About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Minggu, 02 Oktober 2011

Pekerjaan Keempat

Sebelum bener2 kadaluarsa dan ga inget lagi apa aja yang terjadi mending saya bikin dulu aja ceritanya tentang pekerjaan keempat yang saya geluti selama tahun pertama di Australia ini walaupun mood ga ada

Pekerjaan keempat kali ini adalah masih sebagai tukang cuci piring, tapi kali ini lebih profesional, yang saya kerjakan hanyalah cuci piring. Ga seperti di pekerjaan yang kedua selain cuci piring saya juga waiter, preparing makanan, dll deh. Lengkapnya saya akan ceritakan di artikel berikutnya.

Doa saya dijawab sama Tuhan. Dulu saya sempet berdoa saya siap kerja keras tapi kenapa Tuhan ga kasi saya kesempatan? Dan akhirnya iseng2 waktu itu saya kasi lamaran eh si Manager ga pake liat resume saya lagi langsung nawarin bisa ga kerja tiap kamis malam sama Minggu dari jam 10 – 22? Ya udah barang tentu saya langsung menyanggupinya. Ini kan seperti doa yang saya sebut. Lagipula siapa yang mo nolak kerjaan? Kerjaan = uang.

Awalnya saya berpikir kerjaan = uang. Kesempatan untuk dapetin uang lebih banyak. Apalagi di tempet baru ini $13 / jam dan saya ga perlu berhenti kerja dari kerjaan yang sebelumnya, jadi ini adalah tambahan penghasilan. Ya saya sih awalnya berharap dari Cuma kamis sama minggu menjadi senin – jumat kerjanya. Kan lomayan tuh lebih banyak jam kerjanya udah gitu weekend bisa libur, istirahat.

Tapi apa yang terjadi justru di luar dugaan saya. Di hari pertama kerja aja perasaan saya udah ga enak sama situasi dan orang2 yang kerja di situ. Mereka sama sekali ga berbuat hal2 yang bikin sebel tapi ini semacam insting aja. Rasanya tuh ga damai kerja di situ. Nah, berhubung saya tipe orang yang lebih menggunakan logika daripada perasaan jadi saya tetep kerja di situ sampe pada akhirnya saya pun berhenti juga karena udah ga kuat. Total lamanya saya kerja adalah dari pertengahan agustus sampe akhir september, berarti satu setengah bulan.

Nama restorannya adalah Di Caprio, sebuah restoran Italia yang berada di Melton Highway, Watergarden (Sydenham). Saya adalah satu2 nya manusia yang bermata sipit dan paling ancur bahasa inggrisnya. Yang lainnya kebanyakan orang India (Punjabi) dan Aussie. Mat (kokinya) pernah bilang ke salah satu koki yang lain di depan saya, kalo mo ngobrol sama Petter harus pake bahasa inggris, dan mereka semua tertawa...

Saya ga ngerti, emangnya bahasa apa yang mereka pake? Orang kadang sedikit2 saya ngerti kok apa yang mereka bicarakan. Tapi jujur aja sih, sedikit banget hehehe... Dan akhirnya saya ngerti maksud Mat waktu itu, mereka ternyata lebih sering pake bahasa slank (Inggris yang ga formal) dalam keseharian mereka.

Tiap kali pulang kerja saya selalu dapet makan dari restoran ini, bisa milih semua rasa pizza. Kadang2 malah dibikinin Lasagna, Seafood rice, dll dah makanan2 Italy. Tapi sayangnya yang cocok di lidah saya Cuma pizza nya doank, menu yang lainnya kalo ditawarin buat dibawa pulang, dengan senang hati saya tolak. Saya lebih milih pizza aja walaupun di resto ini pizza adalah menu yang paling murah, Cuma $8 - $10 (tergantung ukuran).

Di sini bercandaan mereka semuanya berkaitan dengan seks. Kabarnya ada 2 orang yang Gay di situ, tapi saya ragu mereka berdua itu beneran gay, karena kebanyakan mereka berusaha melucu dengan ngibulin saya. Terlihat jelas di sini bedanya gaya bercandanya orang2 India sama yang aussie. Yang aussie bercanda seks tapi ga dipraktekin, sementara kalo yang india bercandanya sambil dipraktekin. Misalnya aja ada yang bernama Lucky dan Minni, mereka pria india yang sedang bercanda kalo mereka gay, dan salah satu dari mereka bergaya seperti berusaha menempelkan kelaminnya dari belakang. Sementara yang aussie saya ga pernah liat mereka seperti itu.

Menurut saya ini berkaitan dengan budaya. Seperti cerita yang saya dapet dari Jess dan Suman, di India cowok dan cewek ga bisa saling interaksi kalo bukan keluarga deket. Karenanya mungkin mereka overacting kaya gitu jadinya setelah sampe di aussie mereka merasa bebas berekspresi. Sementara yang aussie mungkin seks bebas udah menjadi budaya bagi mereka karenanya mereka ga norak gitu. Paling2 mereka kalo bercanda seks berkaitan dengan isu2 seks yang lagi populer. Atau misalnya semalem abis mabok2an ada salah satu staff yang saling ngeseks, ya semacam gosip2 gitu lah.

Ya, intinya saya udah resign dari restoran Di Caprio ini karena ga kuat dan ga bisa mengimbangi kecepatan yang diminta. Saya memilih resign aja dah daripada tetep bertahan tapi stres. Besok2 saya harus ganti doanya. Sepertinya saya salah doa, lebih baik minta kerjaan yang lebih baik daripada mengatakan siap kerja keras.

1 komentar:

Regina World mengatakan...

wkwk.. doa juga musti pintar2 ya.. dikabulkan tapi tidak sesuai keinginan,.. hehehe