1. Minum Air Hujan
Para penduduk di Pontianak memiliki kebiasaan meminum air hujan dengan membuat semacam talang sepanjang tepi atap rumah sehingga air yang jatuh mengalir dari atap langsung jatuh ke talang tersebut dan mengarah ke satu lubang yang dipasang pipa untuk mengaliri air hujan tersebut ke bawah dan ditampung di drum. Jika hujan turun setelah beberapa hari ga hujan, mereka ga akan menampung air tersebut karena selain membawa kotoran dari atap, rasanya pun ga enak. Jadi mereka akan membuang air hujan di hari pertama. Hujan hari kedua mulai dicicipi. Bila rasanya masih ga enak akan dibiarkan terbuang lagi. Begitu seterusnya sampai mendapatkan rasanya sesuai untuk layak diminum.
2. Kafe Apung
Mungkin kita pernah denger ada yang namanya pasar apung di Banjarmasin atau sekitarnya, pertemuan panjual dan pembeli di sungai untuk melakukan transaksi dari atas perahu. Lain halnya dengan Pontianak. Penduduk kota ini cukup kreatif menerapkan aspek kehidupan ke dalam bisnis restoran. Kini ada yang namanya kafe apung. Dengan bermodalkan sebuah perahu, seorang penjaja minuman/makanan sudah bisa berbisnis kafe kecil2an. Jangan bayangkan kafe berkelas seperti Starbuck atau Coffee Bean. Kafe apung ini mirip2 seperti warung kaki lima yang menjajakan roti bakar, mi instan, kopi, teh, susu, dan minuman2 lainnya. Kalo di Yogya warung seperti ini disebut warung Burjo (bubur kacang ijo). Tapi di Jakarta saya ga tau apa ada nama khusus untuk warung kaki lima jenis ini.
3. Tukang Parkir
Pernah mencoba parkir motor di pinggir jalan Jakarta atau sekitarnya? Atau pernahkah anda mencoba parkir Valet seperti di mall2 ketika anda membawa mobil? Saya merasakan perbedaan yang jauh dalam hal pelayanan parkir di Pontianak ini. Anda para pengendara motor jika ingin memarkir motor anda di tepi jalan Pontianak, anda bisa sesuka hati menaruh motor anda dimana pun asal jangan dikunci stang. Tukang parkir yang melihat anda akan segera membereskan motornya. Mereka yang akan merapikan dan meletakkan motor anda pada tempatnya. Ketika anda sudah selesai dan mau pulang tinggal tunjuk motor anda atau kalo anda ga tau tempetnya anda tinggal sebut plat nomornya, ga lama motor anda sudah di depan anda tanpa harus bersusah payang mengeluarkannya sendiri yang mungkin beresiko menyenggol motor lain. Mereka para tukang parkir ini diupahi Rp 1.000 per sekali parkir tapi mereka bener2 bekerja. Ga kaya di Jakarta/sekitarnya, tukang parkir kerjanya cuma duduk2 atau tunjuk2 posisi kosong ke orang yang mau parkir. Yang masukin, ngatur posisi dan ngeluarin motornya ya tetep kita. Jadi apa kerjanya tukang parkir Jakarta itu? Menurut saya pribadi sih ga ada kerjaannya, ga ada fungsinya. Mereka hanya para pemalas yang ingin uang tapi tapi ga mau berusaha.
4. Jalan Gajah Mada
Nama jalan Gajah Mada ini sangat dikenal oleh masyarakat Pontianak karena jalan ini termasuk jalan besar dan ramai sekali dihuni oleh toko2, hotel, bakery, kafe sampe gereja. Sangkin terkenalnya jalan Gajah Mada ini seolah2 seperti jalan Malioboro yang dimiliki oleh Yogyakarta. Jalan Gajah Mada ini dikenal dengan wisata kulinernya yang dijajakan oleh para pedagang kaki lima yang membuka lapak mereka setelah menunggu ruko2 di sepanjang jalan tersebut tutup. Jakarta punya jalan yang mirip sekali dengan Jalan Gajah Mada ini, namanya Jalan Mangga Besar dimana situasinya mirip sekali. Sepanjang malam mulai sore hingga pagi hari (pk. 01.00) orang2 ramai mencari makan di jalan ini. Budaya nongkrong sambil gosip di pinggir jalan bukan lagi milik ibu2 rumah tangga lagi melainkan para laki2, dari bapak2 sampe anak2 muda kini mulai menyukai aktivitas ibu2 tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar