About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Kamis, 25 Juni 2015

Aku Cinta Indonesia

Awalnya saya memandang sebelah mata. Awalnya saya pikir mereka bodoh. Awalnya saya kira mereka tak mau membuka wawasan terhadap tempat wisata lainnya. Yup ini persepsi saya tentang orang2 Ausi yang menganggap Bali is the most beautiful place. Karena menurut saya masih banyak tempat2 di Indonesia yang lebih bagus ketibang Bali seperti misalnya Bonaken, Tanah Toraja, Raja Ampat, Lombok, Karimun Jawa, Borobudur, dll. Sekarang saya mengerti kenapa orang2 banyak yang berbondong-bondong berpelesir ke Bali dan hanya taunya Bali dan tidak tau menau tentang tempat2 yang saya sebutkan barusan.

Pertama, manusianya berbeda.
Saya mengetik artikel ini saat sedang di Yogya yang katanya penuh dengan keramah-tamahan. Tapi sayang Yogya yang dulu sangat berbeda dengan Yogya yang sekarang. Bali yang baru saja saya tau beberapa hari lalu jauh lebih ramah ketimbang Yogya. Mau dibandingkan dengan Jakarta. Huek, jauh ke awang2 lah. Kalo di Bali saya senyum sama orang2 lokalnya, pasti dibalas senyum. Kalo di Tangerang, udah pasti ceritanya beda. Saya pasti langsung disamperin terus dipalak, dompet dikuras. Kalo beruntung pulang masih bernyawa.

Kedua, rasa memiliki
Kata “rasa memiliki” terucap dari adik saya sebagai jawaban ketika saya melontarkan pertanyaan mengapa banyak orang mau ke Bali? Menurut saya pun begitu, saya melihat banyak orang2 Bali yang mau mengembangkan diri dengan mempelajari tarian dan budaya Bali. Selain dikarenakan hal ini bisa mendatangkan uang, kalo tidak ada kecintaan saya rasa tak akan mereka mau mempertahankannya. Bagaimana bisa cinta kalo lihat aja belom pernah? Contoh, kalo anda orang Jakarta, berapa kali sebulan anda bisa lihat tari Jaipong? Belom tentu bisa sekali, betul ga? Itu baru dari 1 tarian. Tapi kalo mau liat budaya2 asing, beuh gampang banget. Tinggal ngesot ke Mall yang membanjiri Jakarta dan menyusul Yogyakarta.

Ketiga, banyaknya tempat wisata indah
Dikarenakan banyaknya wisatawan yang berkunjung, otomatis tempat2 yang tadinya terbengkalai malah jadi terawat dan mendatangkan devisa. Jadi di Bali ga melulu soal budaya Bali. Ada banyak tempat yang bisa merefreskan suasana hati terutama buat orang bule yang hobi berselancar. Pantai Bali menjadi wahana yang diidolakan bagi mereka. Buat orang Indo ya paling2 Cuma main air dan menikmati matahari terbit/terbenam saja. Lalu ada juga pulau penyu yang membudi-dayakan penyu, dan menyelam menikmati batu karang.

Kesemuanya ini berawal dari manusianya. Jika mau bekerja sama membangun negeri yang kaya pastilah penggiat negeri tersebut akan kecipratan kaya pula. Ga bisa satu orang, dua orang, tapi harus beramai2 mengelolah negerinya. Okelah, kita ga usah ngomongin negeri, tapi coba kota masing2. Ada banyak aspek yang bisa mendatangkan uang jika kita mencintai yang kita miliki.

Kalo kata orang bijak bilang, “Janganlah mencari apa yang tidak kita miliki dari orang lain, melainkan syukuri apa yang kita miliki, niscaya kita akan merasa amat kaya.” Kalo tetangga pake Iphone ter-update, ga usah iri kalo ga mampu. Pastikan dulu istri dan anak cukup makan dan bisa sekolah. Atau kalo belom punya anak/istri, uangnya mending dikumpulin buat investasi. Saya lupa, motivator atau pebisnis jepang ya, ada yang pernah bilang, kalo mau beli barang2 konsumtif pastikan uangnya berasal dari pendapatan investasi dan kebutuhan pokok sudah terpenuhi semua.

Terus kalo liat temen hidupnya maju pesat sekali, pelajari yang baik2 darinya, rendahkan hati untuk belajar. Perlu diingat dukun ga akan bisa bikin kamu kaya. Yang ada kamu yang bikin si dukun kaya. Saya sih percayanya paham “Luck is coming to hardworking person”


Kalo menitik balik ke permasalahan budaya, saya yang berasal dari Tangerang sampe sekarang ga tau apa budaya yang dimiliki Tangerang. Sedih dan miris rasanya, saya ga pernah liat tarian tangerang, denger aja belom pernah. Apalagi kesenian atau alat musik tradisional tangerang. Mungkin saya yang bodoh ga ingat waktu diajar di sekolah. Atau bisa jadi memang SDM nya tidak ada yang tertarik memelihara budaya tersebut. Padahal hal tersebutlah yang bisa mendatangkan devisa dan membuat penduduknya kaya. 

Tidak ada komentar: