About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Sabtu, 29 September 2012

The Way You Love Me (Part 2 - Tamat)


Los Angeles, lima tahun yang lalu...
“Douglas O’Neil?” Tanya Francesco. Sebenarnya dengan sekali pandang saja dia sudah tahu kalu pria muda yang berdiri di ambang pintu dengan rambut acak-acakan dan bertelanjang dada itu adalah adik tirinya. Mereka seperti pinang dibelah dua walaupun usia dan ibu mereka berbeda. Douglas tidak kalah terkejutnya. Selama ini ibunya tidak pernah berverita kalau dia mempunya saudara.
“Ya, aku sendiri.” Jawab Douglas bingung.
            Francesco melewati Douglas dan duduk di sofa ruang tamu apartemen yang sempit itu. Keadaan apartemen itu seperti kapal Titanic yang dilanda badai. Douglas mengangkat bahu lalu duduk di depan Francesco.
“Aku kakak tirimu.” Kata Francesco.
“Melihat kemiripan wajah kita kukira hal itu tidak perlu disangsikan lagi.” Jawab Douglas seenaknya.
            Francesco tidak memperdulikan komentar Douglas.
“Siapkah kau memasuki keluarga Ambrosetti, Douglas O’Neil?”

26 Juni
“Di sinilah aku sekarang.” Pikir Douglas. Ibunya sudah melarang mati-matian agar dia jangan berhubungan dengan keluarga Ambrosetti. Kehidupan mafia sangat berbahaya dan penuh intrik serta kekejaman. Selama dua puluh tahun terakhir ini Tracy berusaha menyembunyikan diri dari Luciano Ambrosetti untuk menjauhkan Douglas dari keluarga itu. Tapi Douglas sudah bosan hidup miskin. Dia tidak sudi tinggal di apartemen murah itu lagi dan bekerja sebagai pebgantar pizza seumur hidupnya. Douglas O’Neil sudah berubah manjadi Douglas Ambrosetti sekarang.
“Aku akan melakukan apa saja agar Frank mempercayaiku. Aku tidak mau dan tidak akan diremehkan oleh siapapun. Membunuh gadis selemah Lucia adalah hal kecil.” Pikirnya.
“Frank...” Lucia berlari menghampiri Douglas.Lamunan Douglas pun terputus.
“Ada apa sayang?”
“Aku ingin berkuda ke atas bukit.”
“Baiklah, kutemani kau.”
            Lucia tertegun, Francesco tidak pernah mau berkuda lagi sejak dia jatuh dari punggu kudanya di usia sepuluh tahun.

26 Juni, tengah malam
“Frank, apa boleh aku bertanya?”
“Apa?”
“Mengapa kau ingin membunuh Lucia?”
“Karena dia terlalu banyak tahu.”
“Hanya itu?”
“Aku sudah bosan padanya.”
“Tidak adakah jalan yang lebih baik?”
“Jangan bertanya lagi!” Francesco menutup teleponnya.

28 Juni
            Satu per satu Lucia mulai melihat keanehan pada diri Francesco yang bersamanya sekarang.
“Frank seorang vegetarian, tetapi di sini ia melahap semua makanan yang terbuat dari daging. Selain itu dia selalu mau menemani aku berkuda. Dengan mengabaikan wajahnya aku pasti yakin kalau dia bukan Frank.” Pikir Lucia heran.
            Lucia memasuki kamar Douglas. Didengarnya pria itu sedang mandi. Lucia membongkar semua laci meja untuk menemukan petunjuk yang bisa meyakinkannya bahwa pria yang bersamanya saat ini bukan Frank. Benda itu ditemukannya di laci paling bawah. Dengan tenang Lucia duduk di tempat tidur Douglas, menunggu selesai mandi.
“Lucia?” Douglas keluar dari kamar mandi lima menit kemudian. Air menetes ke lantai dari rambutnya yang basah.
“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan.” Kata Lucia sambil tersenyum manis.
“Tunggu sebentar.” Sahut Douglas sambil membelakangi Lucia. Dia membuka laci paling bawah lalu mencari sesuatu di dalamnya.
“Percuma saja kau mencari, Frank. Kau mencari ini bukan?”
            Douglas terperanjat melihat kontak lensanya ada di tangan Lucia. Sekarang Lucia sudah melihat mata birunya.
“Aku sudah tahu kau bukan Frank.”
“Maafkan aku.” Douglas salah tingkah melihat sikap Lucia yang begitu tenang.
“Mata birumu bagus, untuk apa kau menutupinya?”
“Dengar dulu Lucia, aku...”
“Tak perlu kaujelaskan. Cukup jawab dengan ya atau tidak.”
“Tapi...”
“Frank yang merencanakan semua ini bukan?”
“Aku...” douglas berusaha menyangkal akan tetapi langsung dipotong oleh Lucia.
“Ya atau tidak?”
“Ya...”
“Frank menyuruhmu untuk membunuhku bukan?”
“Itu...”
“Bunuhlah aku sekarang.” Lucia menyodorkan pistol kepada Douglas.

28 Juni, tengah malam
“Apa maksud perbuatanmu ini?” Suara seorang wanita terdengar.
“Dia harus disingkirkan. Hanya boleh ada satu ahli waris dalam keluarga Ambrosetti.“ Kali ini suara pria yang menjawab.
“Kapan?”
“Independence day.”
            Telepon ditutup...

2 Juli
“Sudah lebih dari seminggu kita di sini, Doug. Frank akan curiga bila kau belum juga membunuhku.” Kata Lucia. Mereka berdua duduk di punggung kuda masing-masing memandang lembah yang menghijau di kaki tebing tepat di bawah mereka.
“Aku tahu.” Jawab Douglas. Dia sudah merasa cemas sejak pertama kali melihat Lucia di pesta pertunangan Antonio. Dia takut, Lucia begitu menarik. Dia khawatir tidak tega membunuh Lucia. Kekhawatirannya menjadi kenyataan dan yang lebih buruk lagi dia sudah jatuh cinta pada gadis itu.
“Apa yang akan kita lakukan?” Tanya Lucia.
“Aku sendiri belum tahun.”
“Doug, aku punya rencana. Mungkin ini bisa menyelamatkan kita berdua.” Kata Lucia tiba-tiba.

3 Juli
“Frank, datanglah kemari besok pukul sepuluh pagi.”
“Ada apa?”
“Akan kubunuh Lucia dihadapanmu.”
“Untuk apa?”
“Untuk memastikan bahwa aku benar-benar telah membunuhnya.:”
“Aku percaya padamu.”
“Kau pernah berkata jangan percaya sebelum kau melihatnya dengan mata kepala sendiri.”

4 Juli – Independence Day of The United States of America
“Mana Lucia?” Tanya Francesco. Douglas menyambutnya di depan pintu.
“Di kamarnya. Tenang saja, dia tidak curiga sama sekali.”
“Mana pistolmu?”
“Untuk apa?”
“Siapa tahu kau lupa mengisinya dengan peluru.”
            Douglas memberikan pistolnya dengan berat hati. Francesco mendahului Douglas ke kamar Lucia. Pintu kamar itu tertutup.
“Kau masuk dulu.” Francesco memberikan pistol itu ke pada Douglas.
            Semua terjadi begitu cepat. Douglas masuk ke kamar Lucia diikuti Francesco. Lucia tidak sempat terkejut lebih lama. Douglas menembaknya tepat di dada dan Lucia langsung roboh ke lantai. Douglas menghampirinya.
“Dia sudah mati, Frank.”
“Bagus.” Francesco keluar dari ruangan itu.

“Lucia, bangunlah! Frank sudah pergi, kita berhasil.” Douglas mengguncang tubuh Lucia. Lucia tetap diam.
“Lucia, hentikan sandiwaramu! Kita harus cepat-cepat pergi dari sini.” Desak Douglas. Dia mengangkat tubuh Lucia dan terlihat genangan darah di bawahnya.
“Percuma kau memanggilnya. Dia sudah mati.” Tiba-tiba Francesco muncul di ambang pintu.
“Kau...” Douglas hendak menyerang Francesco.
“Berhenti!” Francesco menodongkan pistol ke arah Douglas.
"Kau menukarkannya, kau menukar pistolku!” Geram Douglas.
“Aku Cuma melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Ayah menunjukmu sebagai ahli waris dan aku tidak terima. Kau harus mati.” Jawab Francesco dingin.
“Lucia sudah mati. Tidak ada artinya lagi aku hidup.” Douglas merebut pistol dari tangan Francesco dan menembakkannya ke kepalanya sendiri.

            Pukul sebelas tepat Lucia membuka matanya lalu bangkit menghampiri Francesco.
“Obat penghilang denyut nadi ini benar-benar hebat, tetapi darah ayamnya membuatku ingin muntah.” Kata Lucia.
“Ayo, kita pergi ke Bahama.” Francesco merangkul Lucia keluar dari kamar itu.


--- TAMAT ---

2 komentar:

Unknown mengatakan...

wah keren juga ceritanya

Petter Sandjaya mengatakan...

Makasi Fanny, tapi ini bukan ceritaku, ini karangan Kristina, dia malu postingin nya, karena dia ga suka ceritanya...