Tak lain dan tak bukan, alasan saya untuk mendapatkan pekerjaan ketimbang ngendon di rumah adalah uang. Waktu Eog anak saya sudah berumur 6 bulan dan kami merencanakan mertua saya untuk didatangkan ke Melbourne untuk ngurusin Eog, sejak itu saya mulai berpikir pengurusan Eog akan semakin mudah dan saya sendiri akan semakin banyak waktu luang. Selain berencana menghabiskan nya untuk hobi saya pun mulai ngelamar kerjaan casual part time sebagai waiter.
Kalo ada yang inget dengan postingan saya, dulu kami sempet punya kenalan di Melbourne ini selama setahun, namanya Reza. Kebetulan dia dulu waiter di Chilipadi cabang Watergarden. Tiap saban hari dia selalu punya cerita yang menarik dari tempat kerjanya. Dari sistem restorannya yang tertata cukup apik ditambah sang manager yang menurut Reza adalah tipe ideal dan sangat profesional. Nah di restoran yang sama inilah saya bekerja sekarang, Chilipadi Watergarden, Malaysian restaurant.
Kemampuan sang manager ketika dealing dengan customer yang komplen sangat memicu saya untuk mau tau dan belajar dari orangnya langsung. Ha3... ini dia kekuatan edifikasi, pengalaman dulu waktu jalanin MLM, kalo kita sering promosiin sesuatu terus2an, lama2 orang pasti tertarik (setidaknya jadi pengen ngebuktiin apa bener omongan nya tersebut).
Singkat cerita saya kasi CV saya langsung ke restonya dengan menyambanginya dan hanya perlu nunggu 1 minggu ditelpon untuk interview. Intinya saya diterima kerja dan ini adalah untuk kali pertamanya saya kerja jadi waiter. Biasanya kalo kerja di resto saya selalu jadi tukang cuci piring padahal apply nya waiter.
Setelah beberapa hari kerja saya baru sadar ternyata yang interveiw saya adalah pengganti sang manager yang diceritai Reza. Yang artinya si Manager udah ga bekerja di situ lagi. Aduh, sayang banget ga sempet belajar deh. Tapi mari dilihat dulu sang pengganti ini, apa yang bisa saya pelajari dari dia.
Singkat cerita kesimpulan saya tentang si pengganti manager (PM) ini adalah negatif. Dia hanyalah seorang yang beruntung di tengah banyaknya staff yang disponsorin oleh Chilipadi dan menjadi leader untuk semua waiter/waitress. Hanya butuh waktu 6 bulan bagi dia untuk dijadikan atasan semua waiter/waitress Chilipadi Watergarden. PM sangat kurang pengalaman menurut saya. Yang membedakan saya dengan dia adalah dia tau semua menu Chilipadi baik makanan maupun minuman. Tapi dari segi profesionalisme dan leadership saya merasa lebih unggul dari dia (sombong, uh!)
Saya menyadari perbedaan kami setelah 1 bulan kerja karenanya performance saya langsung merosot setelah itu dan PM semakin mempresure saya setelah dia tau saya menyukai pekerjaan waiter ini walaupun ini hanya pekerjaan sampingan. Dia tau saya mengerjakan setiap tugas yang dikasi dari dia dengan serius dan cepat. Dia pun sadar bahkan pernah bilang sendiri bahwa cara saya kerja keliatan berbeda, ga seperti mereka2 yang tujuannya cuma duit. Tapi pas saya minta naik gaji dia ga bisa mengabulkannya karena menurut dia saya belum sempurna, artinya masih ada cacat walaupun intensitasnya sangat kecil. Ini adalah syarat yang konyol menurut saya karena ga ada manusia yang sempurna.
Menurut pengalaman saya sehebat2nya, sejago2nya orang kerja, bahkan walaupun dia udah bertahun2 ngerjain kerjaan yang sama, saya yakin dia pasti ngelakuin kesalahan juga. Ga usah si PM ini, bahkan head chef nya aja pernah salah bikin makanan. Yang diorder sama yang dibikin beda. Apalagi si PM ini yang masih anak bawang. Udah gitu dia nuntut saya untuk sempurna tapi gajinya sama seperti staff yang baru masuk, kan konyol banget, nget, nget...
PM juga melakukan bullying menurut saya karena dia selalu memaksa saya bekerja tanpa menanyakan kesanggupan saya. PM juga melarang saya untuk ngemil atau makan apapun di jam kerja tapi PM dan istrinya (waitress juga) melakukan kebalikan yang dia suruh ke saya. PM, istrinya, dan beberapa staff lain yang bisa berbahasa Hindi, seringkali berkomunikasi dengan bahasa Hindi tanpa memperdulikan orang di sekitar mereka. PM yang lulusan Hospitality di Melbourne harusnya mengerti bahwa ini sikap yang tidak profesional. Saya sempat komplain tentang keharusan untuk berbahasa inggris selama jam kerja tapi hanya di 'iya' kan tanpa ada perubahan sedikit pun.
Intinya, di sini saya belajar untuk rendah hati walaupun atasan saya lebih 'kecil' dari saya. Saya pun belajar untuk menghargai perbedaan disaat saya mendengar nama saya disebut ketika mereka ngobrol pake bahasa Hindi. Jujur aja, sangat sulit untuk melakukannya tapi saya yakin ketika saya ada di posisi puncak saya harus memiliki karakter itu. Karenanya saya harus bertahan karena saya yakin betul suatu hari nanti saya akan memimpin ratusan orang dengan karakter dan pengalaman yang saya miliki. Kalo saya belum memiliki karakter pemimpin yang baik, berjiwa besar, pantang menyerah alias belum layak menginjakkan kaki di posisi puncak itu, bagaimana mungkin ada sekelompok orang yang mau saya pimpin. Alam semesta (baca:Tuhan) pun ga akan kasi kesemoatan itu karena DIA tau saya ga akan bisa menaggung bebannya.
Jadi saya cuma percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya baik itu masalah keluarga, keuangan, maupun kerjaan, semuanya baik adanya untuk men-training saya menjadi manusia berkualitas. Karena itu sudah terjadi dalam hidup saya, melihat pencapaian2 hidup yang sudah saya gapai sampai di titik ini.
Sangat sulit untuk menjadi 'besar', tapi bukan berarti tidak mungkin...
1 komentar:
hebat sekali tulisanya...bisa buat aku termenung sejenak!
Posting Komentar