Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.
Hari ini gw dapet forwadan email dari temen gw yang udah lama ga ketemu. Forwadan tersebut diberi judul “Mega Proyek Indonesia”. Forwadan ini ternyata berisi tentang program2 pembangunan yang akan berlangsung di beberapa tempat di Indonesia bahkan beberapa udah ada yang berjalan pembangunannya. Program2 tersebut antara lain:
1.SurabayaSportCenter
Stadion sepak bola indoor, outdoor, atletik, & sirkuit
2.Perpustakaan Universitas Indonesia
Berupaya masuk ranking 100 besar perguruan tinggi terbaik di dunia
3.Menara Jakarta
Akan menjadi menara telekomunikasi dan broadcasting tertinggi di dunia
4. Jembatan Selat Sunda
Berpotensi menjadi jembatan terpanjang di dunia dengan panjang 2.200 meter
5. Reaktor Nuklir Muria
PLTN ini direncanakan untuk mengatasi krisis listrik di Indonesia
6. Coastarina
Perumahan di Batam, terinspirasi dari PalmIsland, Dubai, berbentuk peta dunia.
7. Center Point of Indonesia
Pusat bisnis, pendidikan, dan wisata di kotaMakassar
8. Sundial Pontianak
Jam Matahari di Pontianak, akan menjadi Jam Matahari tertinggi di dunia.
9. BiakSpacePort
Lokasi peluncuran roket ke luar angkasa seperti yang dimiliki NASSA
10.Terusan Katulistiwa
Terusan ini akan menjadi terusan ke-3 di dunia setelah Suez dan Panama
Program2 di atas bener2 bikin gw cukup terperangah, karena melihat hal2 yang akan dibangun sepertinya mampu membuat negara Indonesia tidak akan dipandang sebelah mata lagi oleh negara lain. Tapi gw balik lagi disadarkan, apa bener bangsa ini bisa mewujudkan program2 tersebut? Masalahnya itung punya itung ternyata 7 dari 10 program di atas aja udah membutuhkan dana sebesar Rp 136.376.800.000.000 (136,3 triliun rupiah). Belom lagi kalo memikirkan proses birokrasi di Indonesia yang berbelit-belit terutama dalam hal uang, “Kalo bisa dibikin susah kenapa harus dibikin gampang?”. Uang polesan buat si Ini dan si Anu juga belom dipertimbangkan. Ditambah lagi temen yang kirimin gw forwadan ini ternyata malah mengukuhkan niatnya untuk berimigrasi ke Negara tetangga tahun ini. Lho, kalo emang beneran Indonesia bakalan maju, kenapa harus meninggal Indonesia? Kenapa ga bantu mewujudkan program2 tersebut?
Ada apa ini sebenernya? Apa ada hal/informasi yang terlewat sama gw? Negara ini harusnya lebih baik dibanding negara2 berkembang lainnya. Indonesia harusnya bisa menunjukan potensi dari manusia2nya. Tapi kenapa negara ini malah kalah dari India yang sekarang udah hampir menyamai China? Bahkan ga lebih baik dari Korea, yang katanya penduduknya aja sebagian besar masih memiliki pola pikir yang lebih konservatif ketimbang masyarakat Indonesia. China yang tadinya terpuruk, bahkan lebih parah korupsinya dibanding Indonesia, sekarang udah menjadi naga yang menggeliat di kancah perindustrian dunia.
Gw baru denger kemaren dari nyokap gw. Batik tulis dari China udah bisa kita dapetin di Indonesia dengan harga 5x lebih murah dibanding batik tulis buatan lokal. Bahannya pun dari sutra dan produknya bener2 jauh lebih bagus dibandingkan batik lokal. Wah, bisa gawat nih nanti pas Free Trade. Kartu kuning deh tuh buat para pengusaha batik di Indonesia. Eh, bukan pengusaha batik donk ya, tapi para pengrajin batik yang akan kena imbas paling parah. Gawat, gawat… Pengangguran bakalan nambah banyak deh ini. Free Trade bukannya meningkatkan taraf hidup tapi malah membunuh yang kecil.
Kalo diliat2 lagi, sebenernya kondisi Indonesia sekarang ini tuh udah mirip kaya waktu jaman penjajahan Belanda dulu. Jadi politik Devide et impera (politik adu domba) nya Belanda sepertinya efektif terjadi saat sekarang ini. Yang membedakan adalah si lakonnya alias “politikusnya” adalah orang2 sendiri. Sama2 orang Indonesia, tapi saling baku hantam, saling menghasut sehingga muncul kebencian satu sama lain. Boro2 mo ngurusin pertumbuhan ekonomi ataupun pembangunan, diri sendiri aja lagi berjuang untuk mempertahankan/membela diri dari ganngguan orang sendiri juga. Sementara di waktu dan jam yang sama di belahan negara lain, masyarakatnya justru malah lagi semangat2nya bekerja bersama2 membangun perekonomian yang pada akhirnya mereka masing2lah yang menikmatinya juga.
Cobalah, mari kita mulai dari diri kita masing2. Mulailah kita mengkoreksi diri kita. Setiap pulang kerja atau kalo pas lagi bengong di angkutan/bis umum, apa aja sih seharian ini yang bikin gw cacat di mata Tuhan? Ada ga sih hal2 yang udah gw kerjain sepanjang hari ini yang bikin orang lain justru malah sakit hati dengan perbuatan gw? Kalo kita mulai memperbaiki diri kita masing2, secara otomatis akan tumbuh rasa pengertian antara satu dengan yang lain. Kalo udah ada rasa pengertian tentunya ga sempat lagi terpikirkan hal2 yang tujuannya menyingkirkan orang lain. Karena tindakan menyingkirkan orang lain hanya dilakukan oleh orang2 yang tidak mempunyai cara lain dalam upayanya memaksakan opini/pendapatnya akan keyakinan yang mereka yakini benar. Jadi, dengan begitu negara ini bisa bangkit lagi dari kesuraman yang udah berjalan bertahun2. Program2 yang diuraikan di atas pun mungkin saja terealisasi. Dengan begitu Indonesia semakin baik, maju, dan jauh dari rasa terancam.
Semoga masyarakat Indonesia secara global menyadari akan hal itu…
Ada orang yang bilang gaji naik pengeluaran pun ikut naik. Makanya ga bisa jadi orang kaya. Tapi ada sebagian orang tetep kekeh mempertahankan habit-nya dalam hal pengeluarannya. Jadi waktu gajinya naik, pengeluran pun masih tetep seperti tahun lalu. Yang membedakan adalah harga dari pengeluarannya tersebut, karena memperhitungkan inflasi dari pengeluaran2 itu.
Kenapa sih ngumpulin duit aja kok susah amat? Apa penyebabnya? Padahal kalo di logika dan menggunakan perhitungan matematika seharusnya bisa nabung 1.000.000 nih bulan ini? Tapi kenapa justru malah deficit? Ada yang aneh. Perhitungannya yang salah atau memang matematika ga cocok untuk perhitungan laporan keuangan rumah tangga?
Ini dia yang namanya penyakit. Sebenernya udah jelas titik biang kerok dari kedeficitan tersebut adalah diri kita sendiri. Udah di program bulan ini untuk pengeluran ini dan ini, tapi di tengah perjalanan sering tergoda. Waktu jalan2 di mall, eh ada tas bagus, kayanya gw belom punya nih model kaya gini? Beli ah, biar ga kaya orang kampung di kantor… Pas lagi lewatin Clothes Department, kan gw jarang beli baju. 1 tahun aja ga ada 1 kali. Beli deh ya… Pas perjalanan pulang, ih ada tukang jual makanan yang unik. Kok baru pertama kali liat nih makanan kaya gini… apa ya rasanya? Beli ah…
Kalo kejadian di atas terjadi dalam 1 hari mungkin sesampai di rumah kita masih sempat menyadari kalo kita udah boros banget. Tapi gimana kalo transaksi2 di atas itu terjadi 2 hari sekali untuk 1 transaksi. Atau katakanlah 4 hari, atau 1 minggu sekali… Berapa besar pengeluaran yang udah kita keluarin di luar budget bulanan kita. Ga ada gunanya lagi menggunakan sistem budgeting dalam perhitunggan biaya pengeluran. Ini urusannya udah soal melawan diri sendiri.
Musuh terbesar dalam hidup ini adalah diri kita sendiri. Selama kita ga mampu berpikir secara logik, mana yang penting, mana yang mendesak, selamanya kita akan selalu dijajah oleh hawa nafsu, keinginan2 sesaat yang terlihat manis dari luar tapi berujung kemerosotan finansial.
Apapun itu alasannya, kasian sama yang jual, emang butuh barang itu, ga pernah nikmatin uang sendiri, biar ga dibilang kuno, ataupun ketertarikan pada bentuk dan warna yang unik. Setiap pengeluaran yang terpaksa harus dikeluarkan di luat budget listberarti anda sudah dalam tahap Lampu Kuning. Bila dalam kegiatan pemborosan ini terulang lagi dengan alasan yang sama. Hati2… jangan2 menghambur-hamburkan uang udah jadi habit anda. Segera cek diri ke psikolog terdekat, karena butuh proses dan waktu yang cukup lama untuk bisa mengembalikan anda menjadi normal kembali
31 Desember 2009, malam tahun baru pertamaku bersama keluarga dalam 12 tahun terakhir atau lebih tepatnya dalam perayaan2 tahun baru Nasional yang pernah aku rayakan. Karena seingatku, aku mulai merayakannya di SMP kelar III. Betapa tidak, papa/mamaku bukan tipe orang yang suka bergadang dan mereka beranggapan malam tahun baru ya sama saja dengan malam2 sebelumnya ataupun malam2 yang akan datang, tapi tahun ini berbeda dari biasanya. Mamaku ikut kumpul acara keluarga yang sudah dipersiapkan oleh tanteku yang biasa aku panggil JL. Sayangnya papaku ga bisa ikut, denger2 sih karena harus berjualan karena katanya malem tahun baru cukup ramai.
Hmmm… memang dirasa cukup banyak manfaatnya setelah JL membeli rumah di bilangan Serpong. Rumahnya tidak cukup indah seperti rumah2 pada umunya di Serpong, tapi cukup luas untuk menampung 2 kepala keluarga dengan 2 anak. Apalagi sekarang nenekku yang tadinya tinggal di Bangka sekarang sudah mutasi ke tempat JL. Entah dimutasi atau memutasikan diri, tapi yang jelas kepindahan nenekku ini otomatis membuat semua anak2nya yang tinggal di daerah Tangerang dan Jakarta menjadi lebih sering dan akan mengusahakan datang ke rumah JL untuk mengunjungi sekaligus menjenguk sang ibu mereka yang jarang mereka temui, karena ongkos untuk PP Jakarta – Bangka – Jakarta terlalu mahal dan perlu mengambil cuti liburan yang cukup lama kalau mau berkunjung.
Kami datang termasuk terlambat, pukul 22.00 kami baru sampai di rumah JL. Sementara kami sampai penyambutan yang luar biasa boleh dibilang menghampiri kami. Maklum, kebanyakan dari mereka mau bertanya apa rasanya menjadi penganten baru? Belum sempat motorku diparkirkan, salah satu sepupuku yang membukakan pagar langsung ‘menembak’ pertanyaan: “Gimana rasanya?”. Ga lama muncul lagi pertanyaan dari saudara yang lain: “Sehari berapa kali?” Hahaha… pertanyaan2 yang terkesan vulgar tersebut terus menyerang di menit2 pertama kedatangan kami. Tapi yang mau aku sampaikan di sini adalah kehadiran mereka ternyata memberikan suasana baru bagi kehidupan baru kami berdua. Setidaknya bagi Kristina, istriku. Sayang papaku ga bisa ikut serta dalam kebersamaan ini. Padahal aku jarang ketemu dia, terutama sejak dia memulai bisnis Mie Ayamnya, waktu sering kali menjadi lebih berharga dari segalanya.
Berikut ini mereka2 yang hadir dalam perayaan tutup tahun 2009 yang kami hadiri:
Ada 1 sepupuku C yang pada waktu itu hadir bersama pacarnya A, dimana bulan Mei 2010 nanti dia akan merit juga menyusul kami.
Ada 1 sepupuku yang lain – F hadir bersama pacarnya juga – Y yang 1 kantor dengan dia.
Ada FF yang sedang asik mencocolkan bumbu ke ayam goreng untuk dipanggang
JY yang asik juga membakar ayam hasil racikan FF sambil membolak-balik ayam yang lain agar tidak gosong.
QQ dan QM orang tua dari C
TJ ibu dari F dan FF, sayang ayah mereka ga bisa hadir, sama seperti papaku.
S anak dari JY dengan tubuhnya yang sudah setinggi bahuku padahal dia baru kelas 5 SD.
Al & Jo, kakak beradik yang tinggal bersama rumah tante mereka JL
JLi & JC orang tua dari Al & Jo
Nenekku dan QH yang tinggal di situ juga bersama JL
U yang setiap harinya mengantar S ke sekolah sekaligus yang mengajarkan S bermain gitar
Mamaku
Aku dan Istriku – Kristina
Dalam liburan akhir tahun ini pula, pacar adikku – S, datang dari Pontianak. Tapi mereka ternyata ga bisa ikut acara tutup tahun bersama kami, karena sudah merencanakan dari awal perjalanan ke Yogyakarta, tempat dimana mereka pertama kali bertemu, kenal dan jadian. Uhhh… romantis amat kesannya. Mendengar ini istriku langsung mau ikut2an ke Yogya, tapi sayang, dengan amat menyesal aku ga bisa mengabulkannya karena acara di rumah JL cukup penting buatku dan budget keuangan kami pun lagi mepet untuk bulan ini.
Cukup disayangkan juga ketika mengetahui adikku dan S ga bisa ikut serta, karena memang kami sebelumnya sudah mengenal S di Yogya dan kedatangan S ke Tangerang adalah pertemuan kami pertama kali setelah kami masing2 lulus satu per satu. Tapi untung masih ada tombo rindu (obat rindu) nya. Kami berempat di detik2 terakhir S di Tangerang masih sempat makan2 di Bakso Jono Tangerang, jalan2 di Sumarecon Mall Serpong, ngobrol bareng perihal Pontianak, kerjaan, sampe ke prospek usaha. Sekiranya fotonya ini bisa menjadi obat rindu kami berempat, terutama buat aku dan istri.
Di pergantian tahun ini pula, T, adik dari istriku harus pindah kos, mengingat tempat kos yang baru lebih nyaman, luas, dan dekat dengan tempat dia bekerja sehingga dari segala aspek lebih menguntungkan bila T di tempat yang baru ini. Dengan berat hati istriku berpisah dengan T, seolah2 ga akan ketemu lagi, padahal masih sama2 di Jakarta. Lihat saja foto mereka, sangkin kangenya sampe pencet2an pipi kaya gini:
Berikut ini hal2 yang lebih menguntungkan di kos baru ketimbang kos lama: 1. Kamar yang lebih luas 2. Ventilasi yang lebih besar, sehingga udara di dalam kamar lebih sejuk 3. Lebih dekat ke kantor yang artinya, bangun bisa lebih siang 4. Hemat ongkos
Kami sempat mengantar T ke kos barunya, sekalian melihat gimana situasinya, siapa tahu T salah pilih tempat gitu. Hmmm… ternyata memang seperti yang T ceritakan memang lebih menguntungkan di kos barunya ini ketimbang tempat lamanya. Di penghujung hari berhubung perut kami lapar dan keberadaan kamipun masih bersama T, akhirnya kami berencana makan bersama. T mengajak teman kosnya sekaligus teman kantornya yang ternyata satu almamater dengan kami. Hanya saja kami belum pernah kenal sebelumnya, tapi kalau dirasa2 seperti pernah lihat orang ini, tapi dimana ya? (Ya di kampus, lah! Kan tadi udah bilang 1 almamater...). Jadi kaya de Javu gitu dech rasanya.
Kalau dipikir2 lagi, semua kejadian di atas seolah-olah mau membentuk diri kami untuk menjadi manusia yang lebih sosial, mencintai orang2 di sekitar kita, terutama keluarga kita. Karena dengan tingkat intensitas pertemuan yang tinggi akan menggoreskan perasaan yang begitu mendalam di hati kita. Ini bisa dibuktikan oleh teman persekutuan kami di Yogya yang baru saja putus karena hubungan jarak jauh. Bukan berarti hubungan jarak jauh selalu gagal, tapi memang diperlukan penekanan emosi, ego, dan harga diri yang lebih dibandingkan hubungan jarak dekat. Kalau ga kuat, ya break deh. Tapi kalau berhasil melewati itu semua, niscaya hubungan sepasang kekasih tersebut pasti erat.
Dengan seringnya bertemu, kita lebih mengenal baik dari segi karakter, pola pikir, maupun habitnya. Kalau sudah mengenal, pasti muncul rasa sayang yang membuat kita merasa kehilangan bila tidak bersama. Dengan rasa sayang inilah kita mencintai makhluk2 ciptaanNya. Jadi kalau melihat/mendengar orang bertengkar, itu berarti mereka sedang dalam proses pengenalan menuju keeratan.
Semoga di tahun2 mendatang segala situasi, masalah, maupun godaan dapat menjadikan kita lebih dewasa dalam berpikir, berperilaku, & bertutur-kata. Sehingga kita semua dapat saling mencintai satu sama lain dan tidak ada dendam yang disembunyikan. Semoga kita bisa melewatinya dengan tabah, sehingga kita dikuatkan sampai “badai” itu berlalu.
Percayalah, semua permasalahan yang kita alami bersama akan memunculkan percikan2 api supaya kita lebih mencintai partner kita.