About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.
Tampilkan postingan dengan label Makan-makan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makan-makan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Juni 2013

Kuliner di Pontianak

Kota yang dihuni oleh mayoritas suku Dayak ini memiliki beberapa hal yang unik perihal kaitannya dengan kuliner. Berikut ini hal unik tersebut:

Nasi goreng Iin
1. Rumah Makan Iin
Rumah makan yang interiornya terlihat biasa saja tapi yang makan ga pernah berhenti ini bikin saya penasaran untuk mencicipi seperti apa rasa masakannya. Beralamat di jalan Johar 65, Pontianak menghargai sepiring nasi gorengnya seharga Rp 9.000. Tak pelak membuat saya semakin heran setelah mendengar cerita dari adik saya yang udah sering mondar mandir Pontianak, ternyata rumah makan ini hanya menyajikan satu menu masakan saja, yaitu nasi goreng. Seperti apa rasanya? Hmm, tak perlu menunggu 3 menit satu porsi nasi goreng tiba2 sudah diantar ke meja saya. Gila, cepet banget. Digoreng atau disembayangin tuh nasi saya. Tak ada yang istimewa dari rasa maupun penyajian. Nasi goreng dengan taburan irisan ayam goreng di atasnya dan sedikit potongan ketimun di pinggirnya tidak bisa membuat saya membelalakkan mata dan mengatakan ini enak. Nasi goreng tek tek yang dijajakan dengan gerobak di Jakarta masih jauh lebih enak ketimbang nasi goreng Iin ini. Adik saya bilang jangan2 Iin ini pake "pemanis" makanya larisnya menggila. Bahkan Siska, adik ipar saya sempat menakut-nakuti dengan wajah serius kalo yang jual tuh bikinnya pake celana dalam. Wah dalam hati saya sempat ngeri mendengar pernyataan itu. Tapi ga lama saya mikir lagi kalo yang bikin nasi goreng sepanjang hari ga pake celana dalam, pasti dia udah masuk rumah sakit karena Hernia (read: burut, biji testisnya besar sebelah). Jadi udah barang tentulah dia pakai celana dalam. Yang membuat nasi goreng Iin ini terasa enak hanyalah sambalnya. Buat mereka pecinta pedas siap2 saja dipuaskan oleh sambal Iin. Baru taruh sedikit saja rasa pedasnya sudah menggelegar, mantap dah. Score 60/100 (60 dari 100)


Tau Swan
2. Tau Swan
Saya menemukan makanan ini ketika berjalan2 di jalan Gajah Mada yang dikenal sebagai jalan kuliner di Pontianak yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Tau Swan yang termasuk kelas Entreè (makanan pembuka) ini terbuat dari kacang kedelai, tepung beras, dan gula. Tepung beras dilarutkan dalam air bersamaan dengan gula dan kacang kedelai yang sudah direbus, lalu aduk hingga mengental seperti sup. Penyajiannya pun cukup sederhana. Hanya dengan menabur kerupuk tepung beras di atas semangkuk sup Tau Swan panas. Semangkok sup dihargai sebesar Rp 6.000. Kalau melihat dari komposisinya menurut saya Tau Swan ini bisa disebut dengan Sup Kacang Kedelai. Mungkin bagi mereka pecinta sup akan mengatakan Tau Swan ini enak. Tapi karena saya ga sup menjadi tidak objektif dalam penilaian. Jadi saya ga bisa kasi nilai.

Kokue goreng
3. Kokue Goreng
Sulit untuk menggambarkan seperti apa Kokue ini. Mungkin lebih mirip dengan Kwetiau goreng karena terdapat tepung seperti Kwetiau. Sekedar info buat yang belom tau, Kwetiau terbuat dari tepung beras bukan tepung terigu. Hanya saja kalau pada Kokue tepung berasnya lebih tebal 2-3x dan panjangnya hanya kira2 3-5 cm. Sementara Kwetiau dibuat panjang2 seperti mi. Selain tepung, kandungan lainnya dalam satu porsi adalah kucai dan talas. Semua disajikan jadi satu piring kecil dengan digoreng bersama2 terlebih dahulu. Soal rasa saya kurang puas karena ga gurih sama sekali. Mungkin karena saya mencicipi yang kelas pinggiran kali ya. Mungkin kalo yang di restoran rasanya lebih enak dan gurih. Harga satu porsinya Rp 9.000. Score 60/100, karena menurut saya dengan kecilnya porsi dan rasa terlalu mahal untuk dihargai Rp 9.000.

Kwecap plus kulit babi
4. Kwecap
Makanan satu ini ga bisa dibilang halal karena mengandung babi yakni kulitnya. Sekali lagi menu Pontianak berikut ini memakai tepung beras. Lagi2 tepung beras. Sepertinya tepung beras menjadi bahan favorit dalam kreasi masakan Pontianak. Untuk Kwecap, tepung berasnya dibikin tipis2 dan dibentuk berukuran segi empat seperti kulit pangsit. Kalo kulit pangsit dari tepung terigu kalo Kwecap dari tepung beras. Penyajiannya pun sederhana juga, Kwecap nya disiram dengan kuah kaldu sementara kulit babi yang saya ceritakan di sebelumnya hanyalah kreasi tambahan dari penjualnya. Mungkin kalo mo diganti kulit sapi, jeroan, atau ayam, masih masuk akal kok. Tapi kembali lagi ke budaya Pontianaknya apakah kulit babi itu memang bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan Kwecap? Saya tidak tau. Score 70/100, karena walaupun saya kurang suka menu sup tapi rasa kuahnya berkaldu, cukup gurih. Semoga aja gurihnya memang berasal dari kaldu asli bukan dari kaldu rasa sasetan yang dijual di pasar.

Apam
5. Apam
Nah lho, apa lagi nih? Jujur aja saya belom mencicipi seperti apa rasanya. Karena perut udah menggembung, sixpack pun ber-revolusi menjadi zeropack, ga bisa nampung lagi. Sementara di sisi lain saya ga punya waktu lagi untuk mencicipi semuanya karena jadwal yang padat di Pontianak ini. Alhasil hanya ambil gambar lalu liat2 seperti apa bentuknya. Apam ini mirip sekali dengan martabak. Cara buatnya, loyangnya, garnisnya. Ada kacang/coklat, keju/coklat, pokoknya mirip2 sama martabak. Saya sempat berlogika, jangan Apam ini mirip kue Apem karena namanya yang hampir mirip. Mungkin kalo di Pontianak kue apem ini ada isinya seperti kacang, coklat, keju. Tapi itu hanya khayalan logika saya dan saya pun ga berani bilang kalo rasanya mirip martabak. Karena saya ga beli jadi saya ga tau berapa harganya. Jadi saya ga bisa kasi nilai juga.

Umbut kelapa
5. Umbut Kelapa/Sagu
Menu sayuran ini harus dimakan bersama dengan nasi atau lontong. Kuahnya mirip dengan lontong sayur yang terbuat terdiri dari santan. Umbut Kelapa terbuat dari batang pohon kelapa yang paling puncak yang masih muda atau bisa juga dibuat dari puncak pohon sagu yang masih muda. Karenanya ada Umbut Kelapa, ada Umbut Sagu. Mengenai rasa dari umbut kelapa/sagu ini mirip dengan sayur rebung atau bambu muda yang bisa ditemukan di Jakarta dan sekitarnya. Dagingnya empuk walaupun pemotongan daging batang pohonnya tebal2 dan rasanya pun enak. Buat mereka yang punya sakit jantung, kolesterol, atau darah tinggi, saya rasa sebaiknya ga makan menu ini karena kandungan santannya dikhawatirkan mengganggu kesehatan. Score 75/100.

Daun ubi tumbuk
6. Daun Ubi Tumbuk
Mendengar namanya kita mungkin langsung bisa tau kalo ini adalah menu sayuran. Daun ubi yang dipakai adalah daun singkong yang dibuat dengan cara ditumbuk sampai tak berbentuk daun lagi. Kemudian ditumis dengan minyak goreng, bawang merah dan putih, selesai. Simpel ya, cepat pula pembuatannya. Kandungan zat besinya cukup tinggi pada menu ini. Mengenai rasanya saya menyukainya mirip seperti tumis sayur hanya saja terdapat rasa sedikit pahit karena sayurnya ditumbuk sehingga getah dari daun keluar. Kalo di masakan Padang yang kita temukan daun singkong hany direbus saja lalu dimakan dengan sambal. Atau di rumah makan lainnya, ada menu daun singkok yang dimasak dengan santan sehingga berkuah. Daun Ubi Tumbuk ini termasuknya menu khas Dayak. Sama sekali ga berkuah dan penyajiannya kering. Karena itu pada waktu menumisnya jangan memakai minyak goreng terlalu banyak. Jika minyak gorengnya diganti dengan minyak babi, lalu ditambah ikan teri/asin di dalamnya, wah bakalan mantep banget deh rasanya. Begitu kata mama Siska yang bikin Daun Ubi Tumbuk yang kami makan sekarang. Score 75/100

Mi Tiau kuah sapi Antasari

Mi Tiau goreng sapi Antasari
7. Mie Tiau Sapi Antasari
Mie Tiau adalah nama sebutan untuk Kwetiau di Pontianak. Ada banyak sekali pebisnis makanan di Pontianak ini yang menjajakan Mie Tiau karena melihat peminatnya yang begitu besar. Sangkin banyaknya penjaja mi lebar yang terbuat dari tepung beras ini saya minta direkomendasikan oleh penduduk lokal mana penjual mie tiau yang paling enak. Akhirnya saya dapatkan Mie Tiau Sapi Antasari yang terletak di Jalan Antasari. Restoran ini cukup unik mendesain ruangannya yakni dengan memajang piring2 yang telah ditanda-tangani oleh orang2 ternama dari artis luar negeri, artis dalam negeri, pejabat dari bupati sampai anggota DPR. Selain tanda-tangan mereka pun meninggalkan pesan2 yang mempromosikan Mi Tiau Antasari ini. Untuk Mie Tiau gorengnya dihargai Rp 25.000 per piring, mie tiau rebusnya Rp 20.000 per mangkok, es teh Rp 5.000 segelas. Kalo soal rasa memang lebih enak ketimbang nasi goreng Iin. Tapi untuk standar lidah saya rasanya masih kurang mantep. Apalagi setelah tau harganya pas bayar, buset, mahal banget. Score 55/100.

Kue Bingke
8. Kue Bingke
Makanan ini sejenis kue yang terbuat dari telur dan susu sehingga mereka yang jantung dan kokesterol benar2 lidahnya ga boleh kesentuh sama kue ini. Masalah kenikmatan, wah, bener2 enak kue ini. Saya berani bilang enak karena saya pecinta makanan yang bikin blenger. Contoh aja kue tar, black forest, nastar keju, bakpia isi babi. Jadi kalo anda ga suka makanan yang saya sebut barusan, bisa jadi anda hanya bisa makan beberapa potong aja kur bingke ini. Seiring perkembangan persaingan bisnis, kue bingke ini pun mengalami perkembangan pilihan rasa. Kini udah ada rasa spesial, coklat, keju, susu, labu, kentang. Untuk rasa spesial bedanya adalah komposisi telurnya lebih banyak ketimbang yang normal. Begitu juga yang rasa Susu, komposisi susunya lebih banyak ketimbang yang normal. Score 75/100

Pengkang
9. Pengkang
Sejenis ketan yang bisa diisi macam2 seperti bangkuang, ebi, ayam, sapi, abon. Lalu dibungkus dengan daun dan proses pematangannya dengan cara dibakar. Orang Jakarta lebih mengenal nama makanan ini dengan nama Lemper. Hanya saja bentukannya berbeda. Di Pontianak, Pengkang dibuat membentuk segitiga denan ketebalan kira2 4-5cm lalu dijepit dengan bambu dan dibakar. Seperti namanya dalam bahasa Tiociu (rata2 orang Tionghua di Pontianak berbahasa Tiociu), Pengkang artinya bakar. Dari situlah penamaan menu ini. Score 60/100

Cai Kue
10. Cai Kue
Kalau di Indonesiakan artinya Kue Sayur. Sayur2an yang dibungkus rapi dengan kulit yang terbuat dari tepung beras (lagi2 tepung beras) dan dibentuk seperti bikin pastel lalu dikukus. Dengan taburan bawang putih yang sudah digoreng di atas masing2 Cai Kue, bikin tambah sedap rasanya. Sayur2an nya sendiri bisa macam2, ada isi kucai, tales, bangkuang. Waktu itu saya makan Cai Kue ini di Gleam Cafe yang memanfaatkan bangunan rumah kunonya menjadi cafe sederhana. Kalo orang Bangka punya menu yang serupa seperti Cai Kue ini hanya saja isinya yang berbeda. Orang bangka manggilnya Choi Pan atau Sam Kok Pan dimana isinya ada pepaya muda yang dioseng2 dengan udang kering. Lalu bentuknya pun segitiga. Score 75/100.

Sabtu, 30 Maret 2013

Pepper Lunch

Cerita makan2 kali ini adalah pas lagi nyobain resto baru. Hmmm, kayanya sih baru. Saya harus meragukannya kalo itu baru, secara saya jarang banget jalan2 ke City. Hanya kalo pas ada momen2 khusus dan pas ada duit aja kami jalan ke City, hunting restoran2 yang belum terjamah oleh lidah.

Letaknya cukup strategis, berada di seberang Gereja Katolik St. Francis dan di sudut jalan antara Elizabeth Street dan Litle Lonsdale Street. Waktu pertama kali ngincer mo makan di sini adalah pas waktu ngelewatin restonya pas pelayannya nganterin menu hotplate yang berasap2 dan terlihat banyak. Penyajiannya mirip sekali dengan menu Korea, Bimbimbab, yang harus segera diaduk sebelum hotplatenya menghangat atau bertambah parah yakni jadi dingin. Kalo udah dingin udah barang tentu menunya kurang sedap lagi untuk dimakan. Mungkin nasinya mengeras atau dagingnya cuma mateng/gosong sebelah sisi aja.

Pas baru masuk pertama kali kita bingung mo makan apa karena menu nya terhitung banyak. Untungnya kasirnya orang Indo jadi ketika kami kebingungan berdiakusi mo makan apa, dia denger kita ngomong Indo. Alhasil dia lah yang jelasin yang enak yang mana (menurut dia lho) jadi bisa langsung duduk dan nunggu makanan nya dianterin.

Saya melihat ada kelemahan di sistem pelayanan nya yakni, kita harus order dulu baru bisa duduk. Buat konsumen seperti kita yang baru pertama kali dateng dan ga tau menu nya, ini cukup menghambat peningkatan omset karena kita masih harus mikir dulu mo makan apa sementara konsumen yang lain udah ngantri di belakang. Tapi di sisi lain makanan nya cepet jadinya. Mungkin karena masih menta/setengah mateng kali ya dan pematangannya dilakukan oleh hotplate nya sehingga dengan cepat bisa disajikan ke konsumen. Space nya pun cukup luas buat mereka yang bawa barang belanjaan atau pram/kereta bayi masih bisa muat tanpa mengganggu konsumen yang lain.

Kalo soal rasa, Kristina bilang masih enak Oriental Spoon yang menyajikan makanan khusus Korea. Buat saya pribadi juga berpendapat sama tapi melihat dari harganya saya rasa Pepper Lunch masuk akal lah dengan rasa yang seperti itu. Saya juga suka dengan suasananya dimana ada 2 sisi restoran yang berhadapan dengan jalan (karena letaknya di ujung jalan) sehingga restoran nya terlihat terang dan saya nyaman makan di situ.

Waktu makan di sini kami kebetulan sebelahan dengan 3 orang temen saya waktu kerja di Es Teler 77. Meja mereka tepat di sebelah meja kami. Sebetulnya yang temen kerja cuma 2 orang, yang satunya lagi adalah anak si pemilik Es Teler Melbourne. Namanya Nori yang dalam bahasa Jepang artinya rumput laut. Karena memang dia lahir tepat pada saat festival rumput laut di Jepang. saya kurang tau Nori lahir dimana tapi yang pasti dia bisa bahasa Jepang walaupun dia bukan orang Jepang. Kami cukup akrab karena udah sering kerja bareng dan disiksa bareng sama bokapnya yang tergila2 dengan duit.

Oya ada gosip terbaru ketika kami ketemuan di Pepper Lunch ini. Sebenernya yang bergosip cuma saya dan 2 orang lainnya, Nori ga ikutan karena dia ga bisa bahasa Indo dan topik yang digosipkan adalah tentang bokapnya yang selingkuh. Yup, pemilik Es Teler 77 Melbourne katanya sedang dalam proses cerai dengan ibunya Nori gara2 selingkuh dengan karyawan baru asal Korea.

Yak, gosipnya cukup sampai di situ dulu karena topiknya saat ini adalah tentang review restoran, jadi sangat bertolak belakang. Buat yang penasaran kenapa mereka bisa selingkuh dan gimana ceritanya? Buang jauh2 rasa penasaran itu karena ini masih gosip dan saya sendiri belum mengkonfirmasi mengenai kebenaran beritanya.

Senin, 24 Desember 2012

Barbeque di Rumah Ny

Saya harus segera menceritakan ini mumpung masih anget karena kejadiannya baru semalem. Ini adalah acara makan2 yang diadain sama Ny, temen kerja saya di pabrik. Kami barbeque-an bareng seluruh temen kerja di pabrik, kecuali Mike dan Dean. Dean yang adalah bos kami udah tentu ga bisa dateng karena tinggalnya di Brisbane, sementara Mike (Manager) saya kurang tau apakah dia tau mengenai undangan barbeque di rumah Ny. Seinget saya sih undangannya dipajang di papan yang tiap orang bisa liat. Kalo dia ga dateng mungkin ada acara keluarga. Tapi kata Jeeva, salah satu temen pabrik dari Sri Lanka bilang "Kalopun Mike tau acara ini, dia ga akan dateng karena level dia jauh di atas kita." Hmmm, sesombong itukah si Mike? Dengan ragu saya berkata dalam hati. Setau saya Mike cukup santun orangnya dan terlihat dia berusaha untuk ngajak ngobrol kita para pekerja bawahan yang memang sama sekali ga deket dengan dia karena keterbatasan bahasa. Tapi mau kaya apa si Mike sbenernya saya ga perduli, yang penting ga mengganggu kerjaan aja.

Seperti biasa yang namanya barbeque ya ga beda sama acara bakar2an kalo pas tahun baruan di Indo. Ngobrol, minum, makan, bergadang. Singkat cerita acaranya cukup membosankan karena saya dateng telat pas Jimmy (temen pabrik) dan pacarnya udah pulang. Saya sengaja dateng telat karena suhu kemaren adalah 39 derajat di siang hari. Buat temen2 pabrik mereka ga ada masalah karena mereka naik mobil sementara saya harus ngegenjot sepeda, selain berpeluh keringat saya beresiko kena kanker kulit. Jadi saya milih berangkat agak sore, toh katanya mereka berencana nginep di rumah Ny jadi ga ada yang namanya telat. Tapi ternyata pada akhirnya yang nginep cuma saya dan Thy (temen pabrik dari Kamboja).

Ada yang beda budaya barbeque di Indo dengan di Melbourne. Di sini kalo barbeque-an pake tungku barbeque yang bisa bakar sekaligus banyak sementara kalo di indo kan seadanya dari tungku yang biasa dipake sama tukang sate. Selain kapasitasnya kecil kita masih diribetin sama arang yang lebih cepet abis ketimbang di sini yang pake batubara.

Perbedaan berikutnya yang cukup mencolok adalah dari minuman yang disediakan. Softdrink adalah hal biasa kan? Gitu juga di sini. Tapi saya belom pernah bakar2an di Indo sambil minum wine. Kalo bir mungkin agak biasa karena buat yang suka bir mungkin akan berparty disertai bir. Tapi wine dimana tingkat kadar alkoholnya lebih tinggi dari bir, kalo tersedia di sebuah acara di Indo pasti tau2 orang kampung udah ada di depan rumah. Berlagak seperti hakim dunia yang tak pernah berkaca dan tak sadar akan cacat diri. Kalo di sini ente mau jungkir balik maboknya, selama ga ada orang yang terganggu ga akan ada yang komentar apalagi menghakimi. Tapi kalo sampe maboknya rese' dan ganggu orang siap2 aja digeret polisi.

Di acara semalem dimana Jeeva merencanakan nginep, ternyata harus pulang karena dia harus nganterin anaknya, Alexis ke sekolah. Mendadak banget dan terkesan menjadi alasan supaya dia pulang. Karena Karen, pacar Jeeva dari Philipina yang ikut serta di acara barbeque samalem, ga mau dia nginep dengan kondisi mabok. Soalnya Jeeva kalo mabok suka ngumpat2 dan ganggu orang lain. Karen ga mau jadi masalah dan berurusan dengan polisi.

Setelah Jeeva pulang, kami main XBox, sejenis game player saingannya PS3, bareng anaknya Ny, La Line, yang artinya "bulan di Perancis". Saya baru tau ada video game canggih bener, kagak pake yang namanya joystick atau apapun jenisnya itu yang mirip2 Nintendo. Game player ini pake sensor tubuh. Jadi dibawah layar tivi nya ada satu kotak yang berfungsi sebagai sensornya. Jadi ngendaliinnya langsung diarahin pake tangan, gitu juga dengan setiap permainannya, dikontrol langsung pake tubuh si pemain. Menurut saya game ini sangat menyehatkan, membuat tubuh bergerak (olahraga) sambil merasa fun. Saya jadi ngebayangin, jangan2 XBox punya permainan Winning Eleven (sejenis permainan sepakbola) dan karena bisa dikendalikan oleh tubuh, jadi bisa seolah2 main bola, tanpa harus keluar rumah atau ngumpulin orang2 yang tertarik main di lapangan. Belom lagi resiko ngaret dan kehujanan bisa terjadi untuk olahraga luar ruangan ini.

Abis capek main XBox, saya, Thy, Ny, dan Vincent main kartu 13. Sebutan di sini untuk permainan kartu timpuk. He3 di di Tangerang nyebutnya "timpuk", ga tau deh ditempet laen gimana. Sekitar jam 1 pagi, Vincent mengundurkan diri karena mo pulang. Tak ada yang busa menahan dia. Sepertinya urusan penting sampe dia harus pulang. Urusan apa ya kira2 tengah malem, sampe ga bisa ditunda besok pagi? Jangan2 urusan cewe nih, huaaa...

Dari keseluruhan acara barbeque-an semalem di rumah Ny, cuma satu hal yang membuat saya berkesan yakni di akhir acara. Saya dan Ny ngobrol dimana Thy sebagai penterjemah untuk Ny dan saya. Apa yang kami obrolkan? Saya akan ceritakan di postingan berikutnya. Sekarang saya mau mandi dulu, gosok gigi (dari semalem belom gosok gigi gara2 lupa bawa), terus main sama Eog... 

Senin, 17 Desember 2012

China Bar Signature - Burwood East


Makan-makan lagi kawan. Wuih banget dah, bulan Desember penuh dengan tawaran makan-makan, acara ramah tamah yang Kristina paling sebel, hahaha... Tapi kebalikannya, saya malah paling demen. Makan-makan kali ini adalah acara gethering dari pabrik tempet saya kerja. Kami makan di China Bar Signature.

Lagi? China Bar lagi? Buset, ga blenek? Namanya gratisan mana ada kata blenek, ya nggak? Tapi di China Bar yang satu ini saya jauh dari kata puas bahkan boleh dibilang kecewa, padahal dibayarin apalagi kalo bayar sendiri? Ada banyak sekali kekurangan dari chinese resto yang satu ini bila dibandingkan dengan rekan sejawatnya yang di CBD, di pojokan jalan Little Bourke St. dan Exhibition St.

Yang pertama, menunya tidak sebanyak dan sevariasi yang di CBD. Menu andalan yang saya incar dari seminggu sebelum hari-H (sejak saya tau si bos booking di sini) ternyata tidak ada. Menu tersebut adalah ceker ayam dan pancake durian. Ouch, itu aja udah bikin kecewa banget, jadinya langsung ga semangat ngambilin makanan-makanan yang lain (dasar lebay, ya?). Soalnya menurut saya menu2 yang lain rasanya ga terlalu fantastis dan saya yakin bisa dapetin menu yang mirip2 di chinese resto lainnya di kota Melbourne ini.

Yang kedua, pelayanannya parah banget, menurut saya. Di awal aja kami langsung dikejutkan dengan botol-botol anggur yang jatoh dari raknya. Uuuh, potong gaji kali itu mah. Mungkin buat sebagian orang ga ada masalah dengan kejadian tersebut tapi buat saya itu masalah banget. Saya paling ga suka denger barang yang dibanting, walaupun itu tidak disengaja. Misalnya aja ada gelas kesenggol dan jatoh, bunyinya itu bikin mood langsung jelek. Mungkin trauma masa kecil kali ya, hehehe... Selain itu pelayanan buruk lainnya adalah saya ada ambil makanan dan masih saya makan. Ketika lagi ngobrol sama temen di sebelah, objek yang dikunyah di mulut udah abis, saya mau ngelahap yang berikutnya, eh, piring saya udah ilang. Kejadiannya sampe 2x oleh karyawan yang berbeda dan ampir aja jadi 3x kalo mata saya meleng dikit dan keasikan/kebawa suasana ceria di situ. Makan jadi kagak tenang, takut makanannya diangkut. Perlu diketahui dulu sebelumnya bahwa service di China Bar, staff nya akan keliling sana kemari untuk ngambilin piring2 kosong yang habis dipakai oleh customer. Sepertinya mereka terlatih untuk ngambilin piring setengah kosong tanpa diketahui si pemilik makanan. Atau kalopun itu piring kosong, mereka tidak dilatih untuk bertanya dulu ke customer apakah mereka masih mau pake atau nggak piring tersebut. Nah ini juga bagian dari kejelekan yang saya paling benci sama orang China. Mereka punya budaya yang ga suka basa basi, terlalu malas bergaul dengan orang yang ga bisa mandarin juga. Mirip2 sama orang Vietnam, akibatnya bahasa inggris mereka tertinggal dan pergaulan mereka terbatas sekitar orang2 China aja. Sayangnya kalo profesi mereka waiter/waitress itu akan sangat mengganggu, terutama buat customer yang makan.

Yang ketiga, saya ada tanya ke staff nya “Boleh nggak saya foto2 makanan dan ruangan di sini?” Staff yang saya tanya terlihat kebingungan lalu manggil temennya, mungkin dia masih baru. Singkat cerita saya dapatkan jawaban “Boleh...” dengan penuh keyakinan staff lainnya menjawab saya. Tapi ditengah asik2 foto tiba-tiba sang Manager marah2 ke saya, nyamperin saya yang lagi asik foto2 cake, dan bilang saya ga boleh foto. Saya langsung membela diri karena ga mau disalahkan dengan mengatakan kalo staffnya sendiri sudah membolehkan saya untuk foto2. Si manager bukannya merendah/mengalah malah nimpalin balik sambil berlalu pergi “Saya managernya di sini, tanya saya, jangan tanya yang lain!!!” Wow, hebat bener, orang kaya gini bisa jadi manager resto? Dia belom tau kekuatan mulut dan promosi (promosi keburukannya yang baru saja dia lakukan). Dia kayanya ga ngerti kekuatan marketing. Sepertinya manusia ini ga paham kalo satu customer dikecewakan itu bisa jadi akhir dari segalanya, baik kerjaannya maupun restonya.

Asli deh, aksinya si Manager bikin mood saya amburadul ketika itu. Bikin emosi dan ga profesional banget. Kalo memang ga boleh foto kenapa ga dipajang tulisan “Dilarang mengambil gambar”? Atau setidaknya semua staff-staff nya tau donk kalo itu hal yang krusial dan penting untuk diketahui cutomer. Tapi kalo sampe staff nya aja bisa bilang “Boleh” sementara ketika si Manager menemukan ada customer yang ambil gambar dan customer itu dimarah-marahin, ga minta maaf, terus berlalu pergi gitu aja, apa pantes? Parah, bener-bener parah. Saya meragukan dia lulusan hospitality Australia. Yang pasti kesan buruk ini akan saya masukkan ke rating Urban Spoon, website yang menjadi acuan sebagian orang Melbourne untuk mengetahui apakah resto yang mau kita kunjungi apakah cukup layak untuk spend money there.

Oke, sekian curcolnya. 

China Bar Signature
380 Burwood Highway
Burwood East
Victoria 3151

Minggu, 16 Desember 2012

China Bar Signature - China Town



*Note: Restoran ini tidak halal

Untuk pertama kalinya saya dan Kristina makan buffe di Melbourne. Kamis, 6 Desember 2012 kami makan di sini dalam rangka farewell party dengan Reza dan Meili. Entah kapan kami bisa ketemu lagi tapi setidaknya ada kenangan seru dan tak terlupakan di acara perpisahan kita. Sekedar info, kalo makan di restoran ini jangan pas weekend, selain rame harganya juga beda. Secara keseluruhan saya dan Kristina sangat menikmati suasana restoran ini. Dari disain interiornya yang menarik dengan menampilkan lampion2, juga tumpukan2 mangkok yang diletakkan dalam rak sebagai hiasan untuk space kosong di dinding lantai 2.

Pilihan makanannya pun banyak sekali, dari seafood, poultries (daging-dagingan), cakes, sushi, dimsum, Yam Cha. Dari Peking duck sampe Shark Fin (Sirip Ikan Hiu) pun ada. Menurut Reza sup Sirip Ikan Hiu nya kurang enak, sepertinya ga asli. Atau mungkin di mix yang asli sama yang buatan. Karena mungkin kalo asli semua, ga bisa balik modal restorannya kali. Lagi pula saya makannya pun pasti disertai rasa bersalah. 

Yang paling saya suka dari restoran ini adalah menu Chicken feet (Ceker ayam) yang rasanya bisa nandingin ceker ayamnya Quang Tao, resto Vietnam tempat kami makan bareng setelah pembabtisan Eog. Menu lainnya lagi yang jadi incaran terus2an adalah Durian Pancake. Orang Indo udah pasti jarang yang ga suka Durian, tapi berhubung ini di Melbourne dan orang Indonya yang makan di sini pada waktu itu sepertinya hanya 2 meja, meja kami dan ada satu meja lagi yang isinya orang Indo juga, jadi Durian Pancake nya banyak, jarang yang ambil. 

Berhubung saya ga suka Seafood apalagi yang namanya udang, jadi saya sama sekali ga ngambil jenis makanan tersebut. Tapi saya ada nyicip barang satu atau dua biji dari setiap jenis masakan seafood yang diambil sama Kristina. Kristina suka banget sama yang namanya kerang-kerangan. Kalo udah makan kerang atau shell atau apapun namanya, dia bisa kalap. Ditambah lagi ada Durin Pancake, wah waktu itu kepalanya sempet pusing katanya. Saya ga ngerti gimana ngejelasin kenapa bisa pusing, bukan waktunya saya berteori, hehehehe... Tapi yang saya tau menu Seafood memang tinggi kolesterol, bukan begitu? Dulu aja waktu pulang ke Pekalongan, kampung halamannya, Kristina pernah nyikat kerang darah rebus satu kilo, dimakan sendiri. Abis itu kepalanya langsung pusing, hahaha...

Ada menu lain yang saya suka jug di sini yaitu rumput laut. Disajikan dalam cangkir kecil-kecil seukuran cangkir teh. Sekali rauk pake sumpit langsung abis. Jadi biar ga repot biasanya saya ambil sekaligus tiga atau empat cangkir gitu.

Konsep restoran ini cukup unik untuk ukuran buffe, dimana dengan harga $59.99 untuk Dinner kita Cuma punya waktu 2 jam makan sepuasnya dengan minum air putih, tentunya sepuasnya juga. Setau saya kalo makan bufee biasanya minumannya juga gratis, maksudnya bisa milih minuman apa aja, tapi nggak di China Bar ini. Minuman yang boleh ditenggak sepuasnya Cuma air putih, selainnya harus beli. Setelah mendekati 2 jam, biasanya kita di kasi bill sebagai tanda bahwa waktunya udah hampir habis. Tapi itu kalau restorannya lagi rame booking-an atau udah banyak orang yang antri di luar sana. Kalo sepi, ya kita bisa lanjut terus sampe tutup. Intinya kalo bill udah dikasi, cobalah untuk clingak-clinguk kursi di sekitar kita, penuh atau nggak. Terus orang di luar ada yang antri apa nggak. Kalo nggak ya, sikat terus. Abisin dah ceker ayam, pancake durian, sama rumput lautnya, hahahaha... Itu menu saya sih...

Ada keuntungan nya kalo makan di China Bar yang di City. Karena tempetnya 2 lantai, lebih luas, jadi kemungkinan untuk makan lebih dari 2 jam lebih besar ketimbang China Bar yang di Burwood Highway. Selain itu pilihan makanannya juga lebih banyak dan rasanya lebih enak.

Selain makanan-makanan yang siap disantap, ada juga makanan-makanan yang penyajiannya harus dimasak dulu, alias kita harus menunggu si koki masakin buat kita. Dari setiap menu yang ada di China Bar ini pasti di sebelahnya ada namanya, baik dalam tulisan mandarin maupun inggris. Ciri-ciri makanan yang harus dimasak dulu adalah kalo ada kokinya di counter tersebut yang lagi sibuk ngoseng2, terus ada nama menu makanan tapi ga ada makanannya, nah itu berarti si koki lagi bikinin. 

Ruangan di lantai 2
Untuk bisa ke restoran ini ada banyak cara. Seandainya anda tinggal di CBD, anda bisa jalan kaki melewati China Town (Little Burke Street) sampe Exhibition Street. Atau naik tram dari Bourke St. lalu turun di Exhibition St. terus jalan kaki 1 blok. Posisi restoran ini ada di pojokan antara Little Bourke St. dan Exhibition St. Atau kalo anda dateng dengan kereta dari suburb, anda bisa turun di Parliament Station, lalu jalan kaki. 


China Bar Signature
222 Exhibition Street
Melbourne CBD
Victoria, 3000

Sabtu, 15 Desember 2012

Natal Bersama Doutta Galla - Grantham Green


Rabu, 12 Desember 2012 pukul 6 sore kami menghadiri perayaan natal di tempet kerja Kristina di Panti Jompo Doutta Galla, Grantam Green, yang letaknya tepat di arah jam 2, di seberang rumah kami. Pulang kerja sampe rumah jam 5 sore saya masih sempet berleha-leha dulu sebelum otot perut bekerja ekstra keras malam nya karena harus mengolah banyak makanan di perayaan tersebut.

Secara keseluruhan kesan yang saya dapet dari perayaan natal bersama nenek2 ini adalah baik. Ada 2 poin penting yang saya ambil dari perayaan tersebut, yang pertama “Hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan”. Menyia-nyiakannya berawal dari masalah sepele seperti makanan sehari-hari. Hindari rokok, alkohol, soda, daging, dairy food (makanan produk dari susu) seperti keju, es krim, mentega dan susu itu sendiri dan olahraga minimal 4x seminggu . Mungkin anda bingung kenapa dairy food termasuk dalam list yang harus dihindari. Untuk tau lebih jelas baca di sini:


Setelah baca ini dan menelusurinya, saya segera berusaha untuk ga mendapatkan asupan dairy food. Ternyata sulit karena saya baru sadar hampir semua makan terutama cemilan saya mengandung dairy food. Tapi saya yakin pasti bisa karena saya mau di usia senja saya masih fit dan mampu beraktifitas normal. Oya, kalo saya bisa hindari semua asupan di atas tapi ga olahraga gimana? Jawabannya adalah anda akan sehat, tapi otot tubuh anda lemah. Mungkin berjalan saja butuh waktu lama ketimbang mereka yang menyertainya dengan olahraga.

Hal penting kedua yang saya ambil adalah “Milikilah sifat, sikap, dan segala hal positif yang diajarkan agama”.  Kenapa? Karena di usia senja nanti otak kita bekerja seperti anak kecil lagi yang hanya menginginkan apa yang diinginkan, membuang apa yang dibenci, melempar apa yang membosankan. Jika sejak muda kita tidak terbiasa mengendalikan diri, niscaya ketika kita tua nanti kebiasaan kita lah yang mengontrol kita bukan kita yang mengontrol kebiasaan itu. Apalagi ketika sejak muda segala macam asupan yang saya sebutkan di atas tadi masuk terus tanpa kontrol, dijamin 100% anda akan mengalami yang namanya Dementia, level terendah sebelum Alzeimer (lupa ingatan). Itu jika anda beruntung, kalo nggak beruntung ya umur anda pendek, alias mati muda gara2 kanker atau penyakit lain. Atau kalo anda diberi umur panjang ketidak-beruntungan anda adalah Alzeimer.

Kitab suci udah bilang, apa yang ditabur, itu yang dituai. Jadi anda harus mengerti resikonya kalo anda memang mau menikmati asupan2 di atas. Tau resikonya bukan berarti mengerti. Untuk bisa mengerti cobalah anda kerja volunteer di panti jompo. Coba urusin mereka yang udah Dementia dan punya kebiasan2 buruk seperti mengumpat, sombong, atau pilih2 dalam segala hal sampai2 membuat anda yang udah keletihan merasa tidak dihargai. Lihat dan perhatikan tingkah mereka. Anda akan seperti itu nantinya.

Mengenai acaranya saya cukup menikmati ketika di awal saya melihat ada teriakan “Ho... ho... ho...” tanda Mr. Sinterklas datang. Kedatangan Sinterklas tentunya disertai kado dan pembagian kado diperuntukan bagi para kakek/nenek dengan tujuan menghibur mereka. Entahlah apakah itu kado yang mereka minta atau hanya inisiatif dari para staff pengasuh. Satu per satu nama kakek/nenek dipanggil, ada yang ngeh namanya disebut dengan mengacungkan tangan, ada juga yang melongoh doank sepanjang acara, ga ngerti ini ada apa di tempat tinggalnya, kenapa rame bener orang2 di sini. Otomatis kalo udah begitu ya staff yang berada di setiap spot diminta untuk clingak-clinguk siapa tau orang yang dimaksud ada di sekitar situ. 

Sambil pembagian hadiah, Kristina menyempatkan diri berfoto dengan beberapa staff dan penghuni panti jompo, salah satunya Trudy yang ceria banget. Bisa terlihat aura cerianya selama dia membawakan acara, dan entah kenapa orang ceria itu selalu terkesan semangat. Mungkin karena itu orang2 lebih seneng dan gampang bertemen dengan orang yang ceria ya. Trudy ini yang kasi topi natal yang dipake Eog di foto.

Kristina juga ada sempat berfoto dengan Leah, salah satu staff yang lagi kerja waktu itu. Leah ini asalnya dari Philipina dan para kakek/nenek sering manggil Kristina dengan nama Leah, soalnya para kakek/nenek mengira mereka adalah orang yang sama.


Ketika ada kesempatan kosong, Trudy segera memanggil Kristina untuk mendudukan Eog di pangkuan Sinterklas yang adalah penghuni panti jompo juga. Ditemani Andrea mantan staff Doutta Galla juga yang ceritanya sebagai si Pit Hitam dan dengan posisi seadanya, si kakek Sinterklas terlihat seolah mau membetulkan posisi Eog di pangkuannya tapi sepertinya si kakek tidak cukup kuat untuk mengangkat. Ditambah lagi sayanya terus jepret foto jadi si kakek Sinterklas bingung mau benerin posisi dulu atau membiarkan jepretan fotonya dulu biar bagus. Dan yang bikin geli kumis si Sinterklas posisinya udah pindah jadi ke jenggot. Aduh, kakek, sepertinya makin tua kok makin kehilangan kendali atas tubuh untuk bisa bergerak cepat. Hahahaha...

Setiap penghuni pasti punya keluarga misalnya anaknya, saudaranya, atau bahkan cucunya. Mereka semua diundang juga untuk hadir di setiap acara kebersamaan panti jompo dengan tujuan tentunya membahagiakan para kakek/nenek ini di akhir hidupnya. Sialnya, ada dari mereka yang ga punya siapa2. Mungkin dulu dia anak tunggal terus ga menikah, udah deh ga punya siapa2 jadi ga ada yang pernah mengunjung. Tapi ada pula dari mereka yang menikah tapi ga tau kalo pasangannya itu udah “ngeduluin” dia alias meninggal. Sepanjang hari nungguin dijambangin di panti jompo tapi tak kunjung datang. Nah ini dia salah satu efek Dementia, anda akan seperti ini nantinya jika anda masih mempertahankan rokok di bibir anda.

Acara berlanjut setelah pembagian kado ke acara puncak, yaitu makan-makan, hehehe... Acara yang saya tunggu dari tadi sebenernya. Karena lomayan lama pembagian kadonya berhubung penghuninya ada sekitar 40 orang dan terdapat undangan para jompo dari panti jompo yang lain pula. Jadi kurang lebih memakan waktu 1 jam. untuk udah ganjel indomi 2 bungkus sebelum dateng, jadi ga terlalu keroncongan.

Denger2 cheft nya dateng buat bikin makanannya ini semua dari jam 3 pagi lho padahal dia dibayar mulai jam 7 pagi. Nama Cheft nya Anna, orang Kroasia dan dia sangat berdedikasi pada tempet kerjanya ini karena dia berpikir suatu hari nanti dia juga akan menjadi penghuni panti jompo, jadi dia mau mengerjakan pekerjaannya asal2 jadi. Ga Cuma enak dimakan semua makanannya tapi hiasannya pun menarik padahal simple.

Sebenernya sebelumnya saya punya banyak cerita yang mau saya sampaikan di blog ini. Cerita mengenai masing2 penghuni panti jompo, tapi Kristina mengingatkan bahwa itu ga boleh diceritakan karena sifatnya pribadi dan ga boleh disebar-luaskan. Oke, baiklah kalo begitu. Saya hanya akan menceritakan yang enteng2 saya. Seperti penghuni yang satu ini, para pengasuh memanggilnya Jimmy tapi nama aslinya adalah Cihan Aslan. Tak jelas dari mana asalnya tapi yang pasti Jimmy ini berasal dari Timur Tengah dan dia beragama Islam. Jimmy punya keunikan tersendiri yakni selalu kasi permen lolipop ke setiap orang yang dia senangi. Eog contohnya, udah 2 kali ketemu dengan Jimmy dan 2x pula dia kasi lolipop tanpa dia perduli lolipop nya dimakan sama siapa atau malah dibuang, dia tetep aja kasi. Jimmy juga punya hewan piaraan, namany Johny, seekor bebek. Letak panti jompo Dautta Galla, Grantham Green ini dekat dengan sebuah sungai dimana sering ada beberapa bebek di situ. Jimmy sering menghampiri sungai tersebut dan memberi makan bebek2 di sana. Ketika saya dan Kristina sempat lewat sungai itu, saya tanya bebek yang mana yang namanya Johny? Kristina pun tak tau karena semuanya dipanggil Johny sama Jimmy. Keunikan lain dari Jimmy adalah dia selalu manggil setiap pengasuh dengan sebutan “Mami” karena dia kesulitan mengingat nama.

Di setiap kamar penghuni terdapat papan nama dari si penghuni yang bersangkutan. Dan keunikan lain tentang Jimmy adalah di papan namanya tepatnya di bawah namanya terdapat tulisan “General Manager”. What? Apa maksudnya ini? Saya iseng2 tanya sama Jimmy nya langsung yang kebetulan ada di dekat kami yang lagi asik menyantap pastel. Jawabannya jujur aja saya bingung. Entahlah apa itu menjawab pertanyaan saya atau tidak, tapi keterbatasan inggris saya menyimpulkan dia malah ngejelasin apa itu “General Manager” bukannya ngejelasin kenapa ada tulisan itu di papan namanya.

Penghuni berikutnya yang masih masuk kategori layak untuk diceritakan adalah si kakek John. Kakek John, pernah nunjukin fotonya waktu dia muda ke Kristina. Kata Kristina waktu muda kakek John ini mirip sama aktor Holywood, Nicolas Cage. Kakek John ini masih bisa dibilang waras lah karena saya ajak ngomong semua pembicaraan kita nyambung, Cuma dia harus pake alat bantu jalan aja karena badannya udah ga kuat. Selama acara berlangsung saya ada sempet beberapa kali ambil gambar kakek John dengan Zlata sang pengasuh. Yang bikin saya geli adalah Zlata sering banget mainin jenggotnya kakek John yang udah putih semua itu sambil ngeledek-ledekin. 

Ditengah acara kami sempat mengobrol dengan anak dan cucu dari Gwen, penghuni panti jompo. Si cucu yang bernama David, ternyata dari kecil sering difoto2 terus pas udah bisa jalan dia sempet jadi model. Tapi katanya dia yang sekarang berusia 14 tahun udah ga jadi model lagi karena udah terlalu sibuk sama aktivitasnya di sekolah sekaligus olahraga. Olahraga apa? Kalo anda tinggal di Ausie anda pasti bisa nebak olahraga apa yang saya maksud. Mereka menyebutnya Football tapi ini bukan sepak bola. Olahraga ini lebih mendekati Rugby, tapi tanpa pelindung tubuh seperti helm atau pelindung bahu. Buat saya olahraga ini olahraga orang gila, yang sama sekali ga mengutamakan keselamatan pemainnya. Anehnya orang Ausie tergila2 dengan olahraga ini. Kalo sampe ada momen pertandingan lokal, udah pasti deh stasiun kereta api penuh sesak.
Kami juga sempet ketemu Jam temen kerja Kristina yang harusnya udah kelar kerja tapi dia dateng lagi buat ngisi acara, dan Jessica adiknya. Jessica ini punya keunikan hobi yaitu, memelihara binatang eksotik, yaitu Blue Tangue Lizard (kadal lidah biru). Ih, saya aja liat foto di google udah merinding, kok ya ada anak kecil malah tertarik pelihara binatang kaya gitu. Dan entah seperti kekuatan pikirannya Jessica atau hanya kebetulan, Jessica mengharapkan memiliki kadal yang sama satu lagi supaya kadalnya punya temen. Tiba2 aja pabrik tempat saya kerja ditemukan kadal yang sama seperti yang Jessica perlihara, Blue Tangue Lizard, iiiiihhh... Setelah ditangkap saya minta itu kadal buat saya kasi ke Jessica dan sepertinya dia seneng dengan kadalnya, hanya saja terlalu besar, sementara kadal yang dia punya sebelumnya berukuran setengah dari yang saya kasi. Gpp, Jes, kalo kamu keberatan buang aja, ga usah repot2 dibalikin ke saya.

Setelah makan2, Jam dan Amanda, keduanya temen kerja Kristina, mengisi acara dengan menyanyikan lagu natal. Spontan para hadirin terutama kakek/nenek ikut bernyanyi menyemarakan suasana. Jam pada posisi gitar dan Amanda di posisi vokal. Setelah menyanyikan sekitar 10 lagu, suasanya disemarakan lagi dengan tarian dari Poni, salah satu staff di situ juga. Poni menyemarakkan dengan tarian dari Tonga dan kebetulan Poni juga dari Tonga, tarian yang kekuatannya ada di goyangan pinggul. Kristina merasa adem ayem aja saya nonton tariannya Poni, karena dia tau saya ga bakalan kesem-sem sama si Poni. Istilahnya mah bukan tipe saya lah. Pasti anda baru denger yang namanya Tonga. Itu sebuah negara lho, anda tau? Weleh, weleh, weleh... Kalo anda tau berarti anda lebih hebat dari saya. saya aja baru tau kalo ada negara yang namanya Tonga, luasnya kira2 setengahnya Singapura, seupluk doank. Kena tsunami juga lenyap itu pulau...

Tarian Gangnam Style
Setelah tarian dari Poni selesai saya balik ke tempet makan maksudnya mo ngambil dessert gitu. berhubung saya ga tau acara selanjutnya apa jadi saya berlama2 di ruang makanan sambil foto2 dessert nya. Tiba2 ada lagu Gangnam Style terdengar di luar sana. Wah, apa lagi nih? Kenapa harus Gangnam Style sih? Ini lagu populer banget, sampe semua orang memperdengarkannya. Bahkan grup tarian yang lagi pentas ternyata mempertunjukkan tarian Gangnam Style. Oh, my jot. Tapi berhubung ini momen, jadi saya foto aja. Tapi ternyata lucu juga, terutama ketika melihat Jessica di situ dan satu anak cowok (sepertinya seumuran Jessica) menari dengan lancar dan hafal setiap gerakan, walaupun ga kompak.

Sekiran laporan acara natal bersama kakek/nenek di panti jompo Doutta Galla, Grantham Green. Merry Chrismast semua...



Minggu, 09 Desember 2012

Happy Birthday Kristina 31th


Saya baru sadar setelah bongkar2 foto, ternyata ada begitu banyak moment yang belum saya posting, salah satunya ini, ulang tahun Kristina yang ke 31 tanggal 14 Juli yang lalu. Lama banget ya udah, dan basi banget ceritanya tapi saya tetep harus ceritain sebelum tahun berganti dan kenangan itu semakin memudar. Berhubung Kristina lagi kerja dan Eog udah ada yang handle (Maminya Kristina) jadi saya punya waktu untuk nambah postingan.

Oke, to the point aja, soalnya waktu yang saya punya sedikit sementara topiknya menumpuk. Ultah Kristina kami rayain dengan makan2 di restoran Korea Toodouri yang berseberangan dengan Queen Victoria Market, pasar yang dikenal murah dan sudah ada sejak 1850an. Murah sebenernya relatif, karena saya menemukan banyak pasar yang lebih murah ketimbang Queen Victoria Market ini. Mungkin maksudnya murah buat yang tinggal di City kali ya.

Di Toodouri kami pesen barbeque, kimchi pancake, dan... Ya ampun saya lupa semua namanya gara2 ga langsung diceritain di blog sih deket2 moment nya kemaren. Saya aplot fotonya aja ya. Mungkin buat mereka pecinta masakan Korea hanya dengan melihat gambarnya mungkin langsung tau apa itu namanya. Tapi tidak dengan saya. Maksudnya saya suka dengan Korean Food tapi saya punya masalah yaitu sulit mengingat nama, baik nama orang, judul film, ataupun masakan/makanan.

Meili dan Reza ada kasi kado buat Kristina seperangkat food processor dimana ada blender juga salah satunya. Sayang sekarang ga bisa dipake lagi karena rusak. Entah karena Russel Hobbs bukan merek bagus atau karena Kristina yang tiap hari pake jadi mesinnya ga sempet ngaso. Tapi yang pasti nilai ekonomisnya udah kami nikmatin dan seandainya kita punya receipt nya pasti bisa dikembaliin ke tokonya dan minta uang kembali.

Dewi salah satu teman kami yang diundang makan bareng juga pada waktu itu ga bisa dateng karena ada urusan katanya. Entah urusan apa, tapi yang pasti momen nya terlewat tanpa dia, momen yang tidak bisa diulang. Tapi pas pulang ke rumah Dewi ada kasi kado ke Kristina yaitu sepatu Crock warna hitam cocok buat dipakai kerja di panti jompo. Tapi berhubung pada waktu itu Kristina lagi hamil, ternyata ukuran kakinya membesar jadi ga bisa dipake. Alhasil sepatunya disimpen dulu sampe bayinya brojol, nah, sekarang baru deh Kristina bisa pake sepatunya.

Keesokan harinya Reza dan Meili dateng lagi mengantarkan banyak makanan harus percobaannya sekaligus untuk merayakn ultahnya Kristina. Kebetulan waktu itu juga ada Jam, temen kerja Kristina dari Philipina jadi cukup ramai orang2 yang hadir pada malam itu. Dan sekali lagi Dewi tidak ada di tempat. Saya lupa dimana dia, apakah dia kerja atau mengurus ‘urusan’ lagi. Entahlah, terlalu banyak urusan teman kami satu ini.

Pada waktu itu Reza dan Meili membawa 2 macam makanan yang tidak bisa kami habiskan dalam semalam itu. Yang pertama Sticky Dates yang terbuat dari kurma, oh my jot, enaaak buanget... Saya baru pertama kalinya makan Sticky Dates jadi ga ada pembandingnya. Tapi saya yang penyuka kue2 dan cake berani katakan ini enak dan tamparan buat saya karena saya bilang sebelumnya “Kok bentukannya kayanya ga enak ya, Za?” Sticky Dates yang berwarna coklat tua seperti Black Forrest ini dimakan dengan kuah kental yang berwarna coklat muda. Kuahnya ini yang membuat saya memandang sebelah mata dalam hal rasa. Tapi saya tertohok dan tertampar bolak balik, malah kuahnya lah yang bikin enak dan paling enak. Asem tenan ik... Bikin saya malu aja waktu itu. Awalnya bilang ga enak tapi abis itu nambah.

Lanjut ke makanan yang kedua yang dibawa Reza dan Meili adalah Pastel Tutup. Ini sebenernya sama enaknya dengan Sticky Dates tadi. Hanya saja Pastel Tutup ini bukan sejenis cake, melainkn seperti pastel, jadi lebih ke rasa asin sementara  Sticky Dates rasanya manis. Sayang banget, saya keburu kalap waktu itu dengan melahap Sticky Dates terlalu banyak sehingga Pastel Tutup nya saya hanya mencicipi 1 piring saja. Isi dari Pastel Tutup tersebut sama halnya seperti pastel pada umunya, ada kentang, wortel, bihun/so’un. Hanya saja terdapat kuah2 bumbu di dalamnya yang menambah kenikmatan tersendiri bagi saya.

Saya heran sama Reza ini, naluri masaknya bener2 jalan. Ternyata Sticky Dates itu adalah menu di restoran Malaysia tempet dia kerja. Dan entah dari mana dia dapet resepnya, pastinya bukan tertulis. Mungkin dia sempet melihat bagaimana cara pembuatannya ketika di dapur restoran. Atau mungkin saja sang koki Cuma menceritakan secara lisan proses pembuatannya. Inilah yang disebut talenta. Ketika kita sudah menemukan apa talenta kita, maka sesusah apapun rintangan hidup rasanya tetep bisa menikmati pekerjaan. Tantangan buat saya untuk menemukan apa sebenernya talenta saya.

Oya, ada yang kelupaan cerita. Dikarenakan waktu pentraktiran temen kami Dewi ga bisa hadir maka kami merencanakan pentraktiran spesial buat dia. Kami makan bareng di Quang Vinh, restoran Vietnam yang selalu rame padahal harganya ga murah2 amat. Quang Vinh ini berbeda dengan Quang Tao tempet kami makan bareng pas Eog dibabtis. Mungkin mereka masih sodara kali ya, abis namanya mirip2, pasti mereka dari keluarga Quang, xixixixi... 

Quang Vinh masih satu deret dengan Quang Tao dan tempetnya dua kali lebih luas dari Quang Tao. Di Quang  Vinh ini Kristina paling suka Custard Apple Juice (jus sirsak) nya karena katanya lebih kental dan lebih berasa sirsaknya dibanding Song Huong. Jus alpukatnya pun begitu tapi sepertinya Kristina lebih milih Quang Vin. Untuk lebih jelasnya mengenai Quang Vin Resto silahkan baca di sini

Sepertinya Dewi pada waktu itu memang momennya pas sibuk2nya atau jangan2 dia mengekskulsifkan dirinya? Entahlah, hanya langit dan Dewi saja yang tau. Pentraktirn Dewi pun kami lakukan pada saat malam hari setelah dia pulang kerja. Dewi berangkat dengan menggunakan Jaket winternya yang baru saja dia beli. Padahal pada waktu itu winter sudah mau selesai.
Sticky Dates dan Pastel Tutup
Penyajian Sticky Dates
Kado dari Dewi
Atas: Saya, Reza
Bawah: Meili, Jam, Kristina