Memasuki
Sekolah Menengah Pertama, pikiranku mulai menyukai lawan jenis dan berpikir
untuk mempunyainya satu. Iyak, satu aja dulu, walaupun ada temen yang bisa
punya lebih dari dua pada waktu itu, tapi saya yang merasa kurang PD dan ga
yakin ada yang suka sama saya, jadi saya rasa satu saja sudah menjadi tantangan
tersendiri. Kegiatan di luar sekolah pun menjadi hal yang utama untuk dikejar
seperti olahraga, nge-band, paskibra, dll, sementara pelajaran sekolah menjadi
hal nomor sekian dalam hidup. Teman2 seangkatan satu per satu mulai berguguran
dengan title “Jomblo” mereka. Dan tibalah saya sendiri yang mulai mengenal arti
pacaran ketika memasuki kelas 3 SMP.
Dalam
perjalanan pengenalan lawan jenis, yakni wanita, saya sempat perhatikan teman2
dan termasuk pengalaman pribadi yang saya simpulkan bahwa rata2 percintaan di
masa2 pubertas selalu berdasarkan 2 alasan. Yang pertama: Ketertarikan Fisik,
yang kedua: murni dari hati/perasaan. Berawal dari alasan pertama, bisa
berkembang ke alasan yang kedua. Atau bisa saja, si wanita langsung lompat ke
alasan kedua dikarenakan perhatian yang dia dapat dari si pria. Pada waktu itu muncul
alasan ketiga bahwa ada wanita yang menerima cinta jika sang pria terlihat
borju dan mampu memenuhi kebutuhan si wanita seperti membelikan jajan, hadiah
di hari istimewa, hadiah2 kecil seperti alat tulis, bayarin ongkos angkot, dll.
Pada saat itu, kami para pria memandang wanita dengan alasan ketiga ini dengan
rendah dan memanggil mereka CEWEK MATRE.
Penamaan
title ini cukup efektif bekerja dan menciptakan perspektif tersendiri dalam membedakan
wanita yang satu dengan yang lain. Wanita dengan title CEWEK MATRE ini sering
kami hindari untuk dijadikan pacar karena kami yang masih bergantung pada uang
jajan merasa diporotin atau dalam bahasa lain “pemerasan atas nama cinta”. Tanpa disadari sebenernya para pria puber yang
menjuluki teman2 wanitanya sebagai CEWEK MATRE sudah kalah sebelum “bertanding”.
Mengapa mereka saya katakan sudah kalah? Karena setelah saya sadari penjulukan
CEWEK MATRE serbenernya hanyalah usaha kami para pria miskin, yang tidak punya
duit tapi sombong, tidak mau mengakui dirinya miskin, atau malu terlihat miskin
di depan para CEWEK MATRE tersebut. Karena jika para CEWEK MATRE tersebut punya
pacar artinya kami yang tidak bisa mendapatkan CEWEK MATRE tersebut sudah jelas
terlihat lebih miskin ketimbang sang pacar.
Hi para
pria miskin, coba pikir baik2, renungkan sebentar. Coba pikir lagi, seandainya ada cewek cantik, seksi, sifatnya baik, dan sesuai dengan tipe
wanita idaman anda. Tapi menurut standar anda, dia termasuknya CEWEK MATRE,
apakah anda masih mau mengejarnya? 75% pria miskin biasanya langsung menyerah
sebelum bertanding. “Tidak, saya tidak suka cewek ini” kata mereka. Kita para
pria miskin malah lebih cenderung menipu diri sendiri. Sebenernya suka sama
cewek itu, tapi kita tidak mampu membahagiakan dia karena dibutuhkan biaya yang
besar sehingga kita merasa penekanan keinganan terasa lebih baik ketimbang
perjuangan mendapatkan si dia. 15% pria miskin akan menjawab untuk mencoba
terlebih dahulu. “Sebelum dicoba kita tidak pernah tau apa hasilnya, kan?”
Kira2 begitu kata mereka. Dan yang terakhir, 10% pria miskin akan menjawab,
“Saya pasti bisa mendapatkan dia, apapun yang terjadi. Mau badai, hujan, angin
ribut datang menerpa, saya pasti bisa. Saya akan berjuang mati2an menyamakan
diri saya, meninggikan standar/level saya sehingga dia mampu melihat saya dengan
pandangan setara atau mungkin lebih tinggi dari dia, bukan dengan pandangan
menunduk dikarenakan posisi saya yang lebih rendah.”
CEWEK
MATRE, nama ini sebenernya populer ketika kita masih menginjak usia puber.
Ketika kita beranjak ke dunia kerja, istilah CEWEK MATRE tidak terlalu banyak lagi
dipakai, karena rata2 diantara mereka yang dulunya puber sekarang sudah punya
kerjaan dan uang sendiri sehingga mereka lebih PD dan menyadari bahwa CEWEK MATRE
yang mereka benci dulu tak lain adalah pacar mereka sendiri sekarang.
CEWEK
MATRE, sebenernya tidak ada yang salah dengan mereka. Itu normal, sah-sah saja
ketika wanita mengharapkan kenyamanan dan keamanan dari pasangannya, dimana
kenyamanan dan keamanan tersebut cukup relatif. Ada yang tinggi biaya ada pula
yang rendah. Lalu apakah salah ketika mereka yang kita juluki CEWEK MATRE
mengharapkan kenyamanan dan keamanan dengan standar yang tinggi? Jika kamu
jawab “Ya, itu berarti mereka materialistis” biasanya kamu termasuk pria tipe
penyerah (Quiter) dan biasanya dirimu adalah orang yang enggan untuk mengusahakan
kehidupan yang lebih baik dengan cara bersusah-susah terlebih dahulu. Tipe
penyerah biasanya menginginkan perubahan hidupnya dengan memilih jalan
instan/pintas. Mereka tidak sabar dan terlalu malas karena bagi mereka perjuangan
tidak mengandung arti apa2.
Dalam
diri setiap wanita terdapat rahim dimana ketika mereka mengalami menstruasi
mereka sadar akan kodrat mereka sebagai wanita bahwa nantinya mereka harus
melahirkan (kecuali mereka yang tidak menikah) dan melahirkan itu sakit, itulah
garisnya. Dalam kitab suci sudah dinyatakan bahwa wanita harus menanggungkan
sakit melahirkan itu akibat dosa awal (Adam dan Hawa). Saya rasa setiap wanita
sudah lebih dulu menyadari akan kodratnya tersebut dibanding pria. Nah, apa
kodrat pria? Kodrat pria adalah rejekinya harus dicari dengan banting tulang,
bersusah payah, dan rejeki tersebut harus diusahakan jika tidak, rejeki tidak
akan datang. Sudah digariskan bahwa untuk mengebulkan dapur, kesulitan dan
rintangan akan ditemui.
Nah, apa
hubungannya kodrat pria/wanita dengan cewek matre dan cowok penyerah? Hubungannya
adalah sebelum kamu melontarkan pernyataan CEWEK MATRE kepada temanmu yang
sudah lebih dulu memahami kodratnya sebagai wanita, pahami dulu, renungkan
sejenak, apakah dirimu sudah menyadari kodratmu sebagai lelaki? Yang harus
bekerja kerja, banting tulang mencari uang untuk pemenuhan kebutuhan? Itu sudah
kamu lakukan belum? Sudah sejajar kah dirimu dengan dia? Kalau belum, segeralah
pulang ke rumah. Tanyakan pada bapak/ibumu, apa yang harus kamu lakukan untuk mengawali
hidupmu sebagai pria sejati. Perhatikan bapakmu yang senin/kemis cari uang tapi
tetep aja ga cukup buat kebutuhan keluarga. Ada yang salah ga dengan kerjaan
bapakmu? Kalo ada jangan kamu mengkritiknya, karena orang tua paling tidak suka
dikritik. Tapi biarlah kesalahan bapakmu itu dijadikan pengalaman buat mengawali
langkahmu untuk menjadi pria sejati yang memahami kodratnya sebagai lelaki.
Saya membahas
dari sudut pandang keluarga yang sisi finansialnya pas-pasan. Para orang tua di
sana cenderung pekerja keras. Walaupun ada yang pemalas juga, mengharapkan
hasil berbeda tapi yang dilakukan dari tahun ke tahun tetep sama. Padahal di
era sekarang ini kerja keras saja tidak cukup, dibutuhkan kerja cerdas untuk
bisa survive dan mengebulkan asap dapur. Dikarenakan orang tua cenderung tidak
suka menerima saran (karena dengan menerima saran mereka merasa rendah) untuk
bisa kerja cerdas, kamu yang masih muda dan masih mampu berusaha kenapa tidak
melakukannya? Jangan mengharapkan orang tua mu yang memberi contoh pada dirimu,
tapi kamu lah yang harus membuktikan bahwa dirimu mampu dan layak disebut pria
sejati. Bahwa dirimu paham dan mengerti betul tentang kodratmu sebagai lelaki.
“The early bird get the worm but the last
mouse get the cheese.” Awalnya
saya ga mengerti tentang perumpamaan ini tapi setelah dijelaskan baru masuk dan
bisa diterima akal sehat. Memang benar burung yang bangun lebih pagi mendapatkan
cacing. Tapi dunia sekarang bukan lagi seperti kehidupan di dunia burung
melainkan kehidupan seperti tikus dimana ada begitu banyak jebakan disana-sini.
Kalau kita tidak pintar yang ada justru nasib kita akan sama seperti tikus yang
bangun pagi untuk mendapatkan keju, yakni mati di jebakan. Tapi kalau kita
kerja cerdas, bukan sekedar keju untuk hari ini saja yang bisa kita dapatkan,
melainkan keju-keju untuk persediaan tahunan makan sampe akhir hayat.
Karenanya
hai pria, segeralah sadari kodratmu. Jangan mengeluh ketika dirimu harus
menjadi tulang punggung karena itu kodratmu. Jangan mudah emosional ketika
rencanamu ga berjalan mulus, karena memang sudah di gariskan begitu. Lets fight for your future. Lets fight with me. So we can encourage each other and
be on the top together.