About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Minggu, 05 April 2015

Rumah Ketiga

Ok, saya kembali lagi setelah hampir 6 bulan hybernate dan tak kunjung menemukan waktu yang tepat untuk bercurhat ria tentang pengalaman hidup di Australia. Intinya kalo dibandingkan waktu kerja di Jakarta dengan gaji waktu itu tahun 2010 kira2 3,5 - 4juta ( tergantung lembur brp lama) biaya hidup di Melbourne terhitung murah. Kalo di kota lain seperti Sidney, hmmm saya ga yakin bisa dibilang murah karena saya sempat berpelesir selama 3 hari sekalian kunjungan bikahan teman waktu itu. Biaya hidupnya cukup tinggi.

Selain itu saya kurang suka suasana nya yang cenderung mendekati Jakarta yang ruwet, ramai penduduk dan macet. Bedanya cuma di kualitas udaranya yang sedikit lebih segar. Saya ga berani bilang udaranya bersih karena dimana2 saya mencium bau asap, karena memang Sidney yang udah remenya kaya gitu masih aja dalam pembangunan dimana2. Ya genungnya, jalanan, jembatan. Kalo dibandingan Melbourne, rasanya tingkat kegiatan konstruksi di Sidney jauh lebih pesat.

Biaya hidup di Melbourne jauh lebih murah ketimbang Sidney, baik dari harga bahan pangan sampe ke biaya transportasi. Mungkin kalo saya tinggal di Sidney belum tentu saya bisa beli rumah sekarang. Ya, kami udah tinggal di rumah baru sejak 29 Desember 2014. Ga perlu nyewa/ngontrak lagi dan ga perlu khawatir properti orang dirusak sama Deo. Secara anak kecil maunya coba2. Apalagi bocah cowok, kagak bisa dibilangin. Makanya ada buku judulnya "Why men never listen and women cannot read map." Kayanya emang bener, cowok lebih seneng nyemplung ke jurang dulu, ngerasain sakitnya, terus dengan bangga ketika bangkit lagi curhat di situ ada jurang, walaupun udah banyak orang bilang di situ ada jurang.

Kekhawatiran saya terbukti di hari pertama pindahan, tembok rumah langsung dicorat coret sama Deo pake spidol marker. Bagus bukan rumah kontrakan, kalo nggak kan nambah kerjaan saya lagi buat cat ulang rumah orang sebelum ditinggalin.

Rumah kami bisa dibilang pelosok karena jauh dari pusat kota Melbourne CBD. Jaraknya kira2 42km , 1 jam lamanya kalo naik mobil. Bisa dibayangkan ya jauhnya kaya apa. 1 jam itu ga pake macet lho.  Kurang lebih 42km itu sama kaya dari rumah ortu yg di Tangerang ke Mall Citraland yg di Grogol. 

Ada lahan kosong yang cukup luas sebenernya untuk berkebun sendiri dan hidup dari hasil panen sendiri. Tapi bisa dipastikan waktu akan tersita habis hanya untuk ngurusin kebun. Alhasil kami hanya membuat 3x3 meter saja untuk kebun sayur seperti tomat dan bok choi, lalu ada cabe, daun bawang, stoberi, anggur, apel, lemon, limo, labu dan lidah buaya. Yang sudah beberapa kalo dipanen adalah bok choi dan stoberi, sisanya masih menunggu untuk dituai.

Lalu apa yang sudah saya kerjakan di sisa tanah kosongnya? Hahaha, belom tersentuh sama sekali karena tak adanya waktu untuk mengelolahnya. 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Halo om/pak Petter Sandjaya, Saya sudah beberapa hari selalu baca-bacain blog bapak. Saya sangat terinspirasi dengan artikel bapak. Perkenalkan pak, saya Lukas umur 24tahun. Saya sudah agak lama berencana untuk working holiday di OZ, namun saya takut dan tidak punya sponsor atau apapun juga (berharap semakin dipermudah pengajuan visanya). Saya boleh gakkkkk dapet sponsor dari bapaak?? :( Sejujurnya kepingin ke Sydney, tapi kata Bapak biaya hidup di Melbourne lebih murah, jadi mau ke sana aja deh.Terusssss, salary di sana bagaimana pak? Saya maunya jadi penjaga minimarket2 gitu kalau bisa, hahaha

Btw, suka banget postingan-postingannya bapak. Insipratif banget untuk saya. Trims =D