Sudah
satu minggu berlalu dari sejak daylight
saving diberlakukan dalam rangka memasuki musim panas. Daylight saving yang biasanya di berlakukan di bulan ke dua musim
semi dan gugur memang punya daya tarik sendiri dalam dunia flora. Dari masing-masing
musim saja sudah membawa cuaca yang berbeda, otomatis berdampak pada
pohon/dedaunan yang tumbuh di masa itu.
Di
bulan ke dua musim semi kali ini, saya menyempatkan diri untuk turun dari mobil
hanya sekedar mengambil foto bunga-bunga liar di pinggir jalan yang tumbuh
serempak hanya dari menyebarkan serbuk sarinya yang sudah barang tentu dibantu
oleh tuan angin yang kencang. Sampai artikel ini ditulis, wilayah barat
Melbourne sedang dilanda angin kencang berkecepatan 100 km/jam. Saya aja yang
beratnya 80 kilo ditiup langsung goyang, bias dibayangkan kalo sekedar serbuk
sari yang bak debu ringannya.
Cukup
menarik bagi mereka yang tidak mau turun atau menyempatkan diri untuk berhenti
menikmati sesaat bunga-bunga di jalanan yang indah. Karena kecepatan 100
km/jam, cukup dimaklumi jika anda malas untuk berhenti dan menikmati keindahan
bunga-bunga tersebut sekedar lalu sambil di dalam mobil. Selain anda tak
kehilangan waktu, anda pun ga bosan di perjalanan.
Namun
bagi saya yang suka foto-foto (bukan fotografer lho), ada kepuasan tersendiri
ketika saya bisa mengabadikan hamparan warna yang mampu membengkokkan leher dan
mengalihkan perhatian selama fokus menyetir. Karena momen ini hanya akan
terulang tahun depan, itu pun kalo lahan nya masih ada. Kalo pemerintah punya
rencana pembangunan yang sebagian besar dari kita ga tau apa yang akan terjadi,
mungkin ada baiknya hamparan warna tersebut diabadikan.
Posisinya
tepatnya berada di Western Freeway setelah melewati Christies Rd. Atau kalau
anda datang dari Ballarat Rd. letaknya tepat di samping jalan ketika jalur anda
merger. Ga tau nama bunganya apa tapi melihat warnanya yang biru keunguan saya pikir
awalnya adalah Lavender. Bodoh memang saya, kalo Lavender di pinggir jalan udah
pasti ludes dipungut orang. Tapi ternyata ini hanya bunga rumput yang warna nya
memang bikin beda di jalanan. Secara pinggir jalan sekarang lagi banyak
semak-semak yang warnanya seperti rumput kering, tiba-tiba ada warna biru-ungu
memang agak menyilaukan mata.
Karena
rumah saya masih lanjut lagi dari tempat tadi, jadi mau ga mau saya bisa liat
jenis bunga yang lainnya di titik berikutnya. Lokasinya kali ini ada di setelah
Tab Corp, tempat pacuan kuda, sebelum exit Melton. Bunga kuning dan orange kali
ini lebih jelas lagi terlihat karena berada di kanan dan kiri jalan. Kalo kendara
pada waktu itu ramai, saran saya sebaiknya jangan celingak celinguk kalo ga mau
nabrak atau mobil anda pindah jalur tanpa anda sadari. Karena di area ini
kecepatannya 110 km/jam. Ga main-main, 110 km/jam adalah sangat cepat, kalo
sampai anda di tabrak atau nabrak dengan kecepatan segitu, bukan rumah sakit
lagi yang anda kunjung, melainkan kuburan.
Bunga
rumput kali ini tekstur dan bentuknya berbeda dengan yang sebelumnya. Bunganya
lebih mirip bunga matahari, namun paling besar hanya sebesar kepalan tangan. Warnanya
pun lebih ke orange muda dan orange tua. Kalaupun ada yang berwarna kuning, di
tengah-tengah dari tiap helai kelopak terdapat warna yang terlihat lebih tua.
Sama
halnya seperti hidup, jika kita cukup peka, perjalanan hidup ini sebenarnya
cukup menarik di tengah kekacauan (semak-semak) yang sebagian besar kita alami.
Cobalah untuk menemukan bunga-bunga liar yang menghiasi semak-semak yang anda
lewati, supaya kita bisa lebih memaknai hidup ini dengan kepala dingin dan
tidak terus menerus berkeluh kesah atas “semak-semak” yang kita alami. Atau jika
anda terjebak dengan rutinitas, mungkin ada baiknya berhenti sejenak untuk
sekedar memandang bunga liar di jalanan anda yang mungkin tak akan pernah anda
lihat lagi dalam hidup.