Kenapa dinamakan Sunshine Festival? Karena acaranya terletak di daerah Sunshine yang sebagian besar penghuninya yang saya tau adalah orang2 negro asal Sudan atau Afrika. Di sini kalo manggil 'orang item' dengan Negro, siap2 aja bogem mentah nyaplok di muka. Pas festival kami malah sama sekali ga liat orang2 negro lho. Atau mungkin mata saya pas meleng dan ga liat orang2 item itu ya karena terlalu fokus sama kemeriahan festivalnya. Sepertinya di Ausi ini sering banget ngadain festival atau acara2 apapun yang bertujuan memeriahkan suasana. Sepertinya memang budaya orang Ausi yang senang dengan kemeriahan dan selalu ada aja momen yang bisa dijadikan alasan untuk dirayakan. Mungkin karena itu orang2 Ausi lebih tau bagaimana menikmati hidup ketimbang kita yang tinggal di Indo dan berjuang dengan gaji bulanan yang pas2an atau bahkan kurang dan bingung dengan masa depan mau dibawa kemana. Boro2 mikirin kenikmatan hidup, udah bisa bertahan hidup aja udah syukur. Kadang walaupun ada kesempatan ga berani untuk mengambil karena terlalu banyak kepahitan dalam hidup dan tidak terbiasa untuk mengambil resiko atau hidupnya udah di ambang resiko (mungkin).
Hari Sabtu, 23 Maret, sekali lagi ceritanya telat, kami menyempatkan diri mengunjungi Sunshine Festival. Entahlah ini festival macam apa, sepertinya perayaan yang ga beda jauh sama postingan saya sebelumnya, Saint Albans Festival. Tapi bedanya festival ini tidak hanya mengekspos satu kebudayaan/ras saja. Di Sunshine Festival kali ini menyorot banyak kebudayaan, seperti misalnya awal pertama nyampe area festivalnya ada paduan suara sekaligus tarian asal Tonga. Yang cukup menghebohkan adalah dirigen yang membelakangi penonton ikut menari2 mengikuti hentakan lagu dan jogetan pinggulnya bikin ibu2 Tonga yang menonton berbondong2 ngasi tip uang kertas yang diselipkan di kerah baju sang dirigen. Dimana itu Tonga? Hehehe, kalo aja dulu ga punya temen kos asal Tonga mungkin sampe sekarang saya ga tau ada negara yang namanya Tonga. Tonga ini sebuah negara yang luasnya kurang lebih setengahnya negara Singapura. Jadi ini negara udah kaya pulau doang. Sekali libas sama Tsunami langsung lenyaplah negara ini. Letak geografis nya berada di arah jam 3 benua Australia atau lebih tepatnya di perairan Samudra Pasifik Selatan.
Hari Sabtu, 23 Maret, sekali lagi ceritanya telat, kami menyempatkan diri mengunjungi Sunshine Festival. Entahlah ini festival macam apa, sepertinya perayaan yang ga beda jauh sama postingan saya sebelumnya, Saint Albans Festival. Tapi bedanya festival ini tidak hanya mengekspos satu kebudayaan/ras saja. Di Sunshine Festival kali ini menyorot banyak kebudayaan, seperti misalnya awal pertama nyampe area festivalnya ada paduan suara sekaligus tarian asal Tonga. Yang cukup menghebohkan adalah dirigen yang membelakangi penonton ikut menari2 mengikuti hentakan lagu dan jogetan pinggulnya bikin ibu2 Tonga yang menonton berbondong2 ngasi tip uang kertas yang diselipkan di kerah baju sang dirigen. Dimana itu Tonga? Hehehe, kalo aja dulu ga punya temen kos asal Tonga mungkin sampe sekarang saya ga tau ada negara yang namanya Tonga. Tonga ini sebuah negara yang luasnya kurang lebih setengahnya negara Singapura. Jadi ini negara udah kaya pulau doang. Sekali libas sama Tsunami langsung lenyaplah negara ini. Letak geografis nya berada di arah jam 3 benua Australia atau lebih tepatnya di perairan Samudra Pasifik Selatan.
Di festival ini juga ada kontes Break Dance yang pesertanya rata2 anak2 yang masih berumur belasan. Ada juga yang nari2 ala Michael Jackson. Lalu orang2 yang berpakaian boneka berbentuk manusia tapi berbadan tinggi besar, pameran mobil2 antik, paduan suara dari anak2 down syndrom dan cacat yang menggunakan kursi roda, dan melukis wajah (khusu anak2). Selain itu ada area bermain yang diperuntukan untuk anak2 pula, seperti lapangan tenis, Skate boarding, Bom bom Car, dll. Kami sempat beli kupon undian seharga $2 yang berisi 6 nomor. Bila ada setidaknya satu saja nomor pada kupon yang saya beli sama dengan nomor yang tertera di papan yang sudah dipajang, maka saya berhak mendapatkan boneka besar yang terpajang di situ.
Ada permainan yang cukup lucu saya melihatnya. Ini semacam pertandingan Sumo, jadi pesertanya diwajibkan memakai pakaian sumo, lebih tepatnya boneka sumo. Jadi pesertanya akan kesulitan bergerak dan kalo udah jatoh pasti sulit untuk bangun, jadi udah kaya kura2. Bahkan ada beberapa peserta yang belum juga bertanding udah ga bisa mengendalikan keseimbangan dan jatoh. Alhasil dia cuma bisa gerak2in tangan kaki nya doang, maksud hati mencoba untuk bangun tapi kami para penonton ngeliatnya mirip kecoa atau kura2 yang ditebalikin, ga bisa bangun.
Oya, kami juga sempat masuk ke perpustakaan Sunshine yang sepertinya dijadikan basecamp oleh para polisi yang bertugas saat itu untuk mengamankan situasi jika ada keadaan2 yang sekiranya perlu diluruskan. Karena kebetulan letak dari perpustakaannya itu harus manaiki tangga sehingga lebih tinggi dan bisa mengamati keadaan. Di bagian belakang perpustakaannya kebetulan ada acara masak2, cara membuat masakan Jepang, Korea, dan Vietnam. Saya sih kurang tertarik karena merasa masih banyak yang harus diliat di festival tersebut, jadi ga mau menghentikan perjalanan dan berlama2 di satu titik. Alhasil saya panggil Kristina yang lagi asik nyari2 buku untuk Eog. Tapi ternyata dia juga ga tertarik dengan acara masak2nya. Kalo acaranya adalah pembuatan kue/cake mungkin Kristina masih ada minat untuk berhenti di situ dan nonton. Hehehe, secara menurut saya Kristina lebih berbakat dalam pembuatan kue ketimbang bikin masakan. Semoga Kristina abis baca ini merasa dipuji bukan sebaliknya karena kue2nya lebih enak ketimbang masakannya. Tapi kalo merasa sebaliknya... Ya, gimana ya... Sepertinya malam ini saya tidur di ruang tamu...
Perjalanan kami berakhir setelah kami keluar dari Sunshine Plaza, setelah belanja keperluan harian yang habis saat itu di Woolworth (kalo di Indo semacam Carrefour atau Hypermart). Perjalanan berakhir karena Kristina ditelpon dari tempet kerjanya untuk datang bekerja saat itu dan kebetulan saya pun mau main futsal. Jadi kami akhiri jalan2nya sampai di situ.
Oya, kami juga sempat masuk ke perpustakaan Sunshine yang sepertinya dijadikan basecamp oleh para polisi yang bertugas saat itu untuk mengamankan situasi jika ada keadaan2 yang sekiranya perlu diluruskan. Karena kebetulan letak dari perpustakaannya itu harus manaiki tangga sehingga lebih tinggi dan bisa mengamati keadaan. Di bagian belakang perpustakaannya kebetulan ada acara masak2, cara membuat masakan Jepang, Korea, dan Vietnam. Saya sih kurang tertarik karena merasa masih banyak yang harus diliat di festival tersebut, jadi ga mau menghentikan perjalanan dan berlama2 di satu titik. Alhasil saya panggil Kristina yang lagi asik nyari2 buku untuk Eog. Tapi ternyata dia juga ga tertarik dengan acara masak2nya. Kalo acaranya adalah pembuatan kue/cake mungkin Kristina masih ada minat untuk berhenti di situ dan nonton. Hehehe, secara menurut saya Kristina lebih berbakat dalam pembuatan kue ketimbang bikin masakan. Semoga Kristina abis baca ini merasa dipuji bukan sebaliknya karena kue2nya lebih enak ketimbang masakannya. Tapi kalo merasa sebaliknya... Ya, gimana ya... Sepertinya malam ini saya tidur di ruang tamu...
Perjalanan kami berakhir setelah kami keluar dari Sunshine Plaza, setelah belanja keperluan harian yang habis saat itu di Woolworth (kalo di Indo semacam Carrefour atau Hypermart). Perjalanan berakhir karena Kristina ditelpon dari tempet kerjanya untuk datang bekerja saat itu dan kebetulan saya pun mau main futsal. Jadi kami akhiri jalan2nya sampai di situ.
2 komentar:
mas, saya minta alamat emailnya donk. saya mau nanya info ke ausie?
kepighoney@gmail.com
Posting Komentar