About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Sabtu, 09 Juli 2011

Jika Jawaban Tuhan: "Tidak!"

Setiap hari selasa malam saya sebenernya ada kegiatan Study Bible di gereja St. Augustine di Jalan Bourke Street deket Southern Cross station. Tapi belakangan ini udah lama ga dateng gara2nya cuaca dingin banget dan ditambah lagi ada perbaikan rel kereta searah perjalanan saya pulang. Jadi selalu ada aja alasan untuk ga hadir ke group ini untuk belajar Alkitab. Tapi entah ada angin apa kemaren ini justru saya udah kangen banget pengen hadir ke cell group ini.

Acaranya biasa dimulai jam 7.30pm. berhubung saya selesai kerja jam 5.30pm jadi saya punya banyak waktu luang dan kemaren ini saya pake doa di gereja. Saya sampe gereja tepat jam 6pm dan aneh banget buat saya karena saya bisa ngebacot sama Tuhan selama 1,5jam. Jadi selama menunggu itu saya bener2 pake buat doa. Doa semua permasalahan saya dari orang tua, adik, keuangan, permasalahan di tempet kerja.

Nah yang saya mo ceritain adalah udah lama banget saya selalu doa sama Tuhan untuk dikasi peluang untuk pindah kerja. Karena suasana kerja di tempet sekarang ini buat saya udah ga kondusif lagi. Saya kurang suka dengan perlakuan pemiliknya yang kalo ngomong seenak jigongnya dia tanpa memikirkan omongannya itu nyakitin hati orang lain apa ga. Yang penting bagi dia pesan yang mo disampaikan terlaksana dan mungkin emosinya dia pun terlampiaskan. Udah gitu ditambah lagi perlakuannya mulai beda sejak saya minta ijin untuk pergi ke bank pada waktu jam kerja untuk ngerubah password ATM saya. Sepertinya dia mengira saya interview dan dari sejak itu bener2 kerasa sikapnya beda banget.

Nah udah hampir 1 bulan bacotan saya ke Tuhan untuk dikasi kesempatan pindah kerja kok ga ada tanda2 dijawab nih. Saya bilang ke Tuhan kalo saya ini siap untuk kerja keras jadi tolong diberi kesempatan untuk dapetin pekerjaan yang lebih baik. Saya juga udah kirim lamaran2 baik online maupun kasi CV di tempat yang pasang iklan lowongan. Semuanya seperti sia2 belaka, ga ada tanda2 panggilan interview. Telpon ga pernah bunyi. Kalo pun bunyi paling2 Kristina atau bos saya yang dari tempet kerja yang lain yang telpon.

Jadinya waktu luang sambil nunggu cell group nya dimulai saya ngeluh sama Babeh. “Katanya Engkau sahabat? Katanya Engkau mendengar doa setiap anak2Mu? Tapi doa saya kok ga pernah ditanggepin? Minimal anggukan kepala kek atau deheman gitu. Saya doa seperti ngomong sama batu. Engkau bukan batu khan? Jadi bisa ga kasi jawaban kenapa kesempatan saya untuk pindah kerja kok seperti ditutup2in?”

Berhubung waktu udah menunjuk jam 7.30pm jadinya saya selesaikan saja sampai di situ pembicaraan sama Bos Besar. Dan cell group pun dimulai yang waktu itu ngebahas tentang penabur benih. Benih yang ditabur ada yang jatoh ke tanah yang subur, ada juga yang jatoh ke tanah tandus. Bahkan ada yang jatoh ke bebatuan. Nah, tiba2 perhatian saya langsung tertuju pada Ignatius, salah satu anggota di cell group. Saya lupa konteksnya bagaimana tapi yang saya inget dia ngomong begini: “Ga perduli berapa kali atau berapa lama kamu berdoa, yang terpenting adalah kamu bertumbuh.”

Ini beneran kaya jawaban Tuhan deh. Pasalnya Ignatius itu bukan tipe orang yang kalo ngomong semua orang pada merhatiin. Tapi dia tipe orang yang justru kebalikannya, suaranya itu ga bisa menarik perhatian orang. Apalagi waktu itu konteksnya lagi menanggapi suatu kasus (tapi saya lupa) dan semua orang pada ngomong menanggapi kasus tersebut. Anehnya kenapa kuping saya malah ngedenger omongannya Ignatius ditambah lagi saya ada masalah dalam hal Listening bahasa inggris. Ini bener2 aneh, bener2 aneh. Saya merasa seperti berbicara sama Tuhan. Karena barusan aja saya ngeluh kenapa dia ga pernah jawab doa saya. Eh, Tuhan langsung ngomong. Barusan juga saya tanya kenapa saya ga pernah diberi kesempatan kerja di tempet yang lebih baik, eh dijawab.

Sekarang saya tau, ga perduli doa saya dikabulin apa ga karena bukan itu poin terpenting bagi Tuhan, yang terpenting adalah sayanya bertumbuh di dalam Dia. Sayanya harus terus ngandelin Dia dalam keseharian saya baik lagi susah maupun pas lagi seneng. Makasi ya, Tuhan atas jawabannya. Saya janji ga akan memaksakan kehendak/keinginan saya untuk dikabulin. Karena Tuhannya Engkau bukan saya.

Minggu, 03 Juli 2011

Islam



Hasrat untuk mempelajari tentang Islam sebenernya udah ada dari sejak saya di SMP. Hanya saja selalu berpikir 2x untuk masuk ke mesjid sebagai sarana termudah untuk mempelajarinya karena terlalu seringnya saya mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari mereka yang muslim jadi selalu mengurungkan niat untuk pergi ke mesjid di waktu2 kosong setelah pulang sekolah. Diskriminasi yang selalu ditampilkan terhadap mereka yang non-muslim juga menjadi salah satu alasan untuk mengetahui lebih dalam tentang Islam. Sampe sekarang rasa ingin tau tentang Islam masih ada walaupun udah terlampiaskan sedikit demi sedikit karena banyak bertanya dan berdiskusi dengan mereka yang muslim.

Entah udah berapa banyak orang yang tanyain tentang Islam dan kaitannya terhadap diskriminasi, kejahatan, dan sikap mayoritas warga muslim yang selalu membuat kesal pada umumnya selama saya tinggal di tangerang, jakarta, dan yogya. Semua jawaban mereka ga ada yang jelas, menggantung dan bener2 bisa terbantahkan. Pertanyaan simpel aja mereka ga bisa jawab kok seperti: kenapa wanita ga perlu ke mesjid? Kalopun mereka ke mesjid kenapa harus duduk di belakangan sementara para pria duduk di depan?

Satu orang temen kerja saya namanya si R bilang kalo di Islam wanita itu diagungkan, tapi ketika saya menanyakan 2 pertanyaan di atas dia bingung, ga bisa jawab. Dia hanya tau kalo wanita itu agung di mata Islam tapi ga tau sebabnya. Kalo memang agung kenapa para pria banyak yang melecehkan? Tak sadarkah hukum Islam ini membuat wanita semakin sulit bergerak. Contohnya aja di semua negara Islam di Timur Tengah yang saya tau wanita terpaksa rela menjadi istri kedua atau ketiga hanya demi bisa beraktifitas di luar rumah. Karena di sana wanita yang keluar sendirian tanpa ditemani laki2 akan berbahaya dan cenderung akan mengalami kejahatan. Beruntung kalo wanita tersebut masih punya papa atau setidaknya sodara laki2, jadi dia ga perlu jadi istri ke sekian. Karenanya wanita di sana cenderung lebih rendah pendidikannya ketimbang pria dan hanya bisa melakukan aktifitas di dalam rumah: Dapur, Sumur, Kasur...

Saya pernah baca berita di Yahoo yang menceritakan tentang seorang wanita di Arab Saudi yang memperjuangkan persamaan derajat dengan pria. Dia sengaja mengupload video dirinya yang menyetir mobil di situs Youtube. Perlu diketahui sebelumnya bahwa wanita juga ga boleh melakukan aktifitas pria di negera Muslim. Menyetir termasuk aktifitas pria. Entah udah berapa kali dia dipenjara dan kena sanksi biaya, tapi dia tetep kekeh memperjuangkan supaya wanita punya kesempatan yang sama seperti pria karena menurutnya hukum Islam yang di terapkan di masyarakatnya ga sesuai dengan Alquran yang dia imani selama ini. Sayang saya lupa namanya, harap maklumlah, orang sanguin memang sesah untuk mengingat nama.

Kalo bicara soal pemahaman masyarakat muslim tentang Alquran Sepertinya boleh saya simpulkan bahwa warga muslim khususnya di Indonesia sepertinya salah mengetahui ajaran agamanya. Saya bisa simpulkan seperti itu karena setelah ketemu orang ini di tempet kerja saya. Namanya Si A, warga negara Malaysia yang datang ke Melbourne bersama suami dan 2 orang anaknya. Suaminya kuliah S2 Enginering di Melbourne dan pada waktu anak2nya sekolah dia kerja di restoran jadi waiter.

Diskusi kami berawal dari paradigma saya tentang Islam yang menurut saya setiap laki2 muslim sangat egois dan sombong, merasa derajatnya lebih tinggi dari wanita dan wanita di Islam selalu direndahkan. Wanita selalu jadi korban seksual pria dan kalo si wanita membela diri sehingga menyebabkan si pria cidera atau tewas, wanita pastilah jadi tersangkanya. Contohnya aja kasus yang belom lama ini di Arab Saudi, TKI Indonesia terpaksa harus menjalani hukuman penggal dikarenakan membunuh majikannya yang ingin memperkosa dia. Jelas2 itu pembelaan diri dan keluarga korban meminta uang pengganti nyawa sebesar kalo ga salah Rp 3 milyar barulah kasusnya akan ditutup, kalo ga, ya terpaksa hukum Arab Saudi yang diberlakukan yaitu penggal. Nyawa balas nyawa (Hukum Taurat).

Jadi dari paradigma saya tentang Islam dan kaitannya dengan sex saya jadi ingin tau apakah pria muslim ada usaha untuk memuaskan istrinya? Atau wanita hanyalah objek sex bagi pria Muslim? Jawaban yang saya dapet cukup membuat rasa penasaran terpuaskan sedikit. Si A menjelaskan hal yang sama seperti teman saya Si R bahwasannya wanita adalah makhluk paling mulia dan agung ketimbang pria. Tapi Si A lebih mendasar karena dia menarik ayat Alquran yang menceritakan tentang Muhamad yang pada waktu itu sedang berbicara dengan ALLAH dan dia bertanya pada ALLAH “Engkau adalah yang pertama untuk didahulukan dalam hidup, siapakah yang kedua?” Jawab ALLAH “Ibumu.” Muhamad bertanya lagi “Siapa yang ketiga?” Jawab ALLAH “Ibumu.” Untuk kesekian kalinya Muhamad bertanya lagi “Siapa yang keempat?” Jawab ALLAH “Ibumu.” Maka mengertilah Muhamad yang dimaksudkan oleh ALLAH bahwa wanitalah yang harus diutamakan dari segala2nya setelah ALLAH.

Yak, kurang lebih kata2nya seperti itu. Saya nulis dengan bahasa saya jadi besar kemungkinannya ga mirip dengan yang tertulis di Alquran. Tapi kurang lebih intinya sama seperti yang disampaikan Si A pada saya.

Setelah menyampaikan ayat Alquran tersebut dia langsung lanjut memberikan contoh konkritnya. Dia punya temen kerja waktu masih tinggal di Malaysia, pria keturunan Arab yang udah jadi warga negara Malaysia. Setelah menikah mereka punya bayi pertama. Apa yang terjadi setelah bayinya lahir, justru membuka mata saya tentang Islam. Setiap kali ketemu di tempat kerja, pria Arab ini selalu keliatan lesu, lemas, seperti ga bertenaga. Kantung matanya pun makin lama makin besar. Si A pun bertanya ada apa dengan dia belakangan ini, kok sejak punya bayi kamu keliatan capek? Pria Arab ini jawab kalo dia harus ngurusin bayinya. Waktu tengah malam nangis dia yang gendongin. Bikin makan, cuci baju, ganti popok, semuanya dia yang lakuin. Si A tanya “Emangnya istrimu dimana?” Jawabannya “Tidur...”

Si A bilang kalo di Alquran dijelaskan bahwa tugas utama seorang istri adalah Cuma memberikan kepuasan seks pada suaminya. Jika dia udah melakukannya maka masuk surga lah dia. Bagaimana dengan tugas2 wanita yang lainnya seperti cuci piring, masak untuk keluarga, nyuci baju? Itu sebenernya adalah tugas sang suami untuk memberikan segala2nya untuk sang istri. Jadi kalo tugas utama istri adalah memberikan kepuasan seks pada suaminya sementara sang suami tugas utamanya adalah memberikan semua kebutuhan istrinya termasuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga karena itu kebutuhan si istri. Kalo dia mo makan, piringnya kotor semua, suami yang cuci. Gitu juga dengan makanannya, suami yang harus menyediakannya.

Lanjut ke contoh konkrit kedua, Si A menjelaskan tentang keluarganya kali ini. Waktu ayah kandungnya mau menceraikan ibunya, ayahnya mengadu pada ustad setempat bahwa istrinya malas, ga pernah nyiapin makan buat dia dan bangunnya selalu siang. Sang ustad balik tanya “Istrimu melayani kebutuhan seksualmu ga?” Bokapnya Si A jawab “Iya.” Si ustad langsung nimpalin “Ya, udah kalo gitu kamu ga punya alasan untuk menceraikan dia. Istrimu sudah menjalankan tugasnya. Sana pulang...”

Hahaha... kalo jadi bokapnya Si A kaya ketampar2 campur malu. Datang dengan sombong ke ustad, dikirain bakalan dapet dukungan eh, malah kebalikannya. Jadi dari 2 contoh di atas saya jadi mikir, kalo seandainya saya dan Kristina adalah warga muslim, udah barang tentu deh saya ga bisa ngejalanin tugas utama seorang suami. Hahaha... Gimana bisa? Megang penggorengan aja kagak becus, apalagi kalo disuruh masak? Bisa2 rencana awal bikin nasi goreng, emang jadi sih nasi goreng tapi yang makan kucing tetangga. Mungkin aja, sangkin ga enaknya dan salah bumbu jadi ga bisa dimakan. Daripada mubasir, kasi kucing aja.

Sebenernya jadi seorang pria muslim itu berat tapi kenapa kok malah wanitanya yang keliatannya lebih sengsara ketimbang prianya? Pertanyaan ini dijawab Si A gini “Kamu pernah liat ustad cewe ga?” Mana ada ustad cewe? Seumur2 liat ustad ya selalu cowo. “Nah, karena itulah. Besar kemungkinannya mereka para ustad itu memanipulasi ajaran2 sehingga melenceng dari Alquran. Mereka menyampaikan ajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keegoisan mereka sebagai seorang manusia.

Kini saya ada sedikit gambaran tentang Islam yang selama ini menjadi agama mayoritas di Indo. Yang selama ini menjadi agama yang selalu bersitegang dengan Kristen. Dari keduanya saya yakin ga ada yang paling bener, karena agama adalah ciptaan manusia yang jauh dari kata sempurna. Yesus yang adalah manusia sekaligus Tuhan (katanya), bukanlah yang mendirikan agama Kristen. Yesus datang ga membawa suatu agama, tapi sebuah ajaran. Para pengikutnyalah yang menyatakan dirinya sebagai agama Kristen. Dan mereka pun terus mengembangkan ajaran2 menurut pandangan mereka yang terbatas sebagai manusia.

Jadi pilih yang mana? Ga perlu memilih, cukup percaya aja bahwa Tuhan itu ada dan dia udah menyediakan sarana untuk pengampunan dosa karena manusia ga bisa lepas dari kesalahan. Mempunyai Tuhan sama aja kaya punya pegangan idup, punya temen buat dengerin curhat dan seperti punya sahabat yang selalu ada waktu kita susah.

Lelaki yang berpredikat lelaki terbaik adalah suami yang memuliakan istrinya. Suami yang selalu mengukir senyuman di wajah istrinya. Suami yang menjadi Qawwam (pemimpin, pelindung) istrinya. Suami yang begitu tangguh mencarikan nafkah halal untuk keluarganya. Suami yang tak lelah berlemah lembut mengingatkan kesalahan istrinya. Suami yang menjadi nakoda kapal keluarga, mengarungi samudera agar selamt menuju tepian hakiki “Surga”. Ia memegang teguh firman Allah. “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” QS. At-Tahrim: 6)

Yang Beda di Australia (Part 3)

Kembali lagi hadir untuk ngejelasin bedanya tempat yang saya hinggap sekarang (Melbourne) dengan kota Jakarta ibukota sekaligus kota kelahiran yang tercinta, huek...

1.      Tikus dan kucing
Saya ga ada liat ada tikus got berkeliaran di jalanan. Bukannya ga ada got di sini, tapi kayanya di sini tikus bener2 dianggap hama dan ga boleh mengganggu hajat hidup orang banyak. Karena tikusnya ga ada otomatis kucingnya juga ga ada yang berkeliaran di jalan. Kalo sampe ada di jalan, mo makan apa dia? Hehehe... Ga deng, saya ngarang. Di sini kucing termasuk hewan peliharaan rumahan kaya anjing. Kalo di Indo kucing udah kaya hama banyaknya. Dimana2 sang kucing menabur “benih” makanya jumlahnya banyak dan perkembangannya cepet banget. Buktinya udah jelas sekali, setiap kali pulang Tangerang, hewan pertama yang keliatan di mata udah pasti kucing. Bener2 ngerusak pemandangan, dari kucing budug sampe kucing BOEDOEGHT (budug yang amat sangat sampe udah kebangetan budugnya) selalu ada menemani sepanjang perjalanan pulang ke Tangerang dari Jakarta setiap akhir pekan dulu waktu kerja.

2.      Bengkel tambel ban
Bener2 belom pernah saya liat bengkel tambel ban atau setidaknya bengkel otomotif yang ada di pinggir jalan baik di kota maupun daerah “coret” alias pinggiran. Beda banget sama di Indo dimana bisnis bengkel bener2 menjamur dan bisa disembarang tempat tanpa memikirkan apakah tetangga terganggu atau ga dengan kebisingannya. Di sini kalo kita ada masalah dengan kendaraan kita diharapkan bisa benerin sendiri karena untuk urusan yang seperti ini di Melbourne biayanya mahal banget karena harus ke Dealer resmi dari kendaraan yang bersangkutan. Makanya orang2 pada buang2in barang yang udah eror ketimbang benerin ke tukang service. Karena biayanya hampir sama dengan beli baru. Kalo bannya Cuma butuh angin doank sih bisa ke pom bensin terdekat, gratis. Tapi kalo udah bocor saya ga ngerti mereka benerin dimana. Atau mungkin mereka ganti ban baru. Mungkin...

3.      Weekend
Nah, yang satu ini agak aneh nich. Saya juga bingung kenapa di sini setiap kali weekend (sabtu dan minggu) malah sepi. Toko2 juga pada tutup ga ada yang buka. Jam berkunjung di Mall pun semakin pendek ga kaya di hari kerja (weekday). Belom selesai sampe di situ, setiap hari Senin dan Selasa, kesepian masih berlanjut. Tapi pada hari rabu udah mulai deh keliatan ramenya. Di sini hari2 rame adalah hari Kamis dan Jumat. Bedanya kalo di Jakarta setiap weekend mall penuh dengan pengunjung, jam berkunjung mall pun ga pernah saya denger lebih pendek pada waktu weekend. Kalo kata temen saya yang dulu pernah kuliah di sini dia bilang orang2 sini kalo pas weekend mereka lebih milih bersama keluarga. Kalopun mau refresing bukannya keliling mall tapi pergi ke luar kota atau negeri.

4.      Sertifikasi dan SIM
Satu lagi yang aneh di sini, ada banyak banget sertifikasi yang bisa diperoleh di ausie ini misalnya aja sertifikasi Barista yang baru saya dapetin dengan menghabiskan dana $199 dalam kurun waktu 6 jam. Ada lagi sertifikasi khusus mereka yang bekerja di bar dan mengelola minuman alkohol. Jadi sertifikasi ini semacam ijin yang sah bagi mereka yang bekerja di bidang yang sesuai dengan sertifikasi tersebut. Sertifikasi lainnya misalnya aja mereka yang kerja di panti jompo. Kristina sendiri contohnya, dia lagi berusaha menyelesaikan kursus Age Care namanya dan kalo lulus dia bisa kerja di panti jompo manapun. Lucunya lagi kalo pernah denger ada kendaraan Forklift, semacam kendaraan berpenumpang 1 yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan barang2 yang ada di gudang. Di bagian depan kendaraan ini ada 2 panel besi yang mirip garpu makanya dinamain Forklift. Mereka yang menggunakan kendaraan ini harus punya SIM. Kalo di Indo, orang2 gudang disuruh bikin SIM Forklift kemungkinan besar mereka ga punya duit untuk ngajuin SIM nya. Tapi di sini mereka yang kerja di gudang gajinya justru lebih gede ketimbang kerjaan seperti saya di restoran.

5.      Skate board dan scooter
Banyak anak2 muda yang sering menggunakan 2 alat transportasi sekaligus olah raga ini. Di jalanan, trotoar, mall, stasiun, mereka pake alat ini sebagai alat transportasi ketimbang jalan kaki. Bedanya skateboard dengan scooter adalah kalo scooter tempat pijakan kakinya lebih kecil dari skateboard, roda scooter Cuma 2 sementara kalo skateboard ada 4, scooter terbuat dari besi sementara skateboard dari papan, terdapat stir yang harus dikendalikan dengan tangan untuk menggerakan roda depan scooter sementara kalo skateboard kalo mo belok cukup dengan menginjak tepi sebelah kiri atau kanan papan.

6.      Beli HP dicicil
Di sini beli hp selain bisa dengan cash atau credit card, bisa juga dengan cara kontrak. Kontrak yang dimaksud adalah kita membayar cicilan tiap bulannya sesuai dengan perjanjian yang udah ditetapkan dari awal. Besar-kecil dan lamanya biaya kontrak tergantung berapa harga dari hp yang kita mau beli. Semakin tinggi harganya otomatis semakin besar kontraknya. Atau kita bisa memilih memperkecil biaya/bulannya tapi masa kontraknya diperpanjang. Uang cicilan atau biaya per bulan yang kita bayarkan, itu adalah uang pulsa kita juga. Misalnya kita ambil kontrak yang $50/bulan selama 2 tahun. $50 itu adalah uang pulsa kita juga yang tiap bulan abis atau ga abis pulsanya harus bayar lagi $50 di bulan berikutnya. Jadi intinya, beli pulsa selama 2 tahun dapet gratis hp. Gimana seandainya kita pake pulsa dalam bulan itu lebih dari $50 ($55 misalnya)? Ya berarti pada bulan itu kita harus bayar $55 walaupun di kontrak kita $50/bulan.

7.      Daylight Saving
Daylight saving adalah perubahan jam yang dikarenakan perubahan iklim setempat supaya orang2 bisa beraktifitas normal. Maksudnya begini, setiap kali mau memasuki musim dingin, kira2 bulan April ada 1 hari dimana pada hari itu jam nya dimundurin 1 jam. jadi kita bisa bangun lebih siang 1 jam dan ga terlalu dingin. Begitu juga pada saat memasuki musim panas, jamnya akan dimajuin lagi 1 jam (kembali normal). Jadi untuk pertama kali nya saya mengalami yang namanya 1 hari = 25 jam, karena waktu kemaren bulan april saya merasa seperti memaki diri saya sendiri. Ceritanya kami mo naik kereta dan kami yakin belom terlambat. Tapi keretanya justru malah dateng telat dan anehnya kenapa telatnya tepat 1 jam. waktu itu kami belom ngeh kalo itu Daylight Saving, jadi saya maki2lah karena saya pikir negara maju kok telatnya bisa mirip2 negara berkembang. Pas sampe di stasiun Flinder Street untuk ganti kereta, di situ kebetulan ada jam yang menunjukan pada saat itu pukul berapa dan, eh... lho? Kok ga sama dengan jam di hp saya? Ini yang eror jam stasiun atau hp saya ya? Di situlah saya baru ngeh setelah nanya petugas stasiun kalo jamnya udah dimundurin 1 jam, jadi sebenernya kami belom telat, tapi bangunnya kepagian. Nanti waktu mo masuk musim panas, untuk pertama kalinya juga saya akan merasakan 1 hari = 23 jam. Bener2 pengalaman seru, ga sabar mo ngelewatinnya... Sekaligus di musim panas akan banyak orang2 berbikini, hihihihi... Summer, oh summer... ;p

Sabtu, 02 Juli 2011

Farewell Party

Pengalaman kali ini cukup unik perihal traktir2an. Jadi ceritanya temen share house kami namanya Andres dari Kolombia berencana untuk mengakhiri sewa kamar bersama kami dikarenakan dia harus balik ke Kolombia dalam kurun waktu 2 bulan lagi. Kristina sih bilang muka Andres mirip2 sama artis Roger Danuarta, tapi ini versi lebih macho. Lebih jelasnya liat aja di foto. 

Jadi, selama 2 bulan itu dia akan tinggal di Brisbane, masih bagian teritori Australia juga, untuk kerja dan mengumpulkan uang untuk ongkos pulang karena kebetulan gaji yang ditawarkan termasuk gede, $1,000 per minggu, padahal kerjaannya Cuma sebagai tukang nyicipin makanan dan minuman produk dari perusahaan tersebut. Tadinya saya berpikir ini pekerjaan gampang banget kenapa gajinya gede ya? Balakangan saya baru sadar kalo pekerjaan ini beresiko tinggi karena kalo sampe makanan/minuman yang harus dicicipin kelebihan dosis bahan kimia bisa dibayangkan gaji $1,000 per minggu rasanya jadi kurang buat ngobatin jeroan yang bermasalah. Katanya ongkos pulang dia ke Kolombia kira2 $4,000 makanya dijabanin aja deh tuh kerjaan, lagipula dia Cuma butuh buat ngumpulin ongkos sekaligus uang buat jalan2 di asia tenggara karena kebetulan jalur pesawat dia pulang ngelewatin asia tenggara.

Ki-ka: Santiago, Petter, Andres
Singkat cerita Andres mo ngadain farewell party di pub pas hari sabtu malam di chinese pub Chao Gao, dimana pub nya berada di dalam stasiun Melbourne Central di lt. 3. Saya dan Kristina udah dateng jam 7pm seperti yang dia pesan kalo dia akan ada di tempat mulai jam 7 malam tapi saya ga nemu siapa pun yang saya kenal di situ. Tunggu punya tunggu sampe 45 menit tetep ga ada batang idung Andres, Paula (pacarnya), Minats (temen share house lainnya asal India), ataupun orang yang saya kenal. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang aja karena besok paginya saya harus ke Sorrento kerja.

Pas mo pulang, kami ketemu Minats di stasiun Flinder street. Kami yang baru mo naik kereta pulang, dia malah baru dateng untuk hadirin farewell party nya Andres. Intinya saya tetep ga ikut farewell party nya dan Minats dateng sendiri ke sana. Ya saya yakin pastinya rame lah, ga akan Cuma Minats dan Paula aja yang akan hadir di situ karena Andres ini termasuk orang yang cukup atraktif dan menyenangkan sebagai teman, pastinya temennya banyak.

Singkat cerita lagi, 5 hari kemudian saya ketemu Minats di dapur rumah kami dan sedikit berbincang2 tentang bagaimana farewell party nya Andres tempo hari. Minats bilang “Saya Cuma sampe jam 11pm karena bosen sama party nya yang isinya sebagian besar orang Kolombia. Semua orang ngomong Spanyol, saya doank yang ga ngerti mereka ngomong apa, jadi rasanya boring banget. Jadi saya Cuma minum2 beberapa botol dan ngabisin beberapa dolar di sana.”

Hah? Jadi muncul pertanyaan dari pernyataan Minats ini. “Di farewell party kamu malah ngeluarin uang? Buat apa?”

“Ya buat beli bir nya lah...” si Minats langsung nimpalin.

Toeng, toeng, toeng... Ternyata di luar negeri gitu to. Judulnya farewell party tapi untuk makanan dan minumannya bayar sendiri2. Jadi inget cerita adik ipar saya, Tika, yang di Scotlandia yang merasa tertipu waktu ada temennya yang ulang tahun ngajakin minum2 di bar. Berbondong2 lah mereka ke bar dan buntut2nya bayar sendiri2 dan dia kebingungan dengan konteks tersebut. Sama halnya saya, Cuma saya ga se-shock Tika, karena udah sempet ngedenger cerita ini sebelumnya. Ada pepatah bilang “Pengalaman adalah guru terbaik” ini ga sepenuhnya bener. Yang bener adalah “Pengalaman orang lain adalah guru terbaik.”

Untuk memastikannya apakah yang saya maksud bener apa ga saya tanya lagi ke Minats “emang di sini kalo ngadain party, yang dateng bayar sendiri2 ya? Di negara saya kalo kita si yang punya acara, ya kita yang harus bayarin semuanya.” Si Minats bilang “Kalo party nya di pub kaya si Andres memang kita harus bayar sendiri tapi kalo ngadain party nya di rumahmu ya biasanya kamu juga nyiapin makanannya jadi kami yang dateng ga perlu keluar uang untuk makanan/minumannya.”

Siiip, deh... Pengalaman baru. Sekarang jadi nambah lagi informasi budaya di sini.