Namanya Bambang, sayangnya saya lupa mas ini bernama lengkap siapa. Saya pun lupa memfoto beliau sebagai kenang2an buat para pembaca blog ini. Perawakannya tidak tinggi, kurus dan berwajah sedikit ndeso (menurut standar saya) namun memiliki filosofi/pegangan hidup yang menginspirasi saya.
Bambang adalah nama sebenarnya. Beliau berasal dari tegal dan bukanlah orang kaya atau telah berhasil menggapai impian2 nya. Namun beliau saya masukan ke dalam artikel "Profil" ini dikarenakan saya memprediksi beliau pasti bisa sukses dan dan mampu menggapai impiannya melihat dari jawaban2 yang saya lontarkan ke beliau. Pria Jawa ini memiliki prinsip salah satunya kejujuran membawa rejeki tersendiri.
Beliau sedari kecil sudah punya kerjaan sampingan selepas pulang sekolah (SD), yakni ngangon kerbau. Bambang ditawarkan tetangganya untuk mengurusi kerbaunya dengan perjanjian setiap kali kerbaunya melahirkan, anak pertama buat sang empunya kerbau, anak kedua baru milik Bambang. Ketiga buat yang punya kerbau, keempat punya Bambang. Begitu seterusnya. Ngangon kerbau menjadi budaya bagi para anak2 desa yang ingin memiliki uang.
Selesai tamat SD, Bambang kecil ga melanjutkan sekolahnya sehingga dia punya banyak waktu luang selepas ngangon kerbau, dia pakai untuk genjot becak.
5 tahun pun berlalu dan dia menyadari mau sampai kapan begini terus? Mengharapkan kerbau beranak bisa bertahun-tahun baru bisa punya uang dan jadi orang. Suatu ketika musim lebaran dia ketemu dengan tetangganya yang pulang dari bekerja di Tangerang. Tetangganya itu pulang dengan baju bagus dan bawa handphone pula. Hp yang ketika itu adalah barang mahal menggairahkan seorang Bambang untuk ikut tetangganya itu merantau ke Tangerang genjot becak.
Penghasilan besar pun dapat dirasakan oleh Bambang karena ketika itu angkutan umum belum sebanyak sekarang. Ditambah lagi mereka yang belanja dari pasar lebih senang menggunakan jasa becak untuk mengangkut bawaan mereka.
Kurang lebih 4x lebaran Bambang bisa membawa uang untuk orangtuanya hasil keringat dari becak di Tangerang. Suatu hari Bambang ditawari seorang chinese pemilik toko sembako yang sering memakai jasanya untuk mengangkut beras untuk bekerja jadi karyawannya untuk jadi kenek (pembantu sopir) mengantar beras pesanan pelanggan. Si bos sembako ini menyukai Bambang yang ramah dan rendah hati. Bambang mengambil kesempatan tersebut karena ia melihat peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Selama 3 bulan bekerja jadi kenek, Bambang bekerja dengan amat sangat rajin. Dia ga hanya jadi kenek aja melainkan membantu membersihkan dan mengecek kondisi mesin mobil setiap hari tanpa diminta. Bambang punya prinsip kalo kita bekerja dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih melakukan lebih dari apa yang menjadi tugas kita, niscaya rejeki selalu mau mampir ke hidup kita.
Benar aja ga lama setelah itu si sopir yang senang dengan Bambang karena mobil yang dia bawa selalu dalam kondisi ok, menawarinya untuk belajar nyetir. Bambang dengan senang hati menerima tawaran tersebut dan mulai belajar tanpa sepengetahuan sang majikan.
5 bulan kemudian majikan sembako Bambang kebingungan karena ada sopir yang ga bisa masuk kerja sementara ada orderan besar yang harus diantar. Sang sopir yang mengajari Bambang nyetir merekomendasikan Bambang untuk jadi sopir pada hari itu. Sang bos kaget karena sepengetahuan dia, Bambang ga bisa nyetir. Dan lebih kaget lagi kalo yang ngajarin nyetir sopirnya sendiri.
Bukan amarah si bos yang mereka dapat melainkan bos nya malah senang karena orderan bisa sampe, sehingga masalahnya selesai. Sejak si bos tau Bambang bisa nyetir, Bambang diminta untuk nyetir terus. Karena belum punya SIM Bambang hanya bisa mengantar seputar komplek atau daerah2 yang jauh dari pantauan polisi. Kira2 2 bulan berselang bos nya menawarkan Bambang untuk bikin SIM supaya bisa nganter barang ke daerah yang lebih jauh.
1 tahun 10 bulan atau lebih tepatnya 2,5 tahun bekerja dengan bos sembako, Bambang dioper ke saudara si bos yang juga bisnis sembako di bilangan Jakarta Barat dikarenakan si bos terpaksa harus gulung tikar karena anak si bos yang kecanduan narkoba, judi, dan perempuan sudah menghabiskan uang si bos sampe ke modal mereka untuk melinasi hutang si anak.
Bekerja 3 bulan dengan majikan baru tidak serta merta membuat Bambang enjoy dengan bos barunya. Bambang memutuskan resign dan memilih membantu temannya yang berjualan bubur gerobakan demi bisa dapet makan gratis sambil mencari-cari kerjaan baru. Pasalnya bos barunya ini bersikap tidak adil pada karyawannya. Mereka yang kerjanya malas2an justru sering dapet uang lebih dari si bos.
Ketika memutuskan berhenti dari toko sembako, Bambang yang ketika itu adalah penganten baru menhidupi istrinya dari uang yang ia kumpulkan ketika bekerja dengan bos sembako. Sementara Bambang sendiri dapet makan dari temannya yang tukang bubur sebagai upahnya telah membantu temannya itu.
1 bulan berselang, suatu hari ada seorang sopir taxi (kenamaan yang berwarna biru ) yang biasa langganan bubur di situ menawarkan Bambang untuk jadi sopir taxi juga.
SP: Bisa nyetir?
Bb: Bisa
SP: Punya SIM?
Bb: Punya
SP: Nih dateng ke alamat ini, bilang mau ngelamar jadi sopir taxi.
Tak menunggu lama, keesokan harinya Bambang langsung menjambangi tempat tersebut. Sungguh luar biasa, Bambang diterima setelah melewati beberapa test yang tidak mudah (bagi beberapa orang) dari psikotes, tes nyetir, tes keramahan, tes kejujuran.
Kini Bambang sudah bisa nyicil motor dan rumah (Rp 30.000 per hari) yang dibelikan dari perusahaan taxinya dan Bambang hanya perlu mencicil tanpa DP dan bunga.
Jalan Bambang begitu panjang dan berliku. Kalo diperhatikan, dia harus ketemu sama bos sembako dulu supaya dia bisa nyetir dan punya SIM untuk selanjutnya dia bisa jadi sopir taxi. Bambang pun mengakui banyak sekali pelajaran hidup yang ia dapatkan ketika bekerja dengan bos sembako, salah satunya adalah kejujuran dan kesabaran yang sampai sekarang masih dipegang teguh oleh Bambang dan menjadi prinsip hidupnya.
Ada cerita menarik ketika Bambang mengantar seorang penumpang perempuan dari kantor Bank Mandiri Jakarta ke rumahnya di Tangerang. Penumpang tersebut melupakan tasnya di dalam taxi. Sudah menjadi kewajiban bagi sopir taxi perusahaan ini untuk mengecek setiap kali penumpang selesai diantarkan. Cek punya cek ternyata tas tersebut penuh berisi uang kertas (belakangan Bambang tau tas tersebut berisi Rp 300juta). Bambang yang ketika itu sudah agak jauh dari rumah penumpang yang diturunkan langsung memutar arah balik untuk mengembalikan tas tersebut. Ketika sampai di depan rumah penumpang tadi, Bambang tak sengaja mendengar orang di dalam rumah ribut besar. Sepertinya meributkan uang yang saat itu dipegang Bambang.
Betapa leganya si penumpang ketika mengetahui uang tersebut dikembalikan dan tidak kekurangan sedikit pun. Dan hingga kini, perempuan tersebut selalu langganan taxi dengan Bambang untuk diantarkan ke kantornya. Dan kalau Bambang sempat dan bisa (maksudnya pas kosong, ga lagi nganter penumpang) pasti mengantar perempuan tersebut balik lagi ke tangerang.
Memegang teguh kejujuran telah memberi rejeki tersendiri bagi Bambang. Dia tidak perlu sangat gencar mencari penumpang di luar sana karena dari Senin-Jumat dia sudah punya langganan yang memberikan sedikit pemasukan bagi dia. (Sekedar info, Tangerang
Bambang mengatakan pada saya dia harus bawa pulang uang setoran sedikitnya Rp 500.000 supaya ga nombok, bisa bayar cicilan rumah dan motor, dan keluarganya bisa makan 3x sehari. "Alhamdulillah, mas saya selalu bawa uang setoran lebih dari Rp 500.000 tiap narik." Kata Bambang dengan penuh syukur.
Sekiranya kita bisa belajar dari manusia ini yang memegang prinsip hidupnya dengan teguh dan yakin bahwah rejeki pasti udah ada yang atur. Jadi tiada gunalah kita berbuat curang, bohong, atau bahkan mencuri. Terimakasih mas Bambang untuk sharingnya...