Semua temen2 maupun keluarga yang berkomentar tentang Aussie, mereka cenderung bilang kalo di sini semua nya serba teratur, jelas dan dapat diprediksi, terutama dalam hal kendaraan umum. Kata mereka dikarenakan orang2 di sini tau aturan dan ga nyeleneh kaya di Indo. Menggunakan alasan karena negara maju udah pasti orang2nya punya pikiran yang maju juga dan pastinya sikap dan perilaku sehari2nya lebih mau ngikutin aturan.
Sebenernya pernyataan tersebut ga sepenuhnya bener terutama dalam hal “orang2nya”. Kalo ngeliat dari segi transportasi & fasilitas umum, memang betul di sini semua nya serba jelas & bisa diprediksi, misalnya aja jadwal kereta semuanya jelas jam berapa & memang keretanya pun datang sekitar jam yang telah dijadwalkan. Kalopun telat, akan ada pengumuman yang menginformasikan berapa menit lagi keretanya akan datang. Tapi kalo dari segi orang2nya yang tau aturan, saya kurang setuju. Lho kok bisa? Padahal fasilitas & transportasi umum itu sendiri kan dikendalikan sama orang2 di sini? Kalo dilihat secara garis besar memang ada hubungannya antara keberadaan & keteraturan transportasi & fasilitas umum tersebut dengan orang2 yang ada di sini. Tapi ada 1 pertanyaan retoris yang bisa menjawab perbedaan tersebut (haiyah, retoris tapi ada jawaban...), apakah semua orang Aussie teratur?
Intinya saya baru ngeh (terhenyak & sadar) setelah istri membandingkan keteraturan di sini dengan keteraturan di Singapura. Ya dan memang saya akui, ternyata Singapura lebih teratur & lebih bersih. Saya melihat dari tingkat kebersihan fasilitas umum yang sering saya pakai dan tingkat pengrusakan yang terjadi. Banyak sekali saya temukan di sini, misalnya saja di transportasi umum yang sering saya pakai seperti kereta. Sampah2 berserakan di sepanjang lantai gerbong kereta seperti botol minuman, kaleng, kotak, tissue. Atau kalau saya pas pake kereta di atas jam 5 sore akan banyak ditemukan koran2 bekas baca yang dibagi2kan secara gratis setiap hari (kecuali weekend) di depan pintu tiket stasiun City Loop. Pengrusakan yang sering saya lihat adalah seperti kaca jendela yang dicorat-coret dengan benda tumpul. Ataupun dinding gerbong yang dicoret2 dengan spidol. Ya, apa mo dikata, namanya juga anak muda, masih labil dan bergejolak jadi senengnya justru yang nyeleneh2. Makin ga mirip sama orang pada umumnya justru malah makin dilakukan. Tapi anehnya, kenapa di Singapura kok ga gitu ya?
Kalo dilihat dari tingkat kemungkinan kesejahteraan rakyatnya, memang di Aussie kemungkinan nya lebih besar untuk bisa sejahtera ketimbang di Singapura karena biaya hidup di Singapura lebih mahal dari di Aussie (Lih. Teori Ekonomi Makro). Pertanyaannya, kenapa hal tersebut bisa terjadi di negara yang katanya lebih maju dari Singapura?
Jawabannya menurut saya adalah karena tingkat kesejahteraan di Aussie lebih tinggi dari Singapura. Hahaha... Membingungkan, kok orang sejahtera malah semakin ga teratur? Begini penjelasannya...
1. Tingkat Pendidikan yang rendah
Di Aussie, ada cukup banyak anak2 muda yang tidak melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan mereka pengen cepet2 kerja & bisa menghasilkan uang sendiri. Karena tingkat kesejahteraan yang tinggi di Aussie yakni sekalipun Cuma lulusan SMA gajinya tetep bisa hidup. Contoh: Sammantha (anak pertama Reine), dia pekerja rendahan atau istilahnya di sini White Coral tapi bisa jalan2 ke Thailand sama pacarnya yang sama2 Cuma lulusan SMA, bahkan masih ada duit buat bikin tato di kaki seharga THB100 sebagai oleh2 dari Thailand katanya. Gitu juga dengan mamanya (Reine) yang Cuma sopir Forklift di gudang tapi bisa keliling eropa selama 2 minggu & bisa menghidupi 3 orang anaknya. Karena pendidikan mereka yang rendah itulah mereka jadi cenderung bersikap seperti orang yang berpendidikan rendah pada umumnya seperti: memaki, merokok di dalam gerbong, corat-coret, dll
2. Sistem Pemerintahan
Sistem kesejahteraan di Aussie ini sebenernya secara ga sadar udah bikin orang jadi males. Sistem tersebut yang kebetulan saya tau adalah setiap orang yang sudah berumur minimal 16 tahun dan belom punya penghasilan sendiri akan dikasi tunjangan sebesar $221 untuk 2 minggu. $221 itu cukup untuk makan makanan bergizi dengan standar asupan gizi sehari untuk 2 minggu ke depan dalam konteks orang tersebut tinggal bersama orang tuanya. Tapi kalo ternyata masih ada tanggungan lain yaitu biaya sewa rumah/kamar, pemerintah akan memberikan lagi tunjangan untuk sewa rumah/kamar tersebut. Sayangnya saya ga tau jumlahnya berapa tapi berdasarkan informasi yang saya dapat dari Rivah (anak ke-2 Reine yang juga salah satu penerima tunjangan tersebut) uang sewa rumah tersebut jumlahnya ga gede dan harus menunjukkan tagihan sewa rumah/kamarnya, katanya sih +/- $150 per 2 minggu.
Kalo ga salah di Indo juga ada ya tunjangan seperti no.2, tapi jumlahnya kalo ga salah Rp 200.000 sebulan. Aduh, gimana idupnya? Jujur aja sih saya ga bisa idup Rp 200.000 sebulan tapi mungkin mereka para penerima tunjangan tersebut mau ga mau harus bertahan idup dengan uang segitu. Btw, itu aja kalo ga salah belom dipotong ini itu deh, kalo dipotong lagi, wah... kurus deh saya...
Mungkin penjelasan saya semua ini salah dan memang ga mendasar pada tulisan2 ilmiah tertentu tentang kehidupan sosial orang2 di aussie. Tapi itulah yang terlihat di mata saya bahwa memang di Singapura manusianya lebih teratur ketimbang Australia. Ga menuntut kemungkinan kalo di Singapura ada juga yang suka corat-coret, tapi jumlahnya saya rasa lebih sedikit ketimbang di sini, karena bisa diliat dari coret2an yang ada di jalan2 atau transportasi umum itu tadi.
Oiya, walaupun di sini manusianya termasuk banyak yang ga tau aturan, tapi mereka jauh lebih menghargai orang lain ketimbang di Indo. Contohnya aja semalem pas saya kerja di restoran, tiba2 ada 1 cewek bule dateng ke arah ruangan kerja kami dan kebetulan saya yang jaraknya paling deket sama dia jadi ya ngomongnya sama saya. Dia minta untuk di bersihin mejanya. Dalem hati ah, ternyata ga bule ga indo sama aja rewelnya. Soalnya saya sering nemuin orang2 Indo yang minta di lap-in mejanya karena Cuma ada bekas air yang udah kering. Tapi yang bikin menyejukan hati adalah cara dia meminta itu lho: (menurut terjemahan saya) “Saya minta maaf, saya tau kamu lagi sibuk, tapi bisa ga minta tolong bersihkan meja kami?” Ya tentunya saya lakukan dengan senang hati karena dia minta dengan baik banget dan saya merasa udah dihargai, padahal seharusnya dia marah, kan dia pelanggan. Nah, pas sampe di meja nya, toeng, toeng, toeng... Rasanya seperti tertampar berkali2, plak, plok... plak, plok... Mejanya bener2 berantakan. Memang ga ada piring atau gelas di atas meja, tapi nasi2 dan kuah sop masih ada di situ banyak banget... OMG jadi ga enak tadi sempet jelek2in dalem ati. Hehehe...
2 komentar:
iya bener,...di sini orang2nya banyak yang ga tau diuntung ya. sudah hidup enak di sini walaupun kerjaan ga jelas harusnya bersyukur. coba hidup di indo..harus berjuang keras buat bisa hidup layak.
pengen ke aussie neh..minta info donk..jalur yang bner itu gmn gitu...email : usa_prima2000@yahoo.com
Posting Komentar