaya semut, buuuaaannnyyyaaakkk banget, jadi kami pun kesulitan untuk bergerak apalagi berpindah-pindah spot. Capek badan, pasalnya saya dan Kristina sama2 baru pulang kerja. Maksud hati menghibur diri dengan nonton kembang api berdua, eh jadinya malah sendiri2.

Acara Kembang api selesai ga semerta-merta kami langsung bisa ketemu. Ada masalah baru sebelum kami bisa saling ketemu. Semua penonton yang tadinya bwrtaburan di jalan kaya semut itu mendadak kompak masuk ke stasiun Flinder street dimana kami nonton kembang api bareng yang hanya terpisahkan jarak 2 meter. Kalo sinyal hp bisa aktif waktu itu, untuk bisa saling ketemu adalah perkara mudah. Sialnya sinyal hp pun tulisannya "Searching..." melulu.

(Gambar diambil dari depan stasiun Fllinder Street)

Alhasil kami baru bisa ketemu setelah 1 jam 15 menit dan untuk memgobati kecewa hati kami karena ga bisa liat kembang api bareng, kami berfoto-foto dulu di spot yang tadinya penuh sesak dengan manusia. Ya lomayan lah daripada loe manyun. Dengan berdiri di tengah jalan berlatar belakang stasiun tertua di melbourne, Flinder Street Station.

Sekian berita ini saya kabarkan langsung setelah saya sampai rumah dan menjelang tidur (4.20 am). Menceritakannya langsung supaya masih anget beritanya. Kalo anget kan bacanya juga enak. Kalo enak pasti nambah. Kalo nambah berarti doyan. Kalo doyan besok pasti berkunjung lagi. Kalo berkunjung lagi lama2 jadi langganan, ya kan? ( ngomongin apa sih ini).

Sekali lagi Selamat Tahun Baru 2012. Semoga tahun ini kita bisa menemukan jati diri kita dan mengejarnya sampe ke ujung bumi sekalipun supaya hidup ini terasa indah dan penuh warna dan kita bisa menikmati hidup yang cuma "numpang lewat" ini. Selamat berkarya. Menabur lah lebih banyak supaya besar kemungkinanmu mendapatkan tuaian yang berkualitas... Happy New Year 2012!