About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Minggu, 20 Maret 2011

Pertualangan Kami Sudah Dimulai

Kami berangkat dari Kuala Lumpur, Malaysia pk. 22.30 dan sampe di Melbourne pk. 06.30 dan ada beberapa hal yang kami khawatirkan pada waktu mau masuk Oz. Salah satunya adalah visa kami. Ini adalah kali pertama kami masuk suatu negara pake visa, jadi ada banyak ketakutan2 seperti misalnya visa kami ga berlaku, atau ternyata kami hanya boleh 3 bulan seperti yang dikhawatirkan mama kami. Tapi untungnya semua itu lancar2 aja walaupun kami sempat ditanya bawa obat apa? Karena waktu itu kami bawa obat untuk hidung & mata kami yang lagi bermasalah karena udara. Kami kira kami akan digeledah tapi ternyata ga. Intinya semua berjalan lancar.

Di Oz kami tinggal di Frankston, kami nebeng di situ & sama sekali ga bayar apa2 karena lewat couchsuring, suatu website yang mewadahi pada bagpacker dengan budget rendah untuk biaya akomodasi/penginapan. Kami harus naik Airport bus untuk bisa sampai ke Frankston, atau kalo di Indo biasa di kenal bis Damri yang biasa ngangkut orang ke Airport atau dari Airport ke tujuan si penumpang. $34/orang, tapi kalo beli 2 jadinya $ 61.

Pertualangan kami pun dimulai dari Frankstone ini, dimana sebenernya kami ga tau Frankstone itu dimana & kapan harus turun dari bis. Kami hanya punya alamat si pemilik rumah yang bernama Reine, ibu dari 3 orang anak; Samantta (21), Rivah (16), Henri (4). Dan kami sudah memastikan si sopir untuk menurunkan kami di Frankstone. 2 jam kemudian tau2 udah sampe Frankstone dan... dimana ini? Kami tanya si sopir mungkinkah dia tau jalan 32 Kelso Street? Dia malah bilang “Frankstone luas, saya mana mungkin tau alamat ini?” Pertualangan pun dimulai di negeri antah berantah yang kami ga tau siapa2 di situ, tempatnya pun asing, bahasanya beda, tapi asik, seru banget, bener2 berpetualang, sangat menyenangkan dan banyak hal2 baru yang kami belom kenal, misalnya: kami sebagai pejalan kaki bener2 dihargai & didahulukan (jika kami berada pada tempatnya tentunya). Kami merasa waktu itu seperti ada dalam suatu permainan video game dimana kami harus menyelesaikan satu kasus maka kami bisa dapatkan apa yang kami inginkan.

Semua orang yang kami tanya Kelso Street ga ada yang tau. Kami jadi bingung, apa mungkin Reine salah kasih alamat? Karena dia bilang kalo alamat tersebut adalah alamat barunya, dia baru pindah rumah. Terus, dia pun ga bisa dihubungi saat itu, karena dia tidur jam 5 pagi dan mabuk berat. Jadi kami harus berusaha sendiri untuk cari tau alamat rumahnya ditengah kondisi perut lapar. Di seberang jalan ada 2 pilihan restoran, yang satu restoran italy, La ... apa gitu namanya, saya lupa, menunya spagetti, pizza, dll. Yang satunya lagi restoran terkenal di Indo juga ada dengan lambang lengkungan M berwarna kuning yang terkenal dengan burgernya. Pilihan kami jatuh ke Junkfood, sekalian mo nyoba kalo yang luar punya rasanya sama ga sih? (alasan, padahal cari yang murah).

Singkat cerita, rumahnya ketemu gara2 tadi sambil makan sambil cari di google map, dan kami udah tau harus jalan kemana. Walaupun sambil tanya2 orang lagi biar lebih pasti dan ga salah jalan. Di tengah jalan kami liat toko buah, kebetulan udah lama ga makan buah, eh ada buah kiwi yang biasa di beli sama Ci Nova (temen kantor saya dulu) murah banget di sini. Ci Nova biasa beli Rp 65,000 dapet 4, di sini malah $2 dapet 4 ($1 = Rp 8,800). Belom lama ini kami juga liat Peach seharga $2.50 sekilo (1kg = 4-5bh) padahal di indo harganya bisa Rp 17,000/bh. Mantaps, makan buah mahal dengan harga terjangkau, kapan lagi. Di sini harga pisang justru malah lebih mahal dari kiwi. Jadi ga usah dibeli, di indo udah bosen makan pisang, hehehe, sombong...

Singkatin lagi, kami sampe di rumah Reine, rumah dengan nuansa kuno terbuat dari kayu, dengan cerobong asap yang keliatan dari depan rumah, ada halaman depan & belakang yang bisa dipake untuk acara2 keluarga misal: barbeque-an. Bahkan sampe lantai rumahnya pun dari kayu. Sempet terpikir, bukannya rumah dari kayu ga ramah lingkungan ya? Tapi kenapa di sini 1 komplek rumah dari kayu semua, sampe ke lantai2nya? Bukannya Ausi lagi berusaha dalam upaya menanggulangi pemanasan global? Belakangan saya baru tau kalo rumah dari kayu lebih hangat dari beton. Karena suhu di sini katanya 2 derajat lebih rendah dari melbourne city.

Ada 1 hal yang beda dari di Indo, di sini ga ada tukang fotocopy, printer, ataupun warnet yang biasanya kalo di indo udah ngemper aja di jalan tanpa perlu bikin ijin usaha dulu. Di sini kalo mo print/fotocopy harus di perpustakaan setempat $0.15/lembar. Perpustakaannya aja lengkap bener walaupun kata Reine (pemilik rumah yang saya tebengin) buku2nya udah edisi lama kebanyakan. Eh, ada lagi nih yang beda di sini. Kali ini tentang toilet pria. Kalo mo kencing ga ada penutupnya antara kanan & kiri, jadi kencing aja di satu wadah bersama yang udah disiapkan terbuat dari sejenis alumunium/seng gitu. Jadi besar kemungkinan orang kanan/kiri kita bisa liat punya kita (kalo diniatin). Kalo mo flush ya tinggal teken tombolnya tapi semua wadah itu akan kesirem semua. Gimana dengan toilet wanitanya? hmmm, saya ga tau... Mungkin sama kaya di Indo soalnya Kristina ga ada komentar apa2 tuh tentang toilet.

3 komentar:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman mengatakan...

hahahah..toilet cewek ga ada airnyaaa...jadi kalo mo bok**r susah cebok...cuma pake tisu doang sampe kadang2 pantatnya masih gatel :(

Anonim mengatakan...

mau tanya, wkt msk oz pake visa apa yah?thq u ^^

Petter Sandjaya mengatakan...

kami pake work and holiday visa, mas...