Di profil kali ini saya mau menceritakan tentag seseorang yang saya wawancarai satu tahun yang lalu. Namanya Jeeps (bukan nama sebenarnya) dan saya mau menceritakan bagaimana dia bertahan hidup ketika dia belum tiba di Australia. Maaf saya tidak bisa memberikan nama asli karena Jeeps mengkhawatirkan permasalahan politik, imigrasi, dan keluarga serta anak2nya yang masih kecil yang belum tau cerita tentangnya.
Jeeps, seorang Sri Lanka yang lahir di tengah peperangan perebutan kekuasaan antara 2 suku yang menempati sebuah negara bernama Sri Lanka. Sebelum mulai bercerita tentang Jeeps saya merasa perlu mencritakan sejarah dari asal muasal peperangan tersebut dimulai supaya nantinya pas menceritakan tentang Jeeps lebih mudah dimengerti.
Sri Lanka adalah sebuah negara yang terletak di selatan India yang berbentuk sebuah pulau, mungkin luasnya sekitar 2x negara Singapura. Hanya terdapat 2 ras/suku yang menempati negara ini yakni Tamil dan Singalis. Tamil sebagai suku minoritas menempati daerah bagian utara. Dan Singalis yang mayoritas menempati bagian selatan.
Pada tahun 1948, Inggris selaku negara yang menjajah dan menguasai Sri Lanka ketika itu harus mengerahkan seluruh pasukannya dari seluruh dunia untuk kembali ke Inggris dan membantu mempertahankan negaranya sendiri yang dilanda Perang Dunia ke-2. Pemerintah kolonial Inggris berpesan kepada petinggi Sri Lanka agar sebaiknya Sri Lanka dibagi menjadi 2 negara saja karena di dalam negara ini terdapat 2 suku yang begitu kuat, kemungkinan dikemudian hari akan terjadi perebutan kekuasaan. Tapi mereka menolak tawaran tersebut dan sepakat dengan yakin bahwa mereka akan hidup rukun dan damai bersama sebagai satu kesatuan Sri Lanka.
Keyakinan tersebut ternyata hanya bertahan 8 tahun. Singalis yang merasa mayoritas dan mendominasi hampir setiap area Sri Lanka mulai berpikir untuk menyingkirkan Tamil yang dianggap bukan asli Sri Lanka. Karena ada banyak orang di luar Sri Lanka seperti di India, Nepal, dan negara2 sekitarnya yang merupakan keturunan ras Tamil sementara Singalis hanya ada di Sri Lanka. Singalis yang merasa suku pribumi Sri Lanka memulai agresinya dengan membantai banyak suku Tamil yang terlihat di depan mata, memperkosa setiap perempuan Tamil lalu membunuhnya. Usaha ini dilakukan untuk melenyapkan Tamil dari tanah Sri Lanka.
1967, Jeeps yang lahir di tengah keluarga petani yang memiliki ladang sendiri sebagai anak ke-3 atau anak laki2 pertama di keluarganya. Ia memiliki 7 saudara kandung tapi sayang kakak perempuannya yang no.2, yang hanya selisih 1 tahun lebih tua darinya harus mati bunuh diri akibat hal konyol, putus cinta, dengan meminum racun yang biasa digunakan ayahnya untuk membunuh hama tanaman.
1983, ketika Jeeps berumur 16 tahun ia memutuskan untuk bergabung dengan tentara Tamil untuk membela hak2 sukunya atas tanah Sri Lanka. Jeeps berangkat ke India Selatan dengan tujuan untuk mendapatkan pelatihan militer dari tentara India di kamp pengungsi yang disediakan oleh pemerintah India saat itu. Pemerintah India menyatakan sikap mereka akan membantu pihak Tamil untuk menciptakan perdamaian di Sri Lanka. (Tahun yang sama pula saya baru lahir, Jeeps malah udah perang2an, saya merasa sangat beruntung berada di posisi ini).
Selama 1,5 tahun Jeeps dilatih dengan keras dari rejim militer India dan setelah itu dia terlibat perang selama 5 tahun. Beberapa kali ia juga harus melakukan perjalanan bolak balik India - SL - India untuk menjemput para pengungsi dan para pemuda yang siap dilatih untuk berperang. Selain itu tujuan dari perjalanannya adalah mensuplai alat2 perang seperti senjata, peluru, bom, granat, dll, yang disuplai dari pemerintah india. Posisinya sebagai In-Charge pada waktu itu memberikan tanggung jawab yang cukup besar dimana usianya kira2 baru 23 tahun. Di usia yang sama saya malah lagi asik2nya menikmati situasi sebagai mahasiswa nasakom (nasib satu koma). Tidur larut malam, aktif di organisasi, mencari jati diri, nge-game sampe pagi, ngabisin duit ortu, dll. Sama2 berkutat di organisasi, hanya saja organisasi Jeeps adalah organisasi yang menyangkut hajat hidup orang banyak, harga diri dan hak2 kemanusiaan. Sementara organisasi saya hanyalah kelas cere yang berkutat seputar pengembangan kepribadian dan karakter. Itupun saya masih menggerutu dan sering tidak puas dengan dengan karakter teman yang berlawanan dengan saya. Setelah tau cerita Jeeps saya bener2 merasa sangat kecil, nothing, dan malu untuk menggerutu tentang hidup. Padahal bagi saya udah begitu berat tapi dibandingkan dengan Jeeps saya malah merasa menjadi orang yang cengeng dan pengecut terhadap masalah.
1987 masalah baru muncul, terjadi konflik antara sesama Tamil yang memperdebatkan siapa yang paling unggul diantara mereka hingga berujung terjadinya perang saudara. Kini sesama Tamil saling bunuh dan mereka pun diburu oleh Singalis. Jeeps shock dengan situasi itu dan bertekad dalam hatinya: "Saya harus keluar dari situasi suram ini. HARUS! Apapun kondisi dan situasinya akan saya hadapi demi kehidupan yang lebih baik." Lalu apakah kehidupan Jeeps berubah dalam waktu dekat? Tidak. Tidak dalam waktu dekat. Perjalanan dan masalah yang harus dia hadapi masih panjang dan berliku, tapi Jeeps begitu yakin sekali bahwa suatu saat nanti dia ga akan melihat perang atau mati di medan perang. Jeeps muda ketika itu sama sekali tidak menyadari ketika ia bertekad dan memimpikan kehidupan lebih baik ia sedang menuju arah itu.
Akibat masalah baru ini Jeeps memilih keluar dari Grup yang ia pimpin dan bersembunyi dari titik satu ke titik yang lain demi menghindari tentara Tamil dan India karena ketika itu Jeeps berada di base-kamp pelatihan militer Tamil di India. Makan apa yang bisa dimakan, sembunyi, mencari jalan di tengah hutan, bergerak di malam hari bersembunyi di siang hati menuju Sri Lanka. Dia berencana untuk bertemu dengan keluarganya yang tidak pernah dia temui sejak dia terlibat perang. Wow, waktu Jeeps ceritakan yang bagian ini saya agak terkejut. Artinya orang tuanya ga melihat perkembangan Jeeps. Artinya dari sejak umur belasan Jeeps udah lepas dari orang tuanya. Beda banget sama saya, malu banget nih.
Total ada 56 pemuda yang keluar dari grup militer Tamil sejak perang saudara tersebut. Mereka tidak mau membunuh saudara mereka sendiri dan memilih keluar. 55 pemuda lainnya berpencar mengungsi keluar India. Ada yang ke Jerman, Prancis, Kanada, Inggris. Tapi satu pemuda yakni Jeeps begitu merindukan keluarganya, dia memilih jalur ke selatan menuju Sri Lanka. Karena selain merindukan keluarganya Jeeps mendengar kabar bahwa perang telah usai, Sri Lanka menjadi lebih tenang dari sebelumnya sejak pasukan militer India mendarat di Sri Lanka dan mendamaikan peperangan Tamil-Singalis.
Setibanya Jeeps di Sri Lanka, bukan senyum ceria yang didapat melainkan dia justru melihat dengan mata kepalanya sendiri para tentara India menembaki warga sipil dan tentara Sri Lanka. Tak ayal ternyata info yang ia dapat bahwa tentara India yang datang ke Sri Lanka bukan untuk mendamaikan melainkan untuk menghabisi dan menumpas Tamil. Jeeps sangat terkejut dan kebingungan. Di tengah kerinduannya dengan keluarga ia memilih bersembunyi dulu dan mendapatkan kabar berita alasan kehadiran tentara India di Sri Lanka.
Rajive Gandhi (masih keturunan Mahatma Gandhi), Pendana Mentri India ketika itu, dibunuh oleh pasukan mata2 Tamil dengan melakukan aksi bom bunuh diri ketika akan mengalungkan rangkaian bunga ke leher sang Pendana Mentri. Aksi tersebut dilakukan oleh seorang wanita Tamil yang sedang hamil besar. Sungguh di luar dugaan bahwa wanita tersebut adalah mata2 dan begitu berani mengorbankan diri dan cabang bayinya. Penyebab aksi pembunuhan Rajive Gandhi tersebut adalah karena sang PM dikabarkan menandatangani surat perjanjian dengan militer Singalis untuk tidak lagi membantu dan mensuport Tamil dan berjanji akan memihak Singalis.
Karenanya berita tersebut benar2 bikin pihak Tamil kegerahan dan panas. Tanpa basa basi untuk menanyakan mengapa atau merundingkannya terlebih dahulu, Bang...!!! Strategi Kamikaze langsung dijalankan dan sukses membunuh sang PM.
Kini semuanya masuk akal bagi Jeeps yang menyaksikan para Tamil dibantai oleh militer India yang awalnya mereka dipihak yang sama. Jeeps memutuskan kembali ke India dengan visa turis dengan tujuan untuk mendapatkan passport India dan migrasi ke Prancis melalui Belgia, jalur darat. Saya sempet menanyakan, kenapa ga langsung aja dari India ke Prancis? Jeeps menjawab bahwa tadinya memang bisa seperti itu, tapi dikarenakan udah terlalu banyak imigran yang masuk ke Prancis akhirnya pemerintah Prancis mengubah peraturannya dengan tujuan supaya pertambahan imigran tidak meledak dalam waktu singkat karena mereka kewalahan menampung dan menanggung hidup para imigran Sri Lanka.
Beginilah rencana Jeeps setelah mendapatkan passport India dengan menyogok petugas imigrasi India, berangkat ke Prancis dengan rute transit di Italia, turun di Belgia lalu membuang semua data diri, passport, KTP, dan identitas India lainnya supaya benar2 meyakinkan seperti orang Tamil dan masuk Prancis melalui jalur darat. Sialnya ketika mendarat di Belgia, Jeeps langsung digiring ke jalur pemberangkatan pesawat dan dikirim balik ke India. Ternyata rencana Jeeps gagal ketika petugas imigrasi di Italia mencurigai Jeeps yang memegang passport India ketika itu ingin masuk ke Prancis dengan berpura2 menjadi Tamil. Segera saja data diri Jeeps dicopy dan dibawa serta oleh pilot yang memberangkatkan pesawat Jeeps dari Italia ke Belgia.
Sesampainya di India, Jeeps langsung ditahan dan dipenjara. Selama 6 bulan ia mendekam di penjara India sampai akhirnya pamannya yang di Paris mendengar kabar tentangnya dan membayar uang jaminan sebesar Rs 1,000 (Seribu Rupee) yang setara dengan AU$ 10,000 (Rp 100 juta) sekarang.
Selepas keluar dari penjara, Jeeps mendengar kabar akan ada sebuah pertemuan besar bernama Don Bosco Conference yang rutin diadakan tiap tahunnya di Australia. Ketika itu pertemuan tersebut akan diadakan di Monash University yang akan dihadiri sekitar 2.000 orang. Langsung saja Jeeps segera menyiapkan dokumen2 yang dibutuhkan untuk kembali menyogok petugas India membuatkan paspor India lagi, mengajukan visa turis, dan mendaftarkan diri menjafi bagian dari peserta. Ketidak-jeraannya kali ini membuahkan hasil. 1988 Jeeps berhasil masuk Melbourne bersama 8 peserta ilegal lainnya dengan status peserta Don Bosco Conference.
1 peserta ada yang sempat dicurigai oleh petugas. Namun setelah dicek kebenaran akan berlangsungnya pertemuan tersebut dan hotel tempat mereka akan tinggal akhirnya diijinkan masuk Melbourne.
Di hari yang sama mereka langsung meluncur ke Kantor Kedubes Sri Lanka, menjelaskan situasi mereka yang sebenarnya dan tujuan kedatangan merek, yakni untuk meminta perlindungan di Australia. Dalam bahasa lainnya mereka mau menetap di Ausi. Kedubes Sri Lanka pun menghubungkan mereka dengan pengacara setempat untuk membantu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Pengacara tersebut langsung menghubungkan mereka dengan Kantor Imigrasi Australia yang mempunyai otoritas mengeluarkan Visa.
Singkat cerita setelah pertemuan mereka dengan Kedubes Sri Lanka, pengacara setempat dan pihak imigrasi Australia, mereka mendapatkan paspor dan Visa Turis dengan data diri mereka yang sebenarnya. Selang 2,5 bulan kemudian visa Temporary Resident dikeluarkan bagi mereka dan Jeeps diwajibkan tidak boleh meninggalkan Australia selama 1 tahun jika dia ingin mendapatkan Permanent Resident Visa.
Sekarang Jeeps sudah warga negara Australia, dan dia mempunyai keterbebanan hati untuk membantu orang2 Sri Lanka yang kesusahan di negaranya maupun yang sudah merapat ke Australia. Sayang, peraturan Australia kini sudah diganti. Mereka tidak bisa menerima imigran gelap yang datang melalui jalur apapun. Australia mulai menyetop pertambahan penduduknya yang dianggap kurang berkualitas dan tidak mempunyai nilai tambah karena tenaga kerja Australia sudah terlalu banyak sementara para pengusaha dan pembuka lapangan pekerjaan pertambahannya tidak signifikan.
Sekedar info, buat temen2 dari Indo yang nekat mau masuk Ausi tanpa visa, akan digiring langsung ke pengungsian imigran di Papuanugini (Papua Timur).