About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Sabtu, 27 Juni 2015

Tari Barong dan Kris

2 tahun tak bersua dengan orang tua kami masing2, kami mengatur pertemuan yang dimulai di Bali supaya punya waktu lebih banyak untuk bersama, karena masing2 kami hanya akan menghabiskan waktu 1 minggu di kota masing2 dari 3 minggu liburan. Sayang papa saya ga mau ikut. Entah apa alasan utamanya tapi saya lebih memilih fokus sama yang ada di depan mata saya saja.

Kami mengawali perjalanan di Bali dengan mengunjung sebuah pusat tarian dan kesenian Bali yang cukup terkenal. Tempatnya sendiri memang yang paling sering dikunjungi dikarenakan posisi tempatnya yang pertama di sepanjang jalan ini yang membuka tempat kesenian yang sama. Beralamatkan di jalan Waribang, Kesiman, sepanjang jalan ini ramai sekali orang2 lokal Bali membuka sebuah area kesenian tarian tradisional, jadi kalo pas bubaran acara, bisa macet.  Nama tempatnya adalah CV Catur Eka Budhi yang menampilkan tarian Barong dan Kris, begitu temanya.

Kalo dari penampakannya kira2 80% penonton adalah manusia dari luar Indonesia. Ini tidak termasuk wajah2 oriental yang bermata sipit, karena saya ga tau mereka orang Indo atau bukan. Bisa saja mereka dari Jepang, seperti kebanyakan yang sering saya temui dan dari penuturan sang sopir, pak Gusti, bahwa banyak sekali orang Jepang yang datang ke Bali hanya untuk belajar nari. Ketertarikan mereka akan kesenian Bali sangat besar. Karenanya orang Bali selain jago bahasa Inggris, biasanya mereka juga fasih berbahasa Jepang. Terutama mereka2 yang bekerja di bidang kesenian tarian ini.

Dari kursi penonton jika kita melihat ke arah pojok kiri, akan terlihat 1 grup pemain musik dari kulintang, gendang, dan gong. Alat musik tradisional yang sudah barang tentu generasi kita 95% tidak tertarik untuk menyentuhnya apalagi mempelajarinya. Kebanggaan akan kekayaan negeri ini memang sangat kurang dan tidak dipungkiri mereka lebih memilih memahirkan diri bermain gitar listrik, drum, keyboard, atau bergabung dengan grup vokal dalam menyanyikan lagu2 klasik (bukan tradisional).

Barong ini termasuk dalam tarian Reog. Ada banyak macam tarian Reog di Indonesia selain Barong antara lain, Reog Ponorogo yang berasal dari Jawa Timur dan Reog Sunda yang menjadi tarian tradisional Jawa Barat.

Singkat cerita kurang lebih tarian Barong dan Kris bercerita seperti berikut ini:

Tarian pun dimulai dengan munculnya seekor barong, yang merupakan seekor singa yang mewakili kebaikan. Tak lama muncul kera yang merupakan sahabat barong. Mereka pun bermain bersama di hutan yang lebat. Lalu muncul 3 orang pembuat tuak dimana salah satu anak dari 3 orang tersebut mati dimakan barong. Perkelahian pun tak terelakkan antara 3 pembuat tuak, barong dan kera. Hidung salah satu pembuat tuak putus digigit kera.

2 penari muncul yang merupakan pengikut Ragna yang merupakan lambang kejahatan, digambarkan sedang mencari pengikut Dewi Kunti untuk menagih hutangnya yang akan memberikan anaknya Sadewa sebagai kurban. Pengikut Dewi Kunti dimasuki roh jahat oleh pengikut Ragna sehingga menyebabkan mereka menyerang Dewi Kunti bersama2.

Dewi Kunti yang tak sampai hati menyerahkan Sadewa sebagai kurban dimasuki roh jahat oleh Setan sehingga menjadi jahat dan rela menyerahkan anaknya. Sadewa yang terikat diletakkan dan ditinggalkan di muka istana Ragna. Dewa Siwa yang melihat itu memberikan keabadian hidup kepada Sadewa sebelum Ragna mendapatkan Sadewa di muka istananya.

Ketika Ragna mencoba mengoyak2 tubuh Sadewa untuk dimakan, tak terjadi apa2 pada Sadewa hingga Ragna kelelahan dan menyerah lalu berbalik memohon keselamatan. Ragna pun diampuni

Kalika (pengikut Ragna) juga memohon pengampunan namun Sadewa tak berkenan mengampuninya. Kalika menjadi marah dan berubah wujud menjadi babi hutan untuk menghadapi Sadewa namun dapat dikalahkan Sadewa. Kalika seketika berubah wujud lagi menjadi burung tetapi tetap dikalahkan oleh Sadewa. Dan akhirnya Kalika berubah menjadi Ragna dan Sadewa yang kemampuannya masih dibawah Ragna tak mampu mengalahkannya.  Akhirnya Sadewa berubah wujud menjadi Barong dan pertarungan mereka abadi hingga sekarang. Kebaikan dan kejahatan masih terus berlawanan hingga kini.

Jujur saja saya baru pertama kali liat tarian ini, saya terkesima. Saya suka sekali kesenian ini. Gimana dengan yang lainnya? Ternyata hanya adik saya yang sama tertariknya dengan saya. Mama saya ga punya sense of art di bidang musik dan tarian, rasa seni mama saya hanya di bidang pakaian secara dia tukang jahit. Itupun ga berkembang seiring perkembangan jaman, jadi cenderung old fashion. Sementara dari keluarga Kristina tak ada satupun yang tertari. Jadi dari 7 anggota rombongan kami hanya 2 orang yang menikmati tarian ini.


Sekedar info, tiket masuk untuk menonton tarian ini sebesar Rp100.000 per orang. Anda akan mendapatkan selembar kertas yang merupakan skenario dari tarian2 yang akan ditampilkan dari awal hingga akhir.

Tidak ada komentar: