Ada satu
perayaan di suburb Saint Albans, area
tempet kami tinggal, yang kebetulan tahun ini jatuhnya pada tanggal 13 Januari.
Sepertinya tahun lalu bukan pas tanggal yang sama deh, jadi sepertinya perayaan
ini berdasarkan perhitungan pergerakan bulan. Sejujurnya saya ga tau nama
perayaan ini apa dan saya pun belum sempet cari tau ke warga setempat.
Sepertinya hanya orang2 Vietnam yang merayakan ini karena hanya di rayakan di
area2 yang banyak orang Vietnamnya, salah satunya Saint Albans ini.
Pas baru
nyampe kami disuguhkan penyanyi yang lagi pentas di panggung. Mungkin artis Vietnam
terkenal kali, tapi berhubung saya ga kenal maka ya tak sayang lah. Semua mata
sih ngeliatnya ke panggung tapi saya ga ngerti si penyanyi lagi nyanyiin lagu
apa jadi ya lebih baik memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk mengabadikan
momen. Saya langsung ngider dari ujung ke ujung. Banyak sekali orang2 Vietnam
yang menjajakan jajanan pasar khas Vietnam. Ada yang dari kentang, seafood, sayur mayur, tapi sayang saya ga tau namanya
dan ga ada yang nyantel sedikit pun di kepala karena memang sulit sekali
diinget. Ga tau kenapa kalo berurusan dengan bahasa Vietnam memang sulit untuk
dimengerti karena mendengar mereka ngomong aja kayanya berantakan banget bahasa
mereka. Tapi memang saya akui bahwa orang Vietnam kebanyakan baik hati hanya
saja mereka tidak terlihat ramah seperti orang Jawa yang murah senyum. Mereka
lebih condong berbudaya tanpa basa basi. Jadi kalo ketemu pelayan toko orang
Vietnam udah dijamin dia ga akan nanyain “ada yang bisa dibanting (red: dibantu)?”. Yang ada ya kita layani
diri kita sendiri. Mo beli ya monggo, nggak ya udah. Kalo kita tanya2 aja
kadang tanggapan mereka juga kurang menyenangkan kok. Jadi ya resikonya gitu
deh kalo tinggal di area yang banyak orang Vietnamnya, kalo mo beli barang
pastiin barangnya udah tau kaya apa bentuknya dan usahakan seminimal mungkin
berinteraksi dengan pelayan toko supaya mood kita tetap terjaga, hehehe...
Lanjut
ke cerita tentang festifalnya. Selain ada yang jual2 makanan dan minuman, ada
juga yang pasang arena bermain kaya odong2 dadakan yang sering ada di Indo itu.
Tiap ada lahan kosong kan pasti deh pebisnis ‘dufan’ dadakan ini langsung
menyabotase lahan untuk meraup rupiah. Ada komidi putar, kincir angin, dll.
Gitu juga di sini, selain komidi putar dan kincir angin, ada lomba jatohin
kaleng yang ditumpung dilempar dengan bola kasti. Kalo jatoh semua biasanya
dapet boneka yang udah dipajang di situ, kita tinggal milih mo boneka yang
mana. Ada juga lempar2an koin. Peserta hanya perlu menyiapkan uang koin emas ($
1 atau $ 2) terus dilempar ke meja yang udah disipakan setinggi betis yang mana
meja tersebut udah ada tulisan $2 - $8 dalam kotak2 kecil $ 20 dan $ 50 yang
bergambar uangnya namun koin kita harus masuk di lingkarang putih yang ada di
tiap gambar uang tersebut. Syaratnya sederhana,
koin sama sekali tidak menyentuk garis, artinya koin harus berada di dalam
kotak/lingkarang secara sempurna. Seandaina kita menggunakan koin $ 2 dan koin
kita jatuh di kotak $ 8 maka panitia akan memberikan uang sebesar $ 16 ke
pemain yang beruntung itu. Terdengar mudah ya, tapi saya melihat para pemain
justru kesulitan untuk mendapatkan keuntungan dari permainan ini. Tapi yang
pasti mereka have fun, karena memang
itu tujuan utamanya dari acara ini.
Di akhir
acara kami disuguhkan acara Barongsai dan Liong. Saya sih kurang tertarik
nontonnya soalnya dulu waktu sekolah sempet jadi pemainnya jadi mungkin udah
bosen sama atraksi seperti ini. Saya dari awal dateng sampe pertunjukan
barongsai memisahkan diri dari Kristina, Eog, dan Mami Kristina, karena saya
lebih tertarik memfoto momennya sementara Kristina lebih tertarik mencicipi
makanan/minuman yang dijajakan di situ. Pas ketemu lagi Kristina udah bawa 3
bungkus makanan yang aneh2 tadi itu.
Ah,
padahal rencana awal ke Saint Albans itu mau belanja mingguan, eh jadinya malah
nonton festifal dan beli jajan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar