About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.
Tampilkan postingan dengan label Victoria. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Victoria. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 Oktober 2016

Melton Freeway di Musim Semi

Sudah satu minggu berlalu dari sejak daylight saving diberlakukan dalam rangka memasuki musim panas. Daylight saving yang biasanya di berlakukan di bulan ke dua musim semi dan gugur memang punya daya tarik sendiri dalam dunia flora. Dari masing-masing musim saja sudah membawa cuaca yang berbeda, otomatis berdampak pada pohon/dedaunan yang tumbuh di masa itu.

Di bulan ke dua musim semi kali ini, saya menyempatkan diri untuk turun dari mobil hanya sekedar mengambil foto bunga-bunga liar di pinggir jalan yang tumbuh serempak hanya dari menyebarkan serbuk sarinya yang sudah barang tentu dibantu oleh tuan angin yang kencang. Sampai artikel ini ditulis, wilayah barat Melbourne sedang dilanda angin kencang berkecepatan 100 km/jam. Saya aja yang beratnya 80 kilo ditiup langsung goyang, bias dibayangkan kalo sekedar serbuk sari yang bak debu ringannya.

Cukup menarik bagi mereka yang tidak mau turun atau menyempatkan diri untuk berhenti menikmati sesaat bunga-bunga di jalanan yang indah. Karena kecepatan 100 km/jam, cukup dimaklumi jika anda malas untuk berhenti dan menikmati keindahan bunga-bunga tersebut sekedar lalu sambil di dalam mobil. Selain anda tak kehilangan waktu, anda pun ga bosan di perjalanan.

Namun bagi saya yang suka foto-foto (bukan fotografer lho), ada kepuasan tersendiri ketika saya bisa mengabadikan hamparan warna yang mampu membengkokkan leher dan mengalihkan perhatian selama fokus menyetir. Karena momen ini hanya akan terulang tahun depan, itu pun kalo lahan nya masih ada. Kalo pemerintah punya rencana pembangunan yang sebagian besar dari kita ga tau apa yang akan terjadi, mungkin ada baiknya hamparan warna tersebut diabadikan.

Posisinya tepatnya berada di Western Freeway setelah melewati Christies Rd. Atau kalau anda datang dari Ballarat Rd. letaknya tepat di samping jalan ketika jalur anda merger. Ga tau nama bunganya apa tapi melihat warnanya yang biru keunguan saya pikir awalnya adalah Lavender. Bodoh memang saya, kalo Lavender di pinggir jalan udah pasti ludes dipungut orang. Tapi ternyata ini hanya bunga rumput yang warna nya memang bikin beda di jalanan. Secara pinggir jalan sekarang lagi banyak semak-semak yang warnanya seperti rumput kering, tiba-tiba ada warna biru-ungu memang agak menyilaukan mata.

Karena rumah saya masih lanjut lagi dari tempat tadi, jadi mau ga mau saya bisa liat jenis bunga yang lainnya di titik berikutnya. Lokasinya kali ini ada di setelah Tab Corp, tempat pacuan kuda, sebelum exit Melton. Bunga kuning dan orange kali ini lebih jelas lagi terlihat karena berada di kanan dan kiri jalan. Kalo kendara pada waktu itu ramai, saran saya sebaiknya jangan celingak celinguk kalo ga mau nabrak atau mobil anda pindah jalur tanpa anda sadari. Karena di area ini kecepatannya 110 km/jam. Ga main-main, 110 km/jam adalah sangat cepat, kalo sampai anda di tabrak atau nabrak dengan kecepatan segitu, bukan rumah sakit lagi yang anda kunjung, melainkan kuburan.

Bunga rumput kali ini tekstur dan bentuknya berbeda dengan yang sebelumnya. Bunganya lebih mirip bunga matahari, namun paling besar hanya sebesar kepalan tangan. Warnanya pun lebih ke orange muda dan orange tua. Kalaupun ada yang berwarna kuning, di tengah-tengah dari tiap helai kelopak terdapat warna yang terlihat lebih tua.


Sama halnya seperti hidup, jika kita cukup peka, perjalanan hidup ini sebenarnya cukup menarik di tengah kekacauan (semak-semak) yang sebagian besar kita alami. Cobalah untuk menemukan bunga-bunga liar yang menghiasi semak-semak yang anda lewati, supaya kita bisa lebih memaknai hidup ini dengan kepala dingin dan tidak terus menerus berkeluh kesah atas “semak-semak” yang kita alami. Atau jika anda terjebak dengan rutinitas, mungkin ada baiknya berhenti sejenak untuk sekedar memandang bunga liar di jalanan anda yang mungkin tak akan pernah anda lihat lagi dalam hidup. 

Jumat, 06 Desember 2013

Mount Macedon

Buat pendatang seperti saya di Ausi pasti ga akan sempat tau ada tempat wisata alam yang menarik di daerah barat Melbourne City. Bahkan orang2 lokalnya sekalipun saya ga yakin mereka tau karena tempatnya gratis dan kurang promosi. Saya pecinta gunung dan udara dingin dan Mt Macedon menjawab keinginan saya. Hanya saja untuk menikmati pemandangan awan harus diwaktu terik  jadi ga ada dingin-dinginan deh.

Ada banyak desa yang masuk dalam area Gunung Macedon ini dan kami secara random memilih Hanging Rock yang terletak diantara 2 desa yakni Newham dan Hesket. Di sini kami menemukan ada batu2 besar yang tumpang tindih akibat dari letusan magma gunung berapi. Katanya sih kejadiannya udah 6 juta tahun yang lalu jadi batu2 ini bisa jadi adalah saksi mata kehidupan dinosaurus.

Berlanjut ke Memorial Cross, spot berbeda dari Hanging Rock. Kira2 cuma 15 menit naik mobil dari Hanging Rock. Di tengah perjalanan ada banyak sapi2 yang berkeliaran sambil makan rumput dan tentunya hamparan hijau rumput dan gunung menghiasi jendela kaca mobil. Stres pun langsung hilang apalagi waktu hirup udara bersihnya, wuih... seger banget. Kagak bisa didapet di Jakarta ini mah. Tapi buat beberapa orang memang lebih memilih Mall ketimbang wisata alam. Jadi buat mereka pecinta Mall saya yakin artikel ini sih ga menarik.


Memorial Cross ini tempatnya ga ada yang istimewa, hanya saja pernah terjadi kebakaran hutan di sini dan menewaskan seorang pengunjung. Di Memorial Cross ini terdapat tugu salib besar yang menghadap ke lembah. Tugu salib ini didirikan oleh William Cameron tahun 1935 untuk mengenang anaknya yang meninggal di perang dunia pertama.

Ada yang menarik di tempat ini yang hanya memiliki satu jalan menuju salib besar. Waktu baru masuk dari gerbangnya, tempat ini hanya pohon2an tak terawat dan semak2nya pun cukup tinggi menghiasi pinggiran jalan setapak yang kami lewati. Seperti di hutan, terasa gersang dan panas. Tapi ketika masuk terus mendekati salib besarnya, ada banyak bunga berwana warni dan tanamanannya pun nampak terawat, terasa sejuk dan tenang.

Perjalanan kali ini sampe di sini dulu. Besok2 rencananya kami mau ke desa yang lain masih di seputar Gunung Macedon ini. Katanya sih ada spot kalo kita me-netral-kan mobil kita, ga lama setelah itu mobil kita bisa jalan sendiri dan nanjak ke atas. Bukan magic bukan sihir, ini udah barang tentu kerjaannya magnet bumi. Kan ada gunung berapi di sekitar situ. Ditambah lagi katanya sih posisinya pas diantara lempeng bumi. Jujur, ga ngerti saya soal ginian...







 

Sabtu, 23 November 2013

Pekerjaan Ketujuh

Tak lain dan tak bukan, alasan saya untuk mendapatkan pekerjaan ketimbang ngendon di rumah adalah uang. Waktu Eog anak saya sudah berumur 6 bulan dan kami merencanakan mertua saya untuk didatangkan ke Melbourne untuk ngurusin Eog, sejak itu saya mulai berpikir pengurusan Eog akan semakin mudah dan saya sendiri akan semakin banyak waktu luang. Selain berencana menghabiskan nya untuk hobi saya pun mulai ngelamar kerjaan casual part time sebagai waiter.

Kalo ada yang inget dengan postingan saya, dulu kami sempet punya kenalan di Melbourne ini selama setahun, namanya Reza. Kebetulan dia dulu waiter di Chilipadi cabang Watergarden. Tiap saban hari dia selalu punya cerita yang menarik dari tempat kerjanya. Dari sistem restorannya yang tertata cukup apik ditambah sang manager yang menurut Reza adalah tipe ideal dan sangat profesional. Nah di restoran yang sama inilah saya bekerja sekarang, Chilipadi Watergarden, Malaysian restaurant.

Kemampuan sang manager ketika dealing dengan customer yang komplen sangat memicu saya untuk mau tau dan belajar dari orangnya langsung. Ha3... ini dia kekuatan edifikasi, pengalaman dulu waktu jalanin MLM, kalo kita sering promosiin sesuatu terus2an, lama2 orang pasti tertarik (setidaknya jadi pengen ngebuktiin apa bener omongan nya tersebut).

Singkat cerita saya kasi CV saya langsung ke restonya dengan menyambanginya dan hanya perlu nunggu 1 minggu ditelpon untuk interview. Intinya saya diterima kerja dan ini adalah untuk kali pertamanya saya kerja jadi waiter. Biasanya kalo kerja di resto saya selalu jadi tukang cuci piring padahal apply nya waiter.

Setelah beberapa hari kerja saya baru sadar ternyata yang interveiw saya adalah pengganti sang manager yang diceritai Reza. Yang artinya si Manager udah ga bekerja di situ lagi. Aduh, sayang banget ga sempet belajar deh. Tapi mari dilihat dulu sang pengganti ini, apa yang bisa saya pelajari dari dia.

Singkat cerita kesimpulan saya tentang si pengganti manager (PM) ini adalah negatif. Dia hanyalah seorang yang beruntung di tengah banyaknya staff yang disponsorin oleh Chilipadi dan menjadi leader untuk semua waiter/waitress. Hanya butuh waktu 6 bulan bagi dia untuk dijadikan atasan semua waiter/waitress Chilipadi Watergarden. PM sangat kurang pengalaman menurut saya. Yang membedakan saya dengan dia adalah dia tau semua menu Chilipadi baik makanan maupun minuman. Tapi dari segi profesionalisme dan leadership saya merasa lebih unggul dari dia (sombong, uh!)

Saya menyadari perbedaan kami setelah 1 bulan kerja karenanya performance saya langsung merosot setelah itu dan PM semakin mempresure saya setelah dia tau saya menyukai pekerjaan waiter ini walaupun ini hanya pekerjaan sampingan. Dia tau saya mengerjakan setiap tugas yang dikasi dari dia dengan serius dan cepat. Dia pun sadar bahkan pernah bilang sendiri bahwa cara saya kerja keliatan berbeda, ga seperti mereka2 yang tujuannya cuma duit. Tapi pas saya minta naik gaji dia ga bisa mengabulkannya karena menurut dia saya belum sempurna, artinya masih ada cacat walaupun intensitasnya sangat kecil. Ini adalah syarat yang konyol menurut saya karena ga ada manusia yang sempurna.

Menurut pengalaman saya sehebat2nya, sejago2nya orang kerja, bahkan walaupun dia udah bertahun2 ngerjain kerjaan yang sama, saya yakin dia pasti ngelakuin kesalahan juga. Ga usah si PM ini, bahkan head chef nya aja pernah salah bikin makanan. Yang diorder sama yang dibikin beda. Apalagi si PM ini yang masih anak bawang. Udah gitu dia nuntut saya untuk sempurna tapi gajinya sama seperti staff yang baru masuk, kan konyol banget, nget, nget...

PM juga melakukan bullying menurut saya karena dia selalu memaksa saya bekerja tanpa menanyakan kesanggupan saya. PM juga melarang saya untuk ngemil atau makan apapun di jam kerja tapi PM dan istrinya (waitress juga) melakukan kebalikan yang dia suruh ke saya. PM, istrinya, dan beberapa staff lain yang bisa berbahasa Hindi, seringkali berkomunikasi dengan bahasa Hindi tanpa memperdulikan orang di sekitar mereka. PM yang lulusan Hospitality di Melbourne harusnya mengerti bahwa ini sikap yang tidak profesional. Saya sempat komplain tentang keharusan untuk berbahasa inggris selama jam kerja tapi hanya di 'iya' kan tanpa ada perubahan sedikit pun.

Intinya, di sini saya belajar untuk rendah hati walaupun atasan saya lebih 'kecil' dari saya. Saya pun belajar untuk menghargai perbedaan disaat saya mendengar nama saya disebut ketika mereka ngobrol pake bahasa Hindi. Jujur aja, sangat sulit untuk melakukannya tapi saya yakin ketika saya ada di posisi puncak saya harus memiliki karakter itu. Karenanya saya harus bertahan karena saya yakin betul suatu hari nanti saya akan memimpin ratusan orang dengan karakter dan pengalaman yang saya miliki. Kalo saya belum memiliki karakter pemimpin yang baik, berjiwa besar, pantang menyerah alias belum layak menginjakkan kaki di posisi puncak itu, bagaimana mungkin ada sekelompok orang yang mau saya pimpin. Alam semesta (baca:Tuhan) pun ga akan kasi kesemoatan itu karena DIA tau saya ga akan bisa menaggung bebannya.

Jadi saya cuma percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya baik itu masalah keluarga, keuangan, maupun kerjaan, semuanya baik adanya untuk men-training saya menjadi manusia berkualitas. Karena itu sudah terjadi dalam hidup saya, melihat pencapaian2 hidup yang sudah saya gapai sampai di titik ini.

Sangat sulit untuk menjadi 'besar', tapi bukan berarti tidak mungkin...

Selasa, 24 September 2013

Melbourne Aquarium

Kali ini saya mau nge-review jalan2 ke suatu tempat yang udah lama mau dijambangin tapi selalu ga jadi  karena tiketnya yang mahal (menurut standar saya yang pelit ngirit). Dan kali ini berhubung Eog ulang tahun ke-1 sepertinya jadi ada momen khusus untuk untuk ngerayainnya dan kami memutuskan untuk ke situ. Nama tempatnya adalah Melbourne Sea Life Aquarium, atau orang2 Melbourne biasa menyebutnya cukup Melbourne Aquarium. Letaknya ada di ujung jalan antara Flinder Street dan King Street. 

Dari namanya udah barang tentu tempet ini seputar-putar ikan, laut dan lainnya. Kalo di Jakarta kita punya Sea World tapi saya belom pernah ke sana sama sekali jadi ga tau mana yang lebih bagus. Dan kalo dibandingkan dengan Melbourne Zoo, tempat ini termasuknya mahal karena selain harganya yang lebih tinggi dari Melbourne Zoo, tempatnya pun lebih kecil. Dulu waktu pertama kali ke Melbourne Zoo, saya dan Kristina ga sempet ngeliat semua binatangnya tau2 udah sore dan mau tutup. Tapi Melbourne Aquarium ini, kami sampe muterin 2x aja masih ada sisa 1 jam lagi menjelang tempetnya tutup.

Harga tiket masuknya sebesar $38 per orang dewasa. Untuk anak2 saya ga tau berapa tapi mereka yang dibawah 4 tahun terhitung gratis. Selain melihat2 ikan, bintang laut dan sejenisnya, ada beberapa acara yang bisa kita ikuti seperti presentasi dari petugasnya yang sangat informatif tentang hewan2 laut pada masing2 spot.

Misalnya saja di tempat bintang laut sebagai spot pertama yang dapat kita jambangi ketika pertama kali masuk. Kita diajarkan cara yang benar untuk meraba bintang laut, yakni jangan diangkat melewati batas air karena bintang laut tak bisa hidup sekejap saja tanpa air. Atau di tempet lainnya di aquarium paling besar dimana terdapat ikan hiu nya di sana. Pada jam tertentu ada petugas yang bertugas menjelaskan seperti apa tindak tandauk ikan predator ini.

Di spot2 berikutnya setelah bintang laut, ada banyak ikan2 yang saya belom pernah liat. Tentunya yang bikin menarik dari ikan air laut adalah warna warni dari ikan tersebut dan bentuknya yang lucu2. Ada banyak sekali ikan2 unik selain dari ikan badut yang terkenal sebagai “Nemo”. Ini dia yang dinamakan kekuatan brand marketing ketika semua orang memanggilnya bukan lagi Clown Fish tapi Nemo. Sama seperti Odol, Indomie, Chiki yang harusnya namanya pasta gigi, mi instan, dan camilan.

Di spot aquarium yang terdapat ikan hiunya ada satu pajangan sebuah kaca transparan dengan ketebalan kurang lebih 1½ jengkal tangan saya. Kaca tersebut mau menjelaskan bahwa setebal itulah kaca aquarium yang ada di sekitar kami waktu itu. Dengan ketebalan tersebut mempengaruhi daya visual kita dimana ukuran ikan atau hewan2 lainnya yang berada di aquarium tersebut lebih kecil 1/3 kali dibanding ukuran aslinya. Jadi bisa kebayang deh waktu itu ngeliat ikan hiu yang gedenya segede orang. Atau ikan pari yang lebarnya seawang-awang.

Dari semua ikan2 ini kalo ditanya nama ikannya apa aja? Sejujurnya saya melewati bagian itu karena percuma saja mengingatnya karena nanti pasti lupa juga. saya tipe orang visual dimana lebih mudah mengingat bentuk, warna, dan situasi daripada harus mengingat nama yang bagi saya harus menguras kalori 3x lipat untuk memompa nutrisi ke otak supaya ingat yang akhirnya pasti lupa juga. Kalo nonton film aja saya lebih inget jalan ceritanya ketimbang judul film, nama peran, atau nama artisnya.

Ada beberapa ikan yang cukup unik menurut saya. Saya lupa nama ikannya tapi ikan ini pernah saya liat waktu saya jalan2 ke Pontianak beberapa bulan lalu. Ikan ini bisa jalan ke darat dengan menggunakan siripnya sebagai kaki untuk mendaki ke darat. Uniknya mereka bisa bernafas dan berdiam cukup lama di darat padahal mereka ini hewan laut. Ada juga ikan yang memiliki wajah seperti orang. Ya, menurut saya sih seperti orang ya karena saya ngerasanya kaya pernah liat orang yang mukanya kaya gitu, hehehe...

Udah pernah liat belom ikan yang berenangnya berdiri tegak lurus? Saya aja baru sadar kalo ikan ini ternyata unik. Di liat sekilas waktu itu mah biasa aja, tapi pas liat2 fotonya lagi, lho, kok ini ikan apaan? Baru tau saya kalo ada ikan yang berengnya tegak lurus, mencuat-cuat ke atas.

Di akhir kunjungan hewan terakhir yang kami lihat adalah Pinguin. Lucunya saya baru tahu kalo Pinguin itu ternyata bertelor waktu saya liat ada yang lagi ngeremin telornya. Dan saya baru sadar kalo Pinguin itu kan termasuknya spesies burung bukan ikan. Lucunya lagi saya baru tau juga nih, ternyata yang ngeremin telornya itu adalah pinguin jantan sementara yang betina bertugas bertelor dan mencari makan.

Dari semua kunjungan tempat favorit saya adalah spot kuda laut. Hewan unik ini memang ga ada abisnya deh. Ternyata bentuknya ga Cuma yang normal2 itu aja yang sering ada di tipi dan film2 kartun. Ternyata kuda laut ada yang versinya mirip batang pohon dan rumput laut. Uniknya hewan ini adalah si jantan lah yang mengandung dan melahirkan anak2nya dalam jumlah puluhan dalam sekali melahirkan.

Sekian cerita jalan2 kali ini. Dari penilaian saya tempet ini cukup bagus dan informatif buat anak2 dan orang tua seperti saya yang kurang informasi perihal hewan.





Selasa, 20 Agustus 2013

SIM Australia

Pic from here
Buat orang Indo seperti saya yang biasa tinggal di Indo dengan mudahnya untuk urusan SIM bisa didapat dengan cepat, ga sampe Rp 1 juta SIM udah keluar dan polisi ga ambil pusing kita bisa nyetir apa nggak yang penting uang udah masuk ke kantong mereka. Lain negara lain pula aturan yang diterapkan di lapangan. Sebenernya peraturan Indo dan Ausi ga jauh beda lah, rambu lalu lintas nya pun sama, hanya saja pemerintah nya aja yang ga mau ngikutin aturan sehingga menciptakan rakyat seperti saya ini yang giliran ketemu aturan malah jadi frustasi waktu mengajukan SIM Ausi. Sistem dan budayanya memaksa manusia2 yang tinggal di benua ini untuk tunduk pada peraturan dan sogok menyogok bukanlah sebuah kebiasaan di sini. Karena bukan kebiasaan otomatis yang melakukan pun sedikit, jadi kalo ketawan ada petugas yang menerima sogokan, dijamin, kerjaannya ga aman lagi, seumur hidup pun akan susah cari kerja karena namanya udah tercoreng.

Untuk bisa nyetir mobil di Ausi, kita harus mempunyai SIM yang layak. Ada beberapa tahap yang harus dilewati bagi mereka yang belum punya SIM Ausi. Tahap pertama adalah Learner (Pemula), dimana si calon pengemudi diharuskan lulus tes dengan menjawab pertanyaan2 yang diajukan di komputer Victoria Road (Instansi yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan lalu lintas di negara bagian Victoria), kalo di Indo mungkin namanya Ditlantas, tapi Ditlantas ga ngurus pembuatan SIM. Lalu polisi di sini kerjanya ngapain? Di sini polisi urusannya berkaitan dengan kriminal dan pelanggar aturan, misal razia SIM dan kadar alkohol pengemudi, atau bikin SKCK tanpa dipungut bayaran.

Ngomongin bikin SKCK, dulu saya sempet lagi ngantri mo bikin SKCK. 2 Orang di depan saya yang sedang dilayani meyakinkan saya kalo dia orang Indo karena dari aksen bahasa Inggrisnya dan passpor nya yang berwarna hijau bergambar garuda. Bikin SKCK harus bawa passport karena polisi akan cek nama kita di sistem pemerintahan nya apakah orang ini berkaitan dengan kriminal atau nggak, contohnya visanya udah kadaluarsa, alias ilegal. Setelah dilayani dan membereskan berkas2nya, pria tersebut terlibat komunikasi dengan sang polisi:
Pria        : Berapa semuanya?
Polisi      : Berapa? Maksudnya?
Pria        : Ini semua, stempel, dsb...
Polisi      : Ga perlu, gratis.
Pria        : Gratis??? (keheranan)

Hahahaha, ga usah si mas itu, saya aja waktu pertama kali heran di sini banyak nemu hal2 yang gratis yang kalo di Indo malah di suruh bayar. Contoh aja masuk Royal Botanical Garden yang suasananya kira2 kaya Kebun Raya Bogor tapi versi 2-3x lebih bagus, gratis.

Ok, balik lagi ke cerita tentang SIM. Jadi sejak Oktober 2012 saya sudah berhasil mendapatkan SIM L untuk pemula hanya dalam sekali tes dengan membayar $50 (kalo ga salah). Nilai saya waktu itu 84% dimana syarat minimum kelulusan adalah 75%. Tiap hari saya latihan dari link yang udah disediakan oleh VicRoad di sini: http://webapps.vicroads.vic.gov.au/vrne/vrlpq.nsf/start?OpenForm dimana pertanyaan yang keluar di waktu ujian 95% persis. Jadi lebih efektif belajar dengan menjawab pertanyaan dari pada belajar dari buku manual yang dijual oleh VicRoad atau bisa download dari internet. Inti dari tes ini adalah kita para kontestan SIM L diajak untuk belajar rambu2 dan peraturan lalu lintas Australia. 98% peraturannya sama kaya di Indo, hanya saja karena orang Indo ga biasa mentaati rambu2 jadi seringnya ga tau maksud/arti dari rambu yang bersangkutan.

Menurut peraturannya dengan SIM L tersebut kita diharapkan belajar praktek menyetir mobil sambil memanfaatkan pengetahuan tentang rambu2 dan peraturan2 lalu lintas yang sudah kita ketahui setidaknya 3 bulan. Dengan SIM L tersebut kita dilarang menyetir mobil sendirian. Harus ada yang mendampingi kita pada saat pemegang SIM L berada di belakang kemudi. Siapakah yang layak mendampingi pengemudi SIM L? Mereka yang memiliki SIM Full (akan saya jelaskan SIM Full di belakang).

Setelah mendapatkan SIM L saya memutuskan untuk membeli mobil sekalian untuk latihan sendiri, belanja, bawa Eog, anak saya, ke Klinik untuk imunisasi, serta urusan2 lainnya. Lho, tadi bilangnya kalo yang memegang SIM L harus didampingi oleh pemegang SIM Full sementara saya yang mendampingi adalah istri kadang malah sendirian. Istri saya ga bisa nyetir yang artinya SIM pun tak ada. Kalo ketemu polisi udah barang tentulah saya akan ditilang denger2 sekitar $200 dan saya ga bisa bikin SIM P selama setahun kedepan. 28 tahun tinggal di Indo sulit sekali menghilangkan budaya melanggar peraturan. Rasanya kalo ga melanggar aturan itu kok ga mirip orang orang Indo, kurang “Nasionalis” rasanya, hehehe (ngeles aja lu ter!).

3 Bulan berlalu dengan belajar nyetir sendiri meyakinkan saya untuk mendaftarkan diri untuk tes SIM P. P yang merupakan singkatan dari Probationary yang artinya kurang lebih “masa percobaan”, memiliki 2 macam warna P Hijau dan P Merah. P Hijau diperuntukan bagi mereka yang berumur lebih dari 25 tahun sementara P Merah diperuntukan bagi mereka yang berumur 25 tahun atau lebih muda. Mereka pemegang P Merah harus melewati 120 jam menyetir tanpa melakukan pelanggaran setelah itu barulah mereka bisa mendapatkan P Hijau yang harus dipegang selama 3 tahun tanpa melakukan pelanggaran. Jika melakukan pelanggaran dan terkena tilang, maka “masa percobaan” nya akan semakin lama. Kenapa P Merah harus melewati 120 jam menyetir terlebih dahulu? Ini ada kaitannya dengan budaya. Di Australia budaya minum alkohol dan mabuk sudah menjadi hal biasa. Walaupun budaya, tapi pemerintah tetap mengutamakan keselamatan sehingga mereka yang memiliki kadar alkohol dilarang untuk dibelakang kemudi. Kecenderungan mereka yang melanggar aturan alkohol adalah mereka yang berumur 25 tahun ke bawah, karenanya 120 jam tersebut harus dilewati terlebih dahulu untuk mendapatkan P Hijau. Selama memegang SIM P, baik P Hijau maupun P Merah, si pengemudi wajib menempelkan stiker/plat pada mobil nya bertuliskan “P” pada plat berwarna hijau (untuk P Hijau) atau merah (untuk P Merah).

Setelah 3 tahun memegang P Hijau, barulah SIM Full (Full Lisence) bisa didapatkan. SIM Full inilah yang saya maksudkan sebelumnya yakni pengemudi yang diperbolehkan untuk mendampingi mereka yang baru belajar menyetir. Lalu apakah dengan SIM Full ini anda serta merta bebas dari pengawasan? Tentu saja tidak. Pemegang SIM Full bisa mendapatkan penalti dengan penarikan SIM apabila melakukan pelanggaran yang dinilai terlalu berat, salah satunya adalah mengemudi setelah menenggak minuman keras. Ancaman tidak boleh menyetir (karena SIM telah dicabut) adalah ancaman yang sangat memberatkan karena Australia bukanlah negara yang padat penduduk sehingga banyak daerah2 yang berpenghuni atau tempat bekerja yang belum terjamah oleh transportasi umum.

Bisa dibayangkan jika Indonesia menjiplak sistem ini dalam hal untuk mendapatkan SIM, dijamin penataan lalu lintas lebih teratur, pengemudi pun jauh lebih tertib. Karena sulitnya untuk mendapatkan SIM Full ditambah lagi waktu yang cukup panjang (3 tahun) untuk membuat para pemegang SIM P memiliki kebiasaan mentaati peraturan. Bisa dibayangkan efek jangka panjangnya, terutama bagi kota besar seperti Jakarta, sistem ini akan amat sangat berperan besar menjadikan Jakarta kota yang tertib. Tapi apakah semudah itu diterapkan? Hmmm, tentu saja tidak. Sistem ini harus didukung oleh pihak2 yang mau bekerjasama untuk bersikap jujur dan jauh dari korupsi terutama instansi kepolisian sebagai badan yang menerbitkan SIM.

Dan satu hal lagi, warga Australia tidak mempunya KTP, mereka menggukan SIM sebagai kartu identitas mereka. Alamat yang tertera di SIM harus benar karena jika tidak SIM tersebut akan dicabut. Jadi kalo Indonesia menduplikasi sistem ini,  2 aspek langsung terselesaikan. Data kependudukan dan tata tertib lalu lintas. Ada baiknya sistem ini diterapkan di kota kecil terlebih dahulu, setelah itu barulah kota2 di sekitarnya menduplikasi. Lambat laun, pastilah Indonesia memiliki penduduk yang bermoral dan beretika, terutama ketika menyetir.


Harapan tinggal harapan, jika kita hanya bisa berharap dan tidak melakukan tindakan...

Kamis, 03 Januari 2013

Bekerja di Perkebunan Australia

Mengawali tahun 2013 ini, saya ingin mempostingkan suatu informasi bagi teman2 pembaca yang merencanakan bekerja di perkebunan Australia. Karena banyak sekali pengunjung blog ini yang menanyakan informasi tersebut, maka saya sengaja membagikan pengalaman saya dulu waktu kerja di perkebunan anggur Lilydale, Victoria.

Sebagian pengalaman bisa anda lihat di My Jobs at Australia. Di sini saya hanya men-sharing-kan mengapa saya tidak merekomendasikan pekerjaan ini bagi anda yang datang ke Australia secara legal. Kecuali kalau anda memang menyukai pekerjaannya. Dan postingan ini sangat subjektif, artinya semua pendapat yang saya kemukakan di sini adalah menurut saya pribadi. Jadi besar kemungkinan opini saya tidak mewakili pendapat orang2 mayoritas. Jadi harap jangan diterima secara harafia, tapi coba ditela'ah dulu dan gunakan akal sehat sebelum anda memutuskan untuk mengambil pekerjaan ini.

Kenapa pekerjaan ini tidak saya rekomendasikan? Karena buat orang seperti saya yang dari kecil ga biasa berkebun dan dulunya biasa kerja di dalam ruangan tiba2 harus bekerja di bawah terik matahari dan ga bisa minum semaunya, itu sangat menyiksa sekali. Benar2 tersiksa dan ga punya energi untuk bekerja karena rasa haus yang tak tertahankan, badan yang pegal2, dan kulit yang sudah baret2 akibat terkena ranting2 tajam. Sekalipun anda udah mempersiapkan dengan membawa minum dari rumah ke perkebunan tersebut tetap aja waktu anda masuk ke kebun yang luasnya hektaran itu minuman anda ditinggal di mobil jemputan. Anda berencana membawa minum sepanjang anda memetik buah? Monggo wae. Tapi siap2 aja kontraktor nya marah gara2 kalian lambat. Karena pergerakan anda pastinya terganggu dengan botol minum yang anda bawa.

Oya, siapa kontraktor itu? Kalo di Ausi biasanya disebut kontraktor, orang2 yang kerjaannya nyari orang buat kerja di perkebunan. Para kontraktor ini biasanya udah dikenal sama pemilik perkebunan jadi kalo si pemilik kebun mau panen, mereka tinggal telpon no HP beberapa kontraktor yang dia kenal dan menyebutkan berapa tenaga kerja yang mereka butuhkan. Seorang kontraktor biasanya dikenal lebih dari 1 pemilik kebun. Makin banyak dia dikenal pemilik kebun, makin menguntungkan buat dia karena kalo cuman kenal 1 pemilik kebun, sekali ada objekan disuruh panen, selesai deh, abis itu musti nunggu tahun depan lagi baru panen. Artinya pemasukannya setahun cuma sekali. Karenanya kontraktor yang bagus harus kenal lebih dari 1 pemilik kebun apalagi kalo kenal pemilik kebun yang panen buah/sayurnya ga barengan, jadi bisa ada pemasukan terus tiap harinya. Para kontraktor ini biasanya didominasi oleh orang2 Asia seperti Vietnam dan Kamboja. Kalo di Indo orang yang kerjanya nyari orang buat tenaga kerja biasanya disebut agen.

Perlu diketahui bahwa memetik buah bukan sekedar petik sambil menikmati keindahan alam yang masih asri atau menghirup udara yang bersih melainkan anda akan mendapatkan tekanan untuk bekerja cepat karena mereka membayar anda per jam. Jadi tiap detik yang terbuang amat sangat berharga. Mungkin ada diantara anda udah terbiasa berkebun atau bajak sawah milik kalian sendiri. Bekerja untuk diri sendiri sangat berbeda tekanannya dibanding kerja sama orang. Jadi sekali lagi coba pikirkan dengan akal sehat dan logika. Matangkan rencana kalian jika berniat bekerja di perkebunan. Yang saya tau kontraktor biasanya dibayar $19/jam/tenaga kerja oleh pemilik kebun. Sementara kontraktor bayar ke tenaga kerjanya cuma $11/jam. Artinya kalo kontraktor bawa tenaga kerja 20 orang, dia udah untung $160 per jam nya ($8/jam x 20 orang). Padahal mereka kerjanya cuma nyuruh2 doank dan neken para tenaga kerja. Sialnya lagi karena mereka mayoritas orang Vietnam dan Kamboja, kita yang non Vietnam/Kamboja ada kemungkinan diperlakukan tidak adil. Karena kita ga ngerti bahasa mereka jadinya kita mungkin saja miss some information.

Hal lain yang perlu saya bagikan di sini adalah perihal usaha para agen Indonesia dalam menggaet calon tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di perkebunan Australia. Memanfaatkan situasi Indonesia yang sedang terpuruk dan selisih kurs yang cukup signifikan mempermudah rencana para agen untuk meraup Rupiah dengan memanfaatkan orang2 yang kurang informasi dan nekat. Memang betul gaji anda dalam bentuk dolar nantinya. Tapi visa apa yang nantinya anda gunakan untuk bekerja di Ausi? Mereka para calon tenaga kerja terlalu cepat dibutakan oleh dolar yang ingin mereka dapatkan segera tanpa memperdulikan efek jangka panjangnya.

Jika anda ditawarkan oleh agen untuk bekerja di perkebunan, besar kemungkinannya itu bukan visa kerja melainkan visa turis. Karena visa kerja Australia sistemnya adalah sponsorship alias harus ada sebuah perusahaan/instansi/perorangan yang siap memperkerjakan anda di Ausi. Sementara perusahaan agensi atau seorang agent tidak bisa menjamin tenaga kerja yang dikirim pasti dapet kerja karena mereka pun tergantung pada para pemilik kebun. Jika tidak ada objekan ya otomatis ga ada kerjaan. Artinya tidak ada jaminan si calon tenaga kerja pasti dapet kerjaan walaupun mungkin saja yang terjadi di lapangan adalah pekerjaan selalu ada. Di depan calon tenaga kerja para agen pasti akan berusaha meyakinkan para calon walaupun mungkin harus berbohong. Mereka menjanjikan akan begini akan begitu, tapi anda sebagai calon tenaga kerja cobalah untuk kritis dan menanyakan bukti2 mengenai janji2 yang ditawarkan agen.

Biasanya agen seperti ini memberangkatkan calon tenaga kerja menggunakan visa turis yang masa berlakunya hanya 3 bulan. Dimana anda diwajibkan untuk membayar biayanya dimuka sebesar kira2 Rp 20jt yang terdiri dari Rp 3jt sebagai biaya visa dan Rp 17jt sebagai jasa agent. Selanjutnya anda masih diminta untuk melunaskan sisa jasa agent yang akan dipotong tiap bulan dari penghasilan anda yang besarnya kira2 Rp 5jt selama 12 bulan . Nah, ini dia yang membuat situasi anda sulit. Visa anda hanya 3 bulan sementara anda masih harus membayar agent sampai 12x ke depannya. Artinya anda dihadapkan 2 pilihan ketika visa anda akan berakhir. Anda overstay alias ilegal, atau perpanjang turis visa anda dengan membayar agennya lagi kira2 sebesar $1,500.

Selain resiko karena besarnya biaya agen, calon tenaga kerja juga dihadapkan resiko lainnya yaitu dipenjara. Karena bekerja dengan visa turis adalah tindakan ilegal di Australia. Kalau anda tertangkap besar kemungkinan anda akan mendekam di sel atau jika anda beruntung anda akan dideportasi tapi nama anda akan masuk daftar hitam orang2 yang dilarang masuk Australia. Ada yang bilang selamanya anda tidak bisa masuk Australia lagi, tapi ada juga yang bilang hanya 5 tahun. Belum lagi pajak penghasilan yang harus anda tanggung karena anda sudah mendapatkan pendapatan dari negara tersebut. Jadi kalau sampe anda tertangkap, anda sialnya bukan kepalang. 

Anehnya para agen dari Indonesia semakin gencar mempromosikan visa turis ini untuk bekerja di Australia. Ini membuktikan para agen tidak perduli dengan resiko anda di Australia sana, mereka hanya perduli dengan uang yang mereka dapatkan dari pemotongan gaji anda. Padahal inspeksi dadakan sering dilakukan dimana para polisi langsung terjun ke perkebunan yang sudah menjadi isu besar di Australia dimana para imigran gelap terutama dari Asia Tenggara pasti bekerja di perkebunan karena jauh dari pantauan administrasi kepolisian. 

Demikian info yang ingin saya sampaikan berdasarkan pengalaman saya sendiri di lapangan dan isu2 yang saya rangkum dari teman2 pengunjung blog ini. Sekiranya bermanfaat...

Senin, 17 Desember 2012

China Bar Signature - Burwood East


Makan-makan lagi kawan. Wuih banget dah, bulan Desember penuh dengan tawaran makan-makan, acara ramah tamah yang Kristina paling sebel, hahaha... Tapi kebalikannya, saya malah paling demen. Makan-makan kali ini adalah acara gethering dari pabrik tempet saya kerja. Kami makan di China Bar Signature.

Lagi? China Bar lagi? Buset, ga blenek? Namanya gratisan mana ada kata blenek, ya nggak? Tapi di China Bar yang satu ini saya jauh dari kata puas bahkan boleh dibilang kecewa, padahal dibayarin apalagi kalo bayar sendiri? Ada banyak sekali kekurangan dari chinese resto yang satu ini bila dibandingkan dengan rekan sejawatnya yang di CBD, di pojokan jalan Little Bourke St. dan Exhibition St.

Yang pertama, menunya tidak sebanyak dan sevariasi yang di CBD. Menu andalan yang saya incar dari seminggu sebelum hari-H (sejak saya tau si bos booking di sini) ternyata tidak ada. Menu tersebut adalah ceker ayam dan pancake durian. Ouch, itu aja udah bikin kecewa banget, jadinya langsung ga semangat ngambilin makanan-makanan yang lain (dasar lebay, ya?). Soalnya menurut saya menu2 yang lain rasanya ga terlalu fantastis dan saya yakin bisa dapetin menu yang mirip2 di chinese resto lainnya di kota Melbourne ini.

Yang kedua, pelayanannya parah banget, menurut saya. Di awal aja kami langsung dikejutkan dengan botol-botol anggur yang jatoh dari raknya. Uuuh, potong gaji kali itu mah. Mungkin buat sebagian orang ga ada masalah dengan kejadian tersebut tapi buat saya itu masalah banget. Saya paling ga suka denger barang yang dibanting, walaupun itu tidak disengaja. Misalnya aja ada gelas kesenggol dan jatoh, bunyinya itu bikin mood langsung jelek. Mungkin trauma masa kecil kali ya, hehehe... Selain itu pelayanan buruk lainnya adalah saya ada ambil makanan dan masih saya makan. Ketika lagi ngobrol sama temen di sebelah, objek yang dikunyah di mulut udah abis, saya mau ngelahap yang berikutnya, eh, piring saya udah ilang. Kejadiannya sampe 2x oleh karyawan yang berbeda dan ampir aja jadi 3x kalo mata saya meleng dikit dan keasikan/kebawa suasana ceria di situ. Makan jadi kagak tenang, takut makanannya diangkut. Perlu diketahui dulu sebelumnya bahwa service di China Bar, staff nya akan keliling sana kemari untuk ngambilin piring2 kosong yang habis dipakai oleh customer. Sepertinya mereka terlatih untuk ngambilin piring setengah kosong tanpa diketahui si pemilik makanan. Atau kalopun itu piring kosong, mereka tidak dilatih untuk bertanya dulu ke customer apakah mereka masih mau pake atau nggak piring tersebut. Nah ini juga bagian dari kejelekan yang saya paling benci sama orang China. Mereka punya budaya yang ga suka basa basi, terlalu malas bergaul dengan orang yang ga bisa mandarin juga. Mirip2 sama orang Vietnam, akibatnya bahasa inggris mereka tertinggal dan pergaulan mereka terbatas sekitar orang2 China aja. Sayangnya kalo profesi mereka waiter/waitress itu akan sangat mengganggu, terutama buat customer yang makan.

Yang ketiga, saya ada tanya ke staff nya “Boleh nggak saya foto2 makanan dan ruangan di sini?” Staff yang saya tanya terlihat kebingungan lalu manggil temennya, mungkin dia masih baru. Singkat cerita saya dapatkan jawaban “Boleh...” dengan penuh keyakinan staff lainnya menjawab saya. Tapi ditengah asik2 foto tiba-tiba sang Manager marah2 ke saya, nyamperin saya yang lagi asik foto2 cake, dan bilang saya ga boleh foto. Saya langsung membela diri karena ga mau disalahkan dengan mengatakan kalo staffnya sendiri sudah membolehkan saya untuk foto2. Si manager bukannya merendah/mengalah malah nimpalin balik sambil berlalu pergi “Saya managernya di sini, tanya saya, jangan tanya yang lain!!!” Wow, hebat bener, orang kaya gini bisa jadi manager resto? Dia belom tau kekuatan mulut dan promosi (promosi keburukannya yang baru saja dia lakukan). Dia kayanya ga ngerti kekuatan marketing. Sepertinya manusia ini ga paham kalo satu customer dikecewakan itu bisa jadi akhir dari segalanya, baik kerjaannya maupun restonya.

Asli deh, aksinya si Manager bikin mood saya amburadul ketika itu. Bikin emosi dan ga profesional banget. Kalo memang ga boleh foto kenapa ga dipajang tulisan “Dilarang mengambil gambar”? Atau setidaknya semua staff-staff nya tau donk kalo itu hal yang krusial dan penting untuk diketahui cutomer. Tapi kalo sampe staff nya aja bisa bilang “Boleh” sementara ketika si Manager menemukan ada customer yang ambil gambar dan customer itu dimarah-marahin, ga minta maaf, terus berlalu pergi gitu aja, apa pantes? Parah, bener-bener parah. Saya meragukan dia lulusan hospitality Australia. Yang pasti kesan buruk ini akan saya masukkan ke rating Urban Spoon, website yang menjadi acuan sebagian orang Melbourne untuk mengetahui apakah resto yang mau kita kunjungi apakah cukup layak untuk spend money there.

Oke, sekian curcolnya. 

China Bar Signature
380 Burwood Highway
Burwood East
Victoria 3151

Minggu, 16 Desember 2012

China Bar Signature - China Town



*Note: Restoran ini tidak halal

Untuk pertama kalinya saya dan Kristina makan buffe di Melbourne. Kamis, 6 Desember 2012 kami makan di sini dalam rangka farewell party dengan Reza dan Meili. Entah kapan kami bisa ketemu lagi tapi setidaknya ada kenangan seru dan tak terlupakan di acara perpisahan kita. Sekedar info, kalo makan di restoran ini jangan pas weekend, selain rame harganya juga beda. Secara keseluruhan saya dan Kristina sangat menikmati suasana restoran ini. Dari disain interiornya yang menarik dengan menampilkan lampion2, juga tumpukan2 mangkok yang diletakkan dalam rak sebagai hiasan untuk space kosong di dinding lantai 2.

Pilihan makanannya pun banyak sekali, dari seafood, poultries (daging-dagingan), cakes, sushi, dimsum, Yam Cha. Dari Peking duck sampe Shark Fin (Sirip Ikan Hiu) pun ada. Menurut Reza sup Sirip Ikan Hiu nya kurang enak, sepertinya ga asli. Atau mungkin di mix yang asli sama yang buatan. Karena mungkin kalo asli semua, ga bisa balik modal restorannya kali. Lagi pula saya makannya pun pasti disertai rasa bersalah. 

Yang paling saya suka dari restoran ini adalah menu Chicken feet (Ceker ayam) yang rasanya bisa nandingin ceker ayamnya Quang Tao, resto Vietnam tempat kami makan bareng setelah pembabtisan Eog. Menu lainnya lagi yang jadi incaran terus2an adalah Durian Pancake. Orang Indo udah pasti jarang yang ga suka Durian, tapi berhubung ini di Melbourne dan orang Indonya yang makan di sini pada waktu itu sepertinya hanya 2 meja, meja kami dan ada satu meja lagi yang isinya orang Indo juga, jadi Durian Pancake nya banyak, jarang yang ambil. 

Berhubung saya ga suka Seafood apalagi yang namanya udang, jadi saya sama sekali ga ngambil jenis makanan tersebut. Tapi saya ada nyicip barang satu atau dua biji dari setiap jenis masakan seafood yang diambil sama Kristina. Kristina suka banget sama yang namanya kerang-kerangan. Kalo udah makan kerang atau shell atau apapun namanya, dia bisa kalap. Ditambah lagi ada Durin Pancake, wah waktu itu kepalanya sempet pusing katanya. Saya ga ngerti gimana ngejelasin kenapa bisa pusing, bukan waktunya saya berteori, hehehehe... Tapi yang saya tau menu Seafood memang tinggi kolesterol, bukan begitu? Dulu aja waktu pulang ke Pekalongan, kampung halamannya, Kristina pernah nyikat kerang darah rebus satu kilo, dimakan sendiri. Abis itu kepalanya langsung pusing, hahaha...

Ada menu lain yang saya suka jug di sini yaitu rumput laut. Disajikan dalam cangkir kecil-kecil seukuran cangkir teh. Sekali rauk pake sumpit langsung abis. Jadi biar ga repot biasanya saya ambil sekaligus tiga atau empat cangkir gitu.

Konsep restoran ini cukup unik untuk ukuran buffe, dimana dengan harga $59.99 untuk Dinner kita Cuma punya waktu 2 jam makan sepuasnya dengan minum air putih, tentunya sepuasnya juga. Setau saya kalo makan bufee biasanya minumannya juga gratis, maksudnya bisa milih minuman apa aja, tapi nggak di China Bar ini. Minuman yang boleh ditenggak sepuasnya Cuma air putih, selainnya harus beli. Setelah mendekati 2 jam, biasanya kita di kasi bill sebagai tanda bahwa waktunya udah hampir habis. Tapi itu kalau restorannya lagi rame booking-an atau udah banyak orang yang antri di luar sana. Kalo sepi, ya kita bisa lanjut terus sampe tutup. Intinya kalo bill udah dikasi, cobalah untuk clingak-clinguk kursi di sekitar kita, penuh atau nggak. Terus orang di luar ada yang antri apa nggak. Kalo nggak ya, sikat terus. Abisin dah ceker ayam, pancake durian, sama rumput lautnya, hahahaha... Itu menu saya sih...

Ada keuntungan nya kalo makan di China Bar yang di City. Karena tempetnya 2 lantai, lebih luas, jadi kemungkinan untuk makan lebih dari 2 jam lebih besar ketimbang China Bar yang di Burwood Highway. Selain itu pilihan makanannya juga lebih banyak dan rasanya lebih enak.

Selain makanan-makanan yang siap disantap, ada juga makanan-makanan yang penyajiannya harus dimasak dulu, alias kita harus menunggu si koki masakin buat kita. Dari setiap menu yang ada di China Bar ini pasti di sebelahnya ada namanya, baik dalam tulisan mandarin maupun inggris. Ciri-ciri makanan yang harus dimasak dulu adalah kalo ada kokinya di counter tersebut yang lagi sibuk ngoseng2, terus ada nama menu makanan tapi ga ada makanannya, nah itu berarti si koki lagi bikinin. 

Ruangan di lantai 2
Untuk bisa ke restoran ini ada banyak cara. Seandainya anda tinggal di CBD, anda bisa jalan kaki melewati China Town (Little Burke Street) sampe Exhibition Street. Atau naik tram dari Bourke St. lalu turun di Exhibition St. terus jalan kaki 1 blok. Posisi restoran ini ada di pojokan antara Little Bourke St. dan Exhibition St. Atau kalo anda dateng dengan kereta dari suburb, anda bisa turun di Parliament Station, lalu jalan kaki. 


China Bar Signature
222 Exhibition Street
Melbourne CBD
Victoria, 3000

Sabtu, 15 Desember 2012

Natal Bersama Doutta Galla - Grantham Green


Rabu, 12 Desember 2012 pukul 6 sore kami menghadiri perayaan natal di tempet kerja Kristina di Panti Jompo Doutta Galla, Grantam Green, yang letaknya tepat di arah jam 2, di seberang rumah kami. Pulang kerja sampe rumah jam 5 sore saya masih sempet berleha-leha dulu sebelum otot perut bekerja ekstra keras malam nya karena harus mengolah banyak makanan di perayaan tersebut.

Secara keseluruhan kesan yang saya dapet dari perayaan natal bersama nenek2 ini adalah baik. Ada 2 poin penting yang saya ambil dari perayaan tersebut, yang pertama “Hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan”. Menyia-nyiakannya berawal dari masalah sepele seperti makanan sehari-hari. Hindari rokok, alkohol, soda, daging, dairy food (makanan produk dari susu) seperti keju, es krim, mentega dan susu itu sendiri dan olahraga minimal 4x seminggu . Mungkin anda bingung kenapa dairy food termasuk dalam list yang harus dihindari. Untuk tau lebih jelas baca di sini:


Setelah baca ini dan menelusurinya, saya segera berusaha untuk ga mendapatkan asupan dairy food. Ternyata sulit karena saya baru sadar hampir semua makan terutama cemilan saya mengandung dairy food. Tapi saya yakin pasti bisa karena saya mau di usia senja saya masih fit dan mampu beraktifitas normal. Oya, kalo saya bisa hindari semua asupan di atas tapi ga olahraga gimana? Jawabannya adalah anda akan sehat, tapi otot tubuh anda lemah. Mungkin berjalan saja butuh waktu lama ketimbang mereka yang menyertainya dengan olahraga.

Hal penting kedua yang saya ambil adalah “Milikilah sifat, sikap, dan segala hal positif yang diajarkan agama”.  Kenapa? Karena di usia senja nanti otak kita bekerja seperti anak kecil lagi yang hanya menginginkan apa yang diinginkan, membuang apa yang dibenci, melempar apa yang membosankan. Jika sejak muda kita tidak terbiasa mengendalikan diri, niscaya ketika kita tua nanti kebiasaan kita lah yang mengontrol kita bukan kita yang mengontrol kebiasaan itu. Apalagi ketika sejak muda segala macam asupan yang saya sebutkan di atas tadi masuk terus tanpa kontrol, dijamin 100% anda akan mengalami yang namanya Dementia, level terendah sebelum Alzeimer (lupa ingatan). Itu jika anda beruntung, kalo nggak beruntung ya umur anda pendek, alias mati muda gara2 kanker atau penyakit lain. Atau kalo anda diberi umur panjang ketidak-beruntungan anda adalah Alzeimer.

Kitab suci udah bilang, apa yang ditabur, itu yang dituai. Jadi anda harus mengerti resikonya kalo anda memang mau menikmati asupan2 di atas. Tau resikonya bukan berarti mengerti. Untuk bisa mengerti cobalah anda kerja volunteer di panti jompo. Coba urusin mereka yang udah Dementia dan punya kebiasan2 buruk seperti mengumpat, sombong, atau pilih2 dalam segala hal sampai2 membuat anda yang udah keletihan merasa tidak dihargai. Lihat dan perhatikan tingkah mereka. Anda akan seperti itu nantinya.

Mengenai acaranya saya cukup menikmati ketika di awal saya melihat ada teriakan “Ho... ho... ho...” tanda Mr. Sinterklas datang. Kedatangan Sinterklas tentunya disertai kado dan pembagian kado diperuntukan bagi para kakek/nenek dengan tujuan menghibur mereka. Entahlah apakah itu kado yang mereka minta atau hanya inisiatif dari para staff pengasuh. Satu per satu nama kakek/nenek dipanggil, ada yang ngeh namanya disebut dengan mengacungkan tangan, ada juga yang melongoh doank sepanjang acara, ga ngerti ini ada apa di tempat tinggalnya, kenapa rame bener orang2 di sini. Otomatis kalo udah begitu ya staff yang berada di setiap spot diminta untuk clingak-clinguk siapa tau orang yang dimaksud ada di sekitar situ. 

Sambil pembagian hadiah, Kristina menyempatkan diri berfoto dengan beberapa staff dan penghuni panti jompo, salah satunya Trudy yang ceria banget. Bisa terlihat aura cerianya selama dia membawakan acara, dan entah kenapa orang ceria itu selalu terkesan semangat. Mungkin karena itu orang2 lebih seneng dan gampang bertemen dengan orang yang ceria ya. Trudy ini yang kasi topi natal yang dipake Eog di foto.

Kristina juga ada sempat berfoto dengan Leah, salah satu staff yang lagi kerja waktu itu. Leah ini asalnya dari Philipina dan para kakek/nenek sering manggil Kristina dengan nama Leah, soalnya para kakek/nenek mengira mereka adalah orang yang sama.


Ketika ada kesempatan kosong, Trudy segera memanggil Kristina untuk mendudukan Eog di pangkuan Sinterklas yang adalah penghuni panti jompo juga. Ditemani Andrea mantan staff Doutta Galla juga yang ceritanya sebagai si Pit Hitam dan dengan posisi seadanya, si kakek Sinterklas terlihat seolah mau membetulkan posisi Eog di pangkuannya tapi sepertinya si kakek tidak cukup kuat untuk mengangkat. Ditambah lagi sayanya terus jepret foto jadi si kakek Sinterklas bingung mau benerin posisi dulu atau membiarkan jepretan fotonya dulu biar bagus. Dan yang bikin geli kumis si Sinterklas posisinya udah pindah jadi ke jenggot. Aduh, kakek, sepertinya makin tua kok makin kehilangan kendali atas tubuh untuk bisa bergerak cepat. Hahahaha...

Setiap penghuni pasti punya keluarga misalnya anaknya, saudaranya, atau bahkan cucunya. Mereka semua diundang juga untuk hadir di setiap acara kebersamaan panti jompo dengan tujuan tentunya membahagiakan para kakek/nenek ini di akhir hidupnya. Sialnya, ada dari mereka yang ga punya siapa2. Mungkin dulu dia anak tunggal terus ga menikah, udah deh ga punya siapa2 jadi ga ada yang pernah mengunjung. Tapi ada pula dari mereka yang menikah tapi ga tau kalo pasangannya itu udah “ngeduluin” dia alias meninggal. Sepanjang hari nungguin dijambangin di panti jompo tapi tak kunjung datang. Nah ini dia salah satu efek Dementia, anda akan seperti ini nantinya jika anda masih mempertahankan rokok di bibir anda.

Acara berlanjut setelah pembagian kado ke acara puncak, yaitu makan-makan, hehehe... Acara yang saya tunggu dari tadi sebenernya. Karena lomayan lama pembagian kadonya berhubung penghuninya ada sekitar 40 orang dan terdapat undangan para jompo dari panti jompo yang lain pula. Jadi kurang lebih memakan waktu 1 jam. untuk udah ganjel indomi 2 bungkus sebelum dateng, jadi ga terlalu keroncongan.

Denger2 cheft nya dateng buat bikin makanannya ini semua dari jam 3 pagi lho padahal dia dibayar mulai jam 7 pagi. Nama Cheft nya Anna, orang Kroasia dan dia sangat berdedikasi pada tempet kerjanya ini karena dia berpikir suatu hari nanti dia juga akan menjadi penghuni panti jompo, jadi dia mau mengerjakan pekerjaannya asal2 jadi. Ga Cuma enak dimakan semua makanannya tapi hiasannya pun menarik padahal simple.

Sebenernya sebelumnya saya punya banyak cerita yang mau saya sampaikan di blog ini. Cerita mengenai masing2 penghuni panti jompo, tapi Kristina mengingatkan bahwa itu ga boleh diceritakan karena sifatnya pribadi dan ga boleh disebar-luaskan. Oke, baiklah kalo begitu. Saya hanya akan menceritakan yang enteng2 saya. Seperti penghuni yang satu ini, para pengasuh memanggilnya Jimmy tapi nama aslinya adalah Cihan Aslan. Tak jelas dari mana asalnya tapi yang pasti Jimmy ini berasal dari Timur Tengah dan dia beragama Islam. Jimmy punya keunikan tersendiri yakni selalu kasi permen lolipop ke setiap orang yang dia senangi. Eog contohnya, udah 2 kali ketemu dengan Jimmy dan 2x pula dia kasi lolipop tanpa dia perduli lolipop nya dimakan sama siapa atau malah dibuang, dia tetep aja kasi. Jimmy juga punya hewan piaraan, namany Johny, seekor bebek. Letak panti jompo Dautta Galla, Grantham Green ini dekat dengan sebuah sungai dimana sering ada beberapa bebek di situ. Jimmy sering menghampiri sungai tersebut dan memberi makan bebek2 di sana. Ketika saya dan Kristina sempat lewat sungai itu, saya tanya bebek yang mana yang namanya Johny? Kristina pun tak tau karena semuanya dipanggil Johny sama Jimmy. Keunikan lain dari Jimmy adalah dia selalu manggil setiap pengasuh dengan sebutan “Mami” karena dia kesulitan mengingat nama.

Di setiap kamar penghuni terdapat papan nama dari si penghuni yang bersangkutan. Dan keunikan lain tentang Jimmy adalah di papan namanya tepatnya di bawah namanya terdapat tulisan “General Manager”. What? Apa maksudnya ini? Saya iseng2 tanya sama Jimmy nya langsung yang kebetulan ada di dekat kami yang lagi asik menyantap pastel. Jawabannya jujur aja saya bingung. Entahlah apa itu menjawab pertanyaan saya atau tidak, tapi keterbatasan inggris saya menyimpulkan dia malah ngejelasin apa itu “General Manager” bukannya ngejelasin kenapa ada tulisan itu di papan namanya.

Penghuni berikutnya yang masih masuk kategori layak untuk diceritakan adalah si kakek John. Kakek John, pernah nunjukin fotonya waktu dia muda ke Kristina. Kata Kristina waktu muda kakek John ini mirip sama aktor Holywood, Nicolas Cage. Kakek John ini masih bisa dibilang waras lah karena saya ajak ngomong semua pembicaraan kita nyambung, Cuma dia harus pake alat bantu jalan aja karena badannya udah ga kuat. Selama acara berlangsung saya ada sempet beberapa kali ambil gambar kakek John dengan Zlata sang pengasuh. Yang bikin saya geli adalah Zlata sering banget mainin jenggotnya kakek John yang udah putih semua itu sambil ngeledek-ledekin. 

Ditengah acara kami sempat mengobrol dengan anak dan cucu dari Gwen, penghuni panti jompo. Si cucu yang bernama David, ternyata dari kecil sering difoto2 terus pas udah bisa jalan dia sempet jadi model. Tapi katanya dia yang sekarang berusia 14 tahun udah ga jadi model lagi karena udah terlalu sibuk sama aktivitasnya di sekolah sekaligus olahraga. Olahraga apa? Kalo anda tinggal di Ausie anda pasti bisa nebak olahraga apa yang saya maksud. Mereka menyebutnya Football tapi ini bukan sepak bola. Olahraga ini lebih mendekati Rugby, tapi tanpa pelindung tubuh seperti helm atau pelindung bahu. Buat saya olahraga ini olahraga orang gila, yang sama sekali ga mengutamakan keselamatan pemainnya. Anehnya orang Ausie tergila2 dengan olahraga ini. Kalo sampe ada momen pertandingan lokal, udah pasti deh stasiun kereta api penuh sesak.
Kami juga sempet ketemu Jam temen kerja Kristina yang harusnya udah kelar kerja tapi dia dateng lagi buat ngisi acara, dan Jessica adiknya. Jessica ini punya keunikan hobi yaitu, memelihara binatang eksotik, yaitu Blue Tangue Lizard (kadal lidah biru). Ih, saya aja liat foto di google udah merinding, kok ya ada anak kecil malah tertarik pelihara binatang kaya gitu. Dan entah seperti kekuatan pikirannya Jessica atau hanya kebetulan, Jessica mengharapkan memiliki kadal yang sama satu lagi supaya kadalnya punya temen. Tiba2 aja pabrik tempat saya kerja ditemukan kadal yang sama seperti yang Jessica perlihara, Blue Tangue Lizard, iiiiihhh... Setelah ditangkap saya minta itu kadal buat saya kasi ke Jessica dan sepertinya dia seneng dengan kadalnya, hanya saja terlalu besar, sementara kadal yang dia punya sebelumnya berukuran setengah dari yang saya kasi. Gpp, Jes, kalo kamu keberatan buang aja, ga usah repot2 dibalikin ke saya.

Setelah makan2, Jam dan Amanda, keduanya temen kerja Kristina, mengisi acara dengan menyanyikan lagu natal. Spontan para hadirin terutama kakek/nenek ikut bernyanyi menyemarakan suasana. Jam pada posisi gitar dan Amanda di posisi vokal. Setelah menyanyikan sekitar 10 lagu, suasanya disemarakan lagi dengan tarian dari Poni, salah satu staff di situ juga. Poni menyemarakkan dengan tarian dari Tonga dan kebetulan Poni juga dari Tonga, tarian yang kekuatannya ada di goyangan pinggul. Kristina merasa adem ayem aja saya nonton tariannya Poni, karena dia tau saya ga bakalan kesem-sem sama si Poni. Istilahnya mah bukan tipe saya lah. Pasti anda baru denger yang namanya Tonga. Itu sebuah negara lho, anda tau? Weleh, weleh, weleh... Kalo anda tau berarti anda lebih hebat dari saya. saya aja baru tau kalo ada negara yang namanya Tonga, luasnya kira2 setengahnya Singapura, seupluk doank. Kena tsunami juga lenyap itu pulau...

Tarian Gangnam Style
Setelah tarian dari Poni selesai saya balik ke tempet makan maksudnya mo ngambil dessert gitu. berhubung saya ga tau acara selanjutnya apa jadi saya berlama2 di ruang makanan sambil foto2 dessert nya. Tiba2 ada lagu Gangnam Style terdengar di luar sana. Wah, apa lagi nih? Kenapa harus Gangnam Style sih? Ini lagu populer banget, sampe semua orang memperdengarkannya. Bahkan grup tarian yang lagi pentas ternyata mempertunjukkan tarian Gangnam Style. Oh, my jot. Tapi berhubung ini momen, jadi saya foto aja. Tapi ternyata lucu juga, terutama ketika melihat Jessica di situ dan satu anak cowok (sepertinya seumuran Jessica) menari dengan lancar dan hafal setiap gerakan, walaupun ga kompak.

Sekiran laporan acara natal bersama kakek/nenek di panti jompo Doutta Galla, Grantham Green. Merry Chrismast semua...