Di postingan ke-100 ini saya mau menceritakan
pekerjaan saya yang kelima setelah saya keluar dari Di Caprio, Italian
Restaurant. Ga jauh2 kok, nature nya masih mirip2, kerjaannya pun mirip, masih
jadi tukang cuci piring. Kali ini di Greek Restaurant atau restoran Yunani.
Yang bikin asik kerja di sini adalah ga Cuma ketemu piring sama sendok, tapi
saya bisa ketemu sama yang namanya menu2 yang disajikan di restoran ini.
Intinya selain cuci piring saya juga bertugas sebagai preparing food, atau menyiapkan/menyajikan makanan2 terutama menu2
yang ga perlu dimasak lagi, seperti:
1. Desert yang isinya terdiri dari 2 jenis
kue yakni Galaktoburico dan Baclava. Saya lupa dari masing2 jenis kue ini yang
mana namanya, tapi saya inget bentukannya. Salah satunya saya menyebutkannya
adalah kue kayu manis, karena memang dibuat dengan kayu manis dan penyajiannya
ditaburi kacang tanah yang dihaluskan. Yang satunya bentukannya lebih lunak
dari yang sebelumnya mirip seperti kue mangkok tapi beda rasanya. Yang kedua
ini dibuat dengan sirup/madu dan penyajiannya di atasnya ditaburi bubuk gula
2. Mize, menu khas asal Yunani ini cukup unik
dari rasa dan penyajiannya, sayangnya tidak sesuai dengan selera saya. Saya
kurang tau apakah ini termasuk menu utama atau desert juga. Tapi dari penampakannya menu yang disajikan dengan
piring persegipanjang ini dan 3 macam cocolan Zaziky (Yogurt), Eggplant (terong
yang dihaluskan), dan… Saya lupa nama cocolan ke-3 yang warnanya pink dan
terbuat dari telur ikan. Dari 3 cocolan ini saya Cuma suka yang pink, rasanya
lebih masuk akal sama lidah saya, hehehe. Mize selain terdiri dari 3 macam
cocolan juga terkandung 6 jenis makanan yang ditaruh di piring yang sama dengan
cocolan tersebut. 6 jenis tersebut antara lain, kacang merah, octopus yang sudah dipotong kecil2, buah
bit, dan 3 lagi saya lupa.
Saya bisa masuk restoran ini berdasarkan
rekomendari dari O, yang direkomendasikan oleh T, temen saya waktu kerja di Es
Teler 77. Bingung ya. Intinya, awalnya saya ga kenal sama O, yang kenal sama O
itu temen saya si T. T merekomendasikan saya ke O. Btw, anyway, busway, si T
ini ternyata keponakannya Osman, pemilik lisensi Deloitte Indonesia. Buat yang
kerja di Deloitte pasti tau nih Pak Osman, saya bisa tau soalnya dulu kantor
saya 1 gedung sama Deloitte.
Saya belum nyebutin nama restorannya ya. Namanya
Stavros Tavern. Susah ya nyebutnya, lidahnya kaya nyelip2. Logo dari restoran
ini adalah gambar dari si pemiliknya dengan kumis tebal dan melengkung ke
samping dan pakai kacamata.
Suasana kerjaan di sini ga jauh beda sama di
Italian Restaurant tempet kerja saya sebelumnya, kokinya sering maki2. Mungkin
itu udah budayanya Ausie kali, soalnya selama saya kerja di Es Teler 77, mau
sesibuk apapun, saya belum pernah denger koki2 nya maki2, baik koki yang orang
Indo maupun Nepal.
Sebenernya saya kurang setuju dengan mereka yang
bekerja di dapur restoran yang punya kebiasaan memaki. Kata seorang teman yang
udah punya banyak pengalaman kerja di restoran, mereka yang kerja di dapur
restoran punya kebiasaan memaki (terutama pada jam sibuk) adalah hal biasa.
Saya disuruh liat film reality show di youtube yang judulnya “Hell’s Kitchen”,
eh atau terbalik ya? Hehehe, saya lupa. Di situ ditunjukkan gimana ketika
mereka yang bekerja di dapur mendapatkan tekanan dan kebiasaan2 buruk bisa
dikeluarkan untuk melampiaskan kekesalan. Tapi setelah kesibukan tersebut
berakhir, mereka baik2 saja dan memaklumi bahwa makian yang terlontarkan tadi
dikarenakan tekanan.
Yang membuat saya kurang setuju dengan mereka yang
memaki adalah karena mereka memaki di depan hasil kreasi mereka, yakni makanan
yang mereka buat. Ini sama halnya seperti memberikan bumbu tambahan yang
merusak cita rasa makanan tersebut walaupun tidak terasa signifikan
perbedaannya. Sadar atau tidak sadar, ketika mereka memaki, dan biasanya
ditujukan ke situasi yang tidak sesuai dengan rencana, alias ada yang melakukan
kesalahan, atau dikarenakan orderan yang mendadak membeludak, itu sama saja
tidak menghargai hasil karyanya.
Saya sempat tanya pada head chef restoran Yunani ini, kebetulan dia yang paling sering
maki2, “Apakah kamu maki2 juga di depan anak2 kamu?” Jawabannya adalah “Tidak.”
Seandainya saja jawabanya adalah “Iya” saya yakin 100% anaknya pasti jadi ga
bener. Maksudnya ga bener ya mungkin jadi berani ngelawan orang tua, atau
mungkin bahkan si anak juga berani memaki orang tuanya.
Sama halnya dengan kreasi makanan yang kita
ciptakan di dapur, sama2 hasil ciptaan. Apapun situasi, kondisi maupun
hasilnya, janganlah pernah ngeluarin kata2 makian di hadapannya. Bedanya adalah
kalo makanan merupakan benda mati yang ga punya cukup waktu untuk mempelajari
kata2 buruk yang kita keluarkan karena akan segera habis tertelan oleh customer atau mungkin dibuang.
Ingat cerita tentang beras yang dimasukan ke botol
air mineral bekas? Ini fakta, anda bisa mencobanya sendiri. Cobalah masukkan
beras ke dalam 2 buah botol plastic bekas. Katakanlah pada botol pertama setiap
hari, setiap saat, kata2 manis, baik, memuji, sanjungan atau apapun itu. Lalu
katakanlah setiap hari juga ke botol yang kedua kata2 buruk, hinaan, cacian,
umpatan, atau apapun itu. Anda akan liat perbedaannya bahwa beras pada botol
kedua akan menghitam dan membusuk. Sementara beras pada botol pertama akan
tetap seperti semula.
Karenanya berhati-hatilah
dengan lidah, karena lidah seperti pedang bermata dua. Mampu mengalahkan lawan
namun dapat membunuh dirimu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar