Saya akhirnya mengajukan diri untuk resign dari
pekerjaan paruh waktu saya di restoran Chilipadi per Selasa minggu lalu, yakni 4
Maret 2014. Saya merasa tidak ada perkembangan dalam pekerjaan tersebut sejak 8
bulan terakhir karena atasan saya selalu menaruh saya di posisi Runner (pengantar
makanan) atau Waiter yang melayani konsumen di meja. Saya merasa sudah
menguasai produk jualan Chilipadi, bahkan walaupun Chilipadi sempat berganti
80% menunya, saya hanya butuh 3 hari untuk menguasai produk.
Terlalu banyak kepahitan di dalam hati yang ga bisa
terbendung lagi. Mulai dari para staff yang seringnya berbasa India tanpa
menghiraukan orang sekitar. Sampai ke masalah gaji yang tak kunjung di bayar. Sampai
hari ini, dan baru kemaren saya menjambangi Chilipadi lagi untuk menagihkan
gaji 7 minggu saya yang belum terbayar. Yang saya dapatkan barulah gaji 4
minggu dengan alasan yang selalu sama setiap kali staff menagih gaji mereka,
yakni tidak ada uang cash.
Saya tidak bisa menyalahkan atasan2 saya yang
bekerja keras di lapangan karena ketiadaan cash
adalah kebijakan manajemen yang selalu mengambil cash tersebut untuk menutup kerugian di cabang Chilipadi yang lain.
Kalau begini terus saya merasa bekerja seperti budak dimana restoran tempat
saya bekerja begitu ramai untuk menanggung kerugian di cabang yang lain
sementara para bos yang di atas sana selalu mendapatkan keuntungan.
Sebelum memutuskan untuk berhenti saya sempat
berdiskusi dengan beberapa staff lain yang ternyata saya dapati bahwa ada yang
gajinya udah $7,000 belum dibayar. Mungkin itu sekitar 2 bulan gaji karena
staff tersebut shift kerjanya lebih banyak dari saya. Selain itu mereka sudah
bekerja lebih dari 1 tahun bahkan ada yang sudah 3 tahun dengan standar gaji
$12.50 per jam (sama dengan saya) yang artinya nasib saya akan sama seperti
mereka jika saya tetep mau bekerja di situ.
Saya berpikir ulang untuk mengurungkan niat saya
berhenti dari Chilipadi karena kami berencana membeli rumah dan kami butuh dana
tambahan, tapi tetep aja hati ini lebih memilih meluangkan waktu untuk Eog si
bocah mischievious yang setiap saban
hari saya kerja di pabrik saya kepikiran kangen Eog terus.
Ketidak-adilan para atasan dalam memperlakukan
staff nya pula lah yang menguatkan tekat saya untuk berhenti. Atasan saya yang mengharuskan
saya membayar minuman selain air putih dari keran sementara dia dan istrinya,
sebut saja namanya Mawar (kaya Sidik Kasus perkosaan yang di Indosiar) bisa
minum seenaknya tanpa bayar. Saya pun pernah iseng2 meminta istirahat 10 menit
saja di tengah jam kerja karena waktu itu saya kelelahan kurang tidur dan
pekerjaan di pabrik sangat banyak, lagi pula customer semua terkontrol dengan baik kok. Saya berpikir dikasi
syukur, nggak ya udah. Jawabannya ya sudah pasti dan terduga oleh saya, tidak
boleh. Tak masalah lah bagi saya karena memang seharusnya saya ga boleh
istirahat. Tapi permasalahannya adalah beberapa minggu kemudian saya mendapati Mawar
justru makan malam di tengah jam kerja, bahkan kadang Joni atasan saya itu pun
juga istirahat. Jadi bisa dibayangkan ketika setiap hari selasa dan rabu malam shift
saya bekerja dengan Mawar selalu hanya sendirian melayani meja tamu. Sementara mawar
enak2an istirahat, makan malam, dengan mencatat jam kerjanya tanpa break. Apa ini adil?
Saya memutuskan untuk tidak melanjutkan rantai
kebencian ini. Karena saya merasa situasinya sudah merantai. Saya yakin Joni
pun banyak kekecewaan dengan pihak manajemen dan bos2 di atas sana sehingga dia
menekan bawahannya lebih lagi dan dia mulai lepas kontrol dan melanggar aturan.
Jadi saya memilih memutuskan rantai tersebut dan tidak lagi menjadi bagian dari
mereka.
Hari selasa itu saya katakana pada Joni bahwa saya
kasi 1 minggu untuk Joni mencari staff baru dan saya siap jika diminta untuk
mengajarkannya. Joni bilang dia minta 3 minggu karena ada 2 staff yang akan
cuti 2 minggu jadi dia minta 1 minggu itu terhitung setelah 2 staff tersebut
kembali bekerja. Saya menyetujuinya dan Joni mengatakan akan membicarakan hal
ini pula pada para bos.
Keesokan harinya saya mendapat telpon dari Joni
bahwa saya tidak perlu datang lagi untuk bekerja karena pihak pusat bisa
menyediakan staff baru dengan segera. Saya cukup kaget waktu itu karena niat
baik saya member notification day
diabaikan. Namun saya bersyukur bisa keluar dengan cepat karena perlakuan
mereka yang menganggap kami para staff seperti budak.
Saya ga yakin restoran ini akan bisa bertahan lebih
dari 1 tahun jika permasalahan keuangan intern mereka tidak segera diatasi. Saya
melihat staff dapur pun mulai males2an kerjanya karena mereka tidak mendapatkan
hak yang seharusnya sementara mereka sudah mejalankan kewajiban mereka dengan
sepenuh hati.
Selamat tinggal Chilipadi, semoga jika Tuhan
berkenan kita bertemu lagi dengan posisi yang berbeda. Maksud saya adalah saya
yang berada di bagian manajemen kalian dan hak kalian selalu terpenuhi tepat
waktu. Mimpi saya bersama Reza, mantan staff Chilipadi juga yang sudah berhenti
lebih dulu.