About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Selasa, 17 Januari 2012

Rasa Benci

Bener-bener ga nyangka nih, mendadak perasaan bisa berubah dalam sekejap terhadap orang yang selama ini saya benci karena mulutnya yang pedes banget dan sering nyakitin hati. Sekarang malah saya jadi kasian sama dia karena suaminya memperlakukan dia kaya gitu. Tapi kalo diinget-inget lagi perlakuan dia ke saya tetep aja rasa sakit hati itu sepertinya masih bisa muncul lagi tapi kalo logika yang saya mainkan di sini semua perlakuan dia terhadap saya dikarenakan kepahitan yang dia alami akibat diperlakukan jahat oleh suaminya.

Jadi ceritanya kekesalan saya suatu hari sudah memuncak dan menurut saran dari kebanyakan temen adalah lebih baik menghindar dan kalo bisa jangan berhubungan lagi supaya rasa sakit hati itu ga muncul-muncul lagi. Kalopun suatu hari nanti kontak lagi toh kecil kemungkinan sakit hatinya karena intensitas pertemuan yang kecil. Dan tiap kali ketemu atau ngobrol ya hal-hal baik aja dan pembicaraan pun enak2 aja. Tanpa saya sadari sepertinya orang yang saya sebel ini malah jadi baik dan terbukalah mata saya kalo ternyata dia begitu karena diperlakukan yang sama oleh pasangannya.

Pelajaran yang saya ambil adalah kalo ada orang yang saya benci, sebaiknya justru malah saya harus bersikap baik padanya. Alasannya: ada 2, yang pertama karena pasti ada sebabnya kenapa dia begitu ngeselin sikapnya sehingga saya justru malah harus balik mengasihaninya. Alasan kedua, sejahat-jahatnya orang kalo terus menerus dibaikin lama2 akan melunak juga.

Mengenai hal ini saya jadi inget 2 cerita. Yang pertama kisah tentang tetesan air di dalam gua yang menetes di permukaan batu. Karena konsistensi air yang jelas2 masanya lebih lunak ketimbang batu mampu merubah bentuk batu yang keras. Cerita kedua tentang seorang menantu yang sudah ga tahan lagi dengan perlakuan mertuanya dan dia datang ke shinse untuk minta racun yang paling ampuh untuk membunuh mertuanya tersebut. Sang shinse pun memahami situasinya lalu memberikan sebungkus bubuk. Sang shinse memberi saran untuk menaruh bubuk tersebut ke dalam makanan, sedikit demi sedikit supaya dia tidak dicurigai membunuh. Saran sang shinse masuk akal dan sang menantu pun pulang dengan penuh harap mertuanya akan meninggal.

Kini sang menantu selalu masak makanan yang enak2 untuk sang mertua tanpa wajah yang bersungut-sungut. Dan sudah barang tentu tak lupa ia menabur bubuk pemberian shinse. Tiap kali mertuanya memarahi dia kini dia diam saja tak membalas dan menuruti semua keinginan sang mertua karena menurutnya sebentar lagi saja penyiksaan ini akan berakhir. Sampai suatu ketika sang mertua mulai melunak dan justru malah berbalik arah menjadi begitu menyayangi menantunya. Sekarang justru sang menantu merasa bersalah dan berharap sang mertua masih bisa hidup lebih lama lagi.

Dengan harapan yang sama besarnya seperti waktu pertama kali datang, sang menantu mendatangi sang shinse untu meminta obat penawar racun yang diberikannya dulu. Sang shinse cuma senyum kecil sambil menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa tidak ada penawar untuk bubuk yang dia berikan waktu itu. Sang menantu pun semakin histeris dan merasa menyesal karena sudah membunuh dan sebentar lagi tidak akan bertemu lagi selamanya dengan orang yang mengasihi dan dikasihinya. Dia sungguh2 menyesal, mengangkat tubuhnya, beranjak pergi dari tempat itu sambilmenitikan air mata.

Tepat di ambang pintu keluar sang shinse berkata: "Tak perlu bersedih, bubuk yang ku berikan padamu waktu itu adalah bubuk ginseng penambah energi. Tidak akan terjadi apa2 dengan mertuamu." Betapa senang dan gembiranya sang menantu mendengar hal itu. Ia pun pulang dengan sukacita dan makin hari makin mencintai mertuanya seperti ibunya sendiri.

Terkadang kita mau mencintai seseorang jika orang tersebut mau mencintai kita terlebih dahulu. Mencintai orang yang tidak sepaham dengan kita apalagi sampai bersikap kasar adalah tugas yang sangat berat. Tapi dalam hidup ini hukum duplikasi terjadi. Apa yang kita lakukan terhadap orang lain dengan cara yang sama pula lah mereka akan memperlakukan kita. Kapan mereka membalas perbuatan baik kita? Jangan diharapkan, karena kalo kita mengharapkan mereka membalas perbuatan baik kita di titik itulah kita sudah ga tulus. Kalo ga tulus yang ada malah sakit hati. Jadi pemahaman yang perlu diketahui adalah berbuat baik adalah mutlak, termasuk ke orang yang jahat sama kita.

Ini menjadi tantangan tersendiri juga buat saya. Sejujurnya saya sendiri belum bisa kaya gitu. Tapi coba bayangkan seandainya semua makhluk di bumi ini punya pemikiran seperti itu, pasti dunia ini penuh kedamaian. Ga ada perang, hasutan, kebencian, apalagi teroris.

Semoga...

NB: Padahal saya nulis ini sambil berusaha mengontol rasa benci saya, tapi terhadap yang hal lain (karena rasa benci yang saya bahas di atas udah ilang). Karena abis nonton link yang di kasi temen. Nanti akan saya ceritakan di artikel berikutnya.

Minggu, 08 Januari 2012

Song Huong Restaurant

Sekedar info buat mereka yang lagi melancong ke Melbourne. Bagi mereka yang doyan berburu makanan khas setuap daerah, ini dia ada satu restoran yang menyajikan masakan Vietnam, namanya Song Huong. Restoran ini cukup unik dari tempatnya yang terpisah. Maksud saya adalah restoran Song sendiri dan restoran Huong sendiri. Intinya antara restoran Song dan Huong terpisahkan tembok bak restoran saingan. tapi setelah kami sering makan di sana akhinya baru ntadar kalo ternyata dapurnya tuh jadi satu.

Kami dapet info restoran ini dari indung semang kami yang pernah makan di situ. Waktu kami baru menempati rumahnya, kami tanya dimanakah ada chinese restaurant? Sang indung semang langsung merekomendasikan Song Huong ini dan dia bilang dia lebih sering makan yang di Huong karena katanya masakannya lebih enak. Pernyataan inilah yang menyebabkan kami ga menyangka kalo Song Huong ini sebenernya dapurnya jadi satu. Jangan2 indung semang kami pun ga tau sampe sekarang mengenai hal ini. Dan, agak mengherankan memang kalo dapurnya sama kok masakannya bisa beda ya? Hahaha... Sugesti.

Setiap kali dateng ke Song Huong ini saya pribadi merasa seperti sedang berada di Vietnam, teringat lagi masa2 dimana saya dan istri bulan madu ke 3 kota di Vietnam. Sepertinya memang inilah budaya masyarakat Vietnam, duduk2, kumpul2, ngopi, ngrumpi dengan bahasanya yang sama sejali jauh dari kata 'mengerti'. Belum lagi cara mereka bicara yang cepat dan keras suaranya, wah bener bikin pengen mengulang lagi jalan2 ke Vietnam yang apa2 serba murah - karena perekonomiannya memang masih di bawah Indonesia.

Restoran Song Huong ini letaknya di suburb zona 2 Victoria, St. Albans. Dari kota Melbourne untuk bisa sampai ke St. Albans bisa naik kereta jurusan Sydenham/Watergardens yang memakan waktu kira2 35 menit tanpa macet, tanpa bau umbel, ataupun bau ketek kaya di busway Kalideres. Satu hal lagi, kalau mau naik kereta diharapkan jangan pada saat jam orang pergi dan pulang kerja (<9am dan 5-6.30pm) supaya sepanjang jalan ga berdiri karena ga kebagian tempat duduk. Ya walaupun masih ada space untuk berdiri, ga kaya di Indo, orang bisa naik kereta sampe duduk di atas gerbong. Dan lagi, ga perlu khawatir kereta nya tidak datang. Kalo udah ada di jadwal, pasti datang walaupun tetep ada kemungkinan telat.

Ketika anda mulai memasuki area St. Albans, anda akan langsung merasakan suasana Vietnam, walaupun isi penduduknya ga cuma orang Vietnam, tapi mayoritas yang tinggal di St. Albans adalah mereka yang berasal dari Vietnam tadinya. Karenanya St. Albans ini mendapat julukan The Little Saigon. Saigon adalah nama lain dari kota Ho Chi Minh, ibukota Vietnam sekarang sebelum berganti nama menjadi Ho Chi Minh. Dan Ho Chi Minh diambil dari nama seorang pejuang kemerdekaan / demokrasi di Vietnam.

Pada saat pertama kali mampir ke restoran Song Huong ini saya langsung shock dengan banyaknta jumlah menu yang ditawarkan. Ada 161 menu masakan dari sayuran, ayam, babi, sapi, kangguru, bahkan buaya juga. Menu ratusan membuat kami tertarik untuk datang lagi dan mencobai menu yang lain. Walaupun udah ada menu yang melekat di hati seperti Chiken salt and pepper, tapi rasa penasaran untuk mencicipi masakan yang lain seperti menu tiram no. 136 yang disajikan keliatan menggugah lidah untuk memproduksi air liur lebih banyak. Dan Broken Rice (nomornya lupa), saya ga tau menu ini nasi nya diapain. Tapi pas liat meja sebelah pas order sempet nglirik ada 2 telor mata sapi, satu daging yang penyajiannya seperti steak, dan satu lauk olahan berwarna putih, entah tahu atau otak2. Semua ditempatkan dalam satu puring besar.

Oya, saya lupa bilang kalo ukuran 1 porsinya di restoran Song Huong ini cukup besar bahkan bagi saya yang makannya masih lebih banyak dari istri. Malahan ada yang menurut saya isinya banyak banget. Yang jelas istri saya tiap kali makan di sini makanannya ga pernah dihabiskan, pasti sisa. Entah sisanya saya yang bantu habiskan atau bawa pulang, dibungkus. Yang pasti makan di sini kalo porsi makannya kecil, saran saya lebih baik jangan beli terlalu banyak macam supaya ga banyak juga yang tersisa.

Akhir kata, salam kuliner... Nikmati setiap kreasi makanan yang anda ciptakan. Seburuk apapun itu rasanya kata orang, itu tetap lah sebuah seni yang harus anda hargai sebagai penciptanya. Karena seni jadi enak atau ga enaknya masakan yang anda buat bersifat relatif. Berikut ini gambar2 yang sempat saya ambil untuk masakan2 yang pernah kami pesan, dan namanya sudah saya translet menggunakan bahasa saya sendiri supaya bisa lebih dimengerti:

Mi Babi Kuah Sambal Terasi


Bihun Goreng


Crispy Skin Chicken


Nasi Babi Asam Manis

   
Kwetiau Seefood
Chicken Salt and Pepper


Minggu, 01 Januari 2012

Rasa Pahit

Entah kapan bangsa ini bisa berubah. Tahun berganti tahun, waktu terus berlalu. Tapi tanda-tanda perbaikan sama sekali tidak terlihat. Rasa kecewa terus dipupuk oleh pemimpin-pemimpin bangsa ini. Pasti ada suatu hari nanti bangsa ini akan mengalami perpecahan lagi, seperti Timor Leste. Karena hukum tabur-tuai dalam hidup ini terjadi. Bangsa ini akan semakin kecil dan hanya terlihat seperti lepehan air liur di jalan yang besar.

Tahun sudah berganti, sia-sia rasanya kalau menyebutkan harapan-harapan yang diinginkan dari kemajuan bangsa. Seperti membuang energi percuma yang berakhir pada kekecewaan akibat goresan masa lalu yang membuat hati semakin kelu.

Sepertinya memang benar apa yang dikatakan Gus Dus ketika menjabat sebagai presiden bahwa orang-orang yang berdiskusi di dalam gedung DPR/MPR penuh dengan orang-orang yang korupsi, sehingga baik adanya jika lembaga tersebut dibubarkan. Benar juga kata orang-orang tentang pemilu, kita memilih pemimpin bangsa yang terbaik diantara yang terburuk. Kalau sudah menjadi yang paling buruk, kenapa kita harus memilih? Tidakkah lebih baik untuk tidak memilih ketimbang memaksakan diri seolah-olah mengharapkan salah satu dari yang terburuk itu untuk mengatur kita di 5 tahun ke depan? Ibarat membeli jeruk 1 kilo diantara pilihan berton-ton jeruk busuk dan tak berguna lagi. Untuk apa kita memaksa membeli? Kenapa kita tidak mencari toko lain saja yang menjual jeruk lebih baik? Untuk apa kita mempertahankan rasa cinta kita terhadap toko A yang pemiliknya dungu dan tidak pernah mau mendengarkan kritik?

Inilah yang menyebalkannya. Rasa cinta terhadap toko A ini yang menyebabkan kita tetap bertengger di sini dan mau dan rela berkorban demi perbaikan toko A. Rasa cinta ini membuat kita terlihat tolol, tapi rasa cinta ini pula sebenarnya yang membuat kita bisa bersatu. Jika memang pemilik dan karyawan toko memang tidak layak lagi diperhitungkan, kita saja sebagai pelanggan yang lakukan demi rasa cinta kita itu. Demi perbaikan di sana sini, demi kehidupan yang lebih baik. Demi memberikan yang terbaik untuk mereka para pelanggan toko setia lainnya.

Cukup sudah rasanya melihat saudara kita yang tinggal di tanah kaya raya – Irian Barat harus hidup lebih miskin ketimbang yang di pusat sana. Cukupi sudah pengeksploitasian uranium yang dilakukan Freeport dengan judul penggalian emas. Jika memang Malaysia tertarik untuk berperang dengan kita, kenapa tidak diladenin? Dari lagu, tempe, cendol sampai pulau-pulau penuh tambang mau disabotase. Indonesia – negara kaya raya, bukan hanya dari hasil tambangnya saja melainkan pariwisata, seni, budaya, sejarah, dan manusianya yang berbudi luhur, cukup bagi saya untuk membakar semangat dalam hati yang tak tersalurkan untuk mengembalikan keadaan.

Saya yakin Indonesia masih punya banyak putra-putri bangsa yang berkualitas yang mau sampai terengah-engah dan separuh nafas untuk memperjuangkan sesamanya yang bertaburan tidak mampu tidur, makan, dan hidup dengan layak. Karena sepertinya memang lebih baik kita bergerak sendiri daripada mengharapkan mereka yang di atas sana berubah haluan dan menerima kritik/saran kita.

“Ketika seseorang merasa dirinya benar, sudahi berdiskusi dengannya. Diskusi – yang mampu memberikan solusi – akan berubah menjadi debat. Sejak dulu tidak ada yang namanya debat memberikan solusi.”

Tahun Baru di Flinder Street

Malam tahun baru yang super gila baru saja saya dan istri lewati. Capek ati, capek badan. Capek ati soalnya saya udah bela2in langsung meluncur dari tempet kerja ke tempet kami janjian, eh malah ga ketemu. Padahal hanya selisih tembok berjarak kira2 2 meter. Alhasil kami liat kembang api di tempat yang sama tapi spotnya doank yang berbeda. Kami ga bisa ketemuan gara2 manusia yang mendiami sekitar area tempat kami janjoan idah kaya semut, buuuaaannnyyyaaakkk banget, jadi kami pun kesulitan untuk bergerak apalagi berpindah-pindah spot. Capek badan, pasalnya saya dan Kristina sama2 baru pulang kerja. Maksud hati menghibur diri dengan nonton kembang api berdua, eh jadinya malah sendiri2.

Acara Kembang api selesai ga semerta-merta kami langsung bisa ketemu. Ada masalah baru sebelum kami bisa saling ketemu. Semua penonton yang tadinya bwrtaburan di jalan kaya semut itu mendadak kompak masuk ke stasiun Flinder street dimana kami nonton kembang api bareng yang hanya terpisahkan jarak 2 meter. Kalo sinyal hp bisa aktif waktu itu, untuk bisa saling ketemu adalah perkara mudah. Sialnya sinyal hp pun tulisannya "Searching..." melulu.

(Gambar diambil dari depan stasiun Fllinder Street)

Alhasil kami baru bisa ketemu setelah 1 jam 15 menit dan untuk memgobati kecewa hati kami karena ga bisa liat kembang api bareng, kami berfoto-foto dulu di spot yang tadinya penuh sesak dengan manusia. Ya lomayan lah daripada loe manyun. Dengan berdiri di tengah jalan berlatar belakang stasiun tertua di melbourne, Flinder Street Station.

Sekian berita ini saya kabarkan langsung setelah saya sampai rumah dan menjelang tidur (4.20 am). Menceritakannya langsung supaya masih anget beritanya. Kalo anget kan bacanya juga enak. Kalo enak pasti nambah. Kalo nambah berarti doyan. Kalo doyan besok pasti berkunjung lagi. Kalo berkunjung lagi lama2 jadi langganan, ya kan? ( ngomongin apa sih ini).

Sekali lagi Selamat Tahun Baru 2012. Semoga tahun ini kita bisa menemukan jati diri kita dan mengejarnya sampe ke ujung bumi sekalipun supaya hidup ini terasa indah dan penuh warna dan kita bisa menikmati hidup yang cuma "numpang lewat" ini. Selamat berkarya. Menabur lah lebih banyak supaya besar kemungkinanmu mendapatkan tuaian yang berkualitas... Happy New Year 2012!

Sabtu, 31 Desember 2011

Malam Tahun Baru Pertama

Tak ada yang lebih pelik dari apapun ketika kita melihat orang lain bersenang-senang sementara kita sendiri merasa sengsara menjalani hidup ini. Di masa2 natal dan tahun baru seperti ini biasanya para pekerja cenderung libur dari kerjaan atau rutinitas mereka. Tapi ada beberapa dari mereka justru harus bekerja. Kalo dulu membayangkan disaat orang lain liburan sementara saya harus masuk kerja, hanya demi gaji sebulan, itu pun ga cukup untuk kebutuhan sehari2 (alias depisit) rasanya ngenes banget hidup ini. Tapi sekarang justru aneh. Sama-sama harus masuk kerja di waktu orang2 menikmati liburan tapi perasaannya berbeda jauh, justru saya senang harus bekerja. Masih saya tela’ah lebih dalam lagi, saya juga bingung sebenernya saya senang dengan pekerjaannya (tukang cuci piring) atau saya senang dengan gajinya?

Memang ada perbedaan yang jauh pekerjaan yang saya jalankan waktu di Indo dengan pekerjaan di sini. Dulu di Indo kalo pulang kerja muka bawaannya udah stres aja. Di tempet kerja stres, pulang kerja juga masih stres karena masih mikirin kerjaan yang belom kelar itu dan harus dilanjutkan lagi besok paginya. Bahkan saya ga jarang saya harus merelakan jam tidur saya dikurang dengan datang ke kantor lebih pagi dan pulang lebih larut hanya demi menyelesaikan kerjaan closing pembukuan.

Sementara di sini dengan profesi yang jauh dari kata glamornya karir, justru jauh dari kata STRES. Saya sangat menikmati pekerjaan ini, apalagi berat badan saya bisa turun 6 kilo tanpa harus pergi fitnes atau jaga makan. Dan 1 hal lagi yang membedakan tapi dari sudut pandang yang sama, setelah pulang kerja dari kerjaan ini justru malah happy dan ga perlu mikirin lagi kerjaan yang ditinggalin itu nasibnya gimana. Hukum alkitab berlaku di sini, perkara hari ini ya untuk hari ini aja. Perkara besok ya lain lagi dan ga perlu dipikirin sekarang karena perkara besok setelah dilewati ya udah selesai.

Makanya walaupun saya harus bekerja di malam pergantian tahun begini, hati tetep seneng walaupun beberapa orang menilai kok kayanya ngenes banget. Kalo dulu waktu kerja di Indo saya selalu melewati malam tahun baru dengan tidak bekerja. Entah kumpul bersama keluarga, atau kalo lagi males ya tidur aja di rumah, ga ikutan begadang. Tapi yang sekarang dimana saya harus melewati malam tahun baru di dapur sambil cuci piring (untuk pertama kalinya) justru malah memberikan sensasi tersendiri dan pengalaman baru.

It’s a nice experiance. Selamat tahun baru untuk semua manusia yang masih memiliki semangat hidup. Semoga tahun depan ada kehidupan yang luar biasa menanti kita. Semangat saya semakin berkobar untuk masuk ke tahun 2012, tahun yang penuh kejutan, pengalaman, dan tantangan hidup... Dan buat yang kehilangan semangat hidup, cobalah renungkan apa yang anda inginkan dalam hidup ini. Kejar itu, jadikan resolusi dan wujudkan di tahun 2012. 

Kamis, 29 Desember 2011

Buang Air Jarang di Tengah

Sebenernya udah lama mau ngebahas topik ini. Tapi selalu ditunda tunda terus lantaran topik ini ga mutu banget. Tapi setelah dipikir-pikir lagi ga ada yang namanya ga mutu kalo itu merupakan buah pikiran kita sendiri dan bukan jiplakan. Kalo dikemudian hari ditemukan ternyata buah pikiran kita itu ternyata udah pernah dibahas oleh orang lain itu lain lagi soalnya. Yang penting di aini adalah kejujuran hati pada waktu mengekspresikan pemikiran2 tersebut.

Ya, benar ini adalah sebuah hasil pemikiran sekaligus pengamatan saya yang terlihat konyol dan bodoh yang saya lakukan udah bertahun-tahun lalu dan perilaku mereka sampe sekarang masih sama. Mungkin udah ada orang yang pernah meneliti topik ini dari segi paikologis tentunya, karena ini berkaitan dengan perilaku manusia. Sehingga saya tidak perlu merasa penasaran dengan arti dari perilaku manusia-manusia yang saya perhatikan ini. Sejujurnya saya belum menemukan arti dari perilaku manusia ini, saya hanya memperhatikan kalau mereka selalu melakukan hal yang sama. Jadi ada kesempatan bagi agan-agan yang kuliah di psikologi untuk mengembangkan topik ini lebih lanjut lagi.

Yang selalu saya perhatikan itu adalah...

Buang air kecil
Setiap kali saya ke toilet (toilet pria tentunya) apabila di situ hanya tersedia 3 tempat untuk pipis (buang air kecil) para pria pasti selalu memilih pipis di sebelah kanan atau kiri. Jarang dari mereka memilih untuk pipis di tempat pipis yang tengah. Apabila salah satu dari yang kanan dan kiri itu berada di posisi paling pojok/sudut, pastilah tempat pipis itu yang paling ramai dikunjungi para pria.

Buang air besar
Sama halnya waktu pipis, apabila hanya ada 3 pilihan kamar untuk tempat buang air besar, para pria akan lebih memilih kamar kanan atau kiri. Dan apabila salah satu dari yang kanan atau kiri itu berada di sudut/pojok, pasti kamar itulah yang paling favorit.

Ga mutu ya yang saya perhatikan ini. Tapi hal ini menjadi pusat perhatian saya terus setiap kali saya meluncur ke toilet pada waktu saya masih kerja kantoran. Karenanya saya begitu penasaran sebeneranya kenapa mereka bersikap begitu ya? Bahkan saya sendiri memang cenderung untuk memilih tempat yang pojok, karena merasa lebih nyaman dan aman. Entahlah aman dari apa, tapi sepertinya rasa aman waktu buang air memang diperlukan. 

Untuk alasan kesehatan dikarenakan yang tengah pastilah lebih jarang dipake jadinya saya berusaha keluar dari zona nyaman saya, dengan membiasakan diri menggunakan toilet yang tengah baik yang untuk pipis maupun buang air besar. Selain lebih bersih, tissue toilet pun biasanya masih banyak ketimbang yang kanan atau kiri yang lebih sering dipakai yang otomatis tissue toiletnya lebih rentan habis.

Saya ga tau nih apakah di toilet wanita pun terjadi hal yang serupa. Tapi saya pikir ini perlu diteliti deh, saya bener2 penasaran dengan sikap ini, kira2 apa ya artinya dari sikap manusia yang seperti ini? Tolong donk temen2 yang dari psikologi, kalo ada waktu luang mungkin bisa diteliti. Atau mungkin punya rekomendasi artikel yang berkaitan dengan topik ini, sekiranya bisa menjawab rasa penasaran saya. Hehehehe...

Selasa, 27 Desember 2011

Profesi Pengemis dan Mental Pengemis

Beda negara beda lagi cara ngemisnya. Kalo di tangerang & jakarta yang pernah saya alami adalah mereka cenderung bersikap seperti preman. Mereka ga perduli orang yang mau memberi sumbangan/ sedekah apakah bisa mendapatkan sesuatu/timbal balik atau tidak dari si pengemis. Yang penting si pengemis mendapatkan apa yang dia inginkan, dalam hal ini biasanya dalam bentuk uang. Coba kalau anda perhatikan, walaupun judulnya ngamen yang notabene menunjukkan skill bermain musik, kalo anda langsung kasi uang pasti musiknya langsung selesai. Ini menunjukkan bahwa mereka cenderung enggan untuk berlama-lama show up kemampuan mereka. Seolah-olah skill mereka terlalu mahal untuk terlalu lama dipertontonkan. Atau mungkin saja tujuan utama mereka adalah uang. Jadi untuk apa mereka berlama-lama kalo mereka udah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Sementara pengemis di sini justru ga bikin kita memaksa untuk ngasi receh atau untuk bilang "maaf" karena ga mau/ga punya receh. Bahkan kita bisa menikmati persembahan mereka tanpa perlu kita apa2. Misal ada yang ngamen di pingkir jalan (bukan dari rumah ke rumah lho, walaupun sama2 di siang bolong) kita tetep bisa menikmati suara sekaligus atraksi musiknya. Kalo kita mau kita bisa kasi receh atau sebagian uang kita tapi kalo nggak mau pun dia akan tetep bernyanyi dan mempersembahkan yang terbaik dari talenta yang mereka miliki. Atau pernah juga saya melihat pengemis yang melukis jalanan/trotoar dengan crayon. Kalo kita mau menghargai hasil karyanya kita bisa nyumbang tapi kalo ga rela, sekali lagi, ga ngasi juga ga apa2. Gambar ini saya ambil pada waktu saya lagi nunggu belanjaan saya minuman Bubble Milk Tea di Taiwan Cafe, tepat di sebelah Mc Donals di Swanston Street.

Kalo ditilik dari sisi psikologis, mental seperti inilah yang paling sering dimiliki oleh manusia-manusia yang udah bertahun-tahun menghuni suatu daerah/kawasan yang konon menurut beberapa buku, kawasan yang dihuni manusia-manusia yang saya maksud ini dulu bernama benua Atlantis. Sebuah benua yang telah lama hilang dari perdaban. Bahkan sangkin lamanya hilang, benua ini pun diragukan pula keberadaannya. Sebuah kawasan yang dengan tingkat kemajuan teknologi terceapat pada masa itu. Sempat diduga pula bahwa di kawasan ini manusianya sangat cerdas dan pekerjaan kloning mengkloning hewan dengan manusia sudah menjadi profesi yang biasa. Di kawasan ini pula ditemukan begitu banyak sumber daya alam yang tak terhingga banyaknya. Sampai-sampai kawasan dari daerah tetangga pun iri dan ingin menguasai.

Tapi sayang kawasan ini sekarang tak lagi seperti yang digambarkan di atas. Kawasan ini sekarang justru dihuni oleh manusia-manusia yang sebaliknya 180 derajat. Bermoral bejat dimana yang berkuasa bertindak semena-mena dan yang miskin ga bisa berbuat apa2 hanya bisa berpaku tangan dan menerima nasib. 


Yak, benar... Kawasan itu bernama Indonesia. Di kawasan inilah manusia-manusianya bermoral seperti pengemis, termasuk saya sendiri. Kalo yang namanya gratisan langsung nyerbu udah kaya orang berebut zakat. Bahkan yang judulnya harus bayar aja bisa dipikirin jadi gratis. Contoh aja kalo naik kreta api saya akui saya sendiri masih sering ga rela bayar tiket kretanya. Kalo aja tiket kreta saya bukan langganan bulanan, darah di dalam otak ini pasti masih bersirkulasi untuk memikirkan cara supaya ga bayar tiket.

Memang salut sama orang sini. Walaupun tetep yang namanya pelanggaran pasti ada tapi kuantitas nya jauh lebih sedikit ketimbang negara yang dulunya diduga benua atlantis itu. 

Sabtu, 24 Desember 2011

Musibah Atau Anugerah

Entah ketiban musibah atau ini keruntuhan anugerah ya namanya? Jd ceritanya setelah mendapatkan PR dan datang kembali ke melbourne rencananya saya udah ga mau kerja lagi di restoran yang selama ini paling banyak menyumbang gaji yang biasa saya kirim ke rumah sekaligus menyumbang luka. Baik luka lahir maupun batin (mencoba jadi pujangga kelas teri). Gimana nggak? Luka batin mah udah pasti lah ga cuma saya aja yang dapat gara2 majikannya yang mata duitan dan genjot staff nya terus. Luka lahirnya itu lho alias kecelakaan kerja udah banyak banget yang berbekas di badan saya.

Suatu hari ada temen yang minta ditemenin cari kerja dengan membagi-bagikan resume/CV ke semua restoran-restoran yang ada d melbourene ini. Tiba-tiba sampailah kami di bar majikan saya ini yang baru aja dibuka. Saya langsung bilang ke temen saya ini kalo saya ga bisa menampakan diri di depan staff2 nya apa lagi di depan majikan. Karena pesan dia sebelum saya berangkat ke Indo adalah untuk mengabari dia sesegera mungkin karena pekerjaan sudah menanti saya. Dalam hati saya jawab ini majikan pede abis, kaya saya masih mau aja kerja sama dia? Alhasil maksud jati mo sembunyi eh sanh majikan malah udah liat saya dari jauh. Waktu saya udah misah sama temen saya ini sang majikan yang sedang berada di dalam mobil yang waktu itu sedang bongkar muatan langsung klakson saya. Nasib... Nasib... Jadinya singkat cerita saya kerja lagi sama majikan yang paling saya benci ini. Apa coba maksud Tuhan nempetin saya di sini lagi. Sampai detik artikel ini di posting saya udah kerja 2 minggu. Selama itu pula saya gencar kirim2 lamaran untuk kerja kantoran dengan harapan yang lebih tinggi karena status PR. Kalo dulu apply kerja kantoran dengan work n holiday visa, panggilan interview ada beberapa kali tapi selalu terbentur status visanya itu. Karenanya kali ini saya lebih pede, ya minimal kalo dapetnya sama2 kerja kasar juga ya di pabrik lah yang gajinya bisa 2x lipat.

Harapan tinggal harapan. Genap 3 minggu setelah balik ke melborne (1 minggu pertama anggur, 2 minggu berikutnya kerja di resto) udah gencar kirim2 lamaran tetep ga ada panggilan yang berarti. Panggilan selalu mentok dikarenakan saya ga punya mobil. Eh, tiba2 ada panggilan dari Kantor Pos untuk nganterin surat pake motor, intinya jadi tukang pos lah. Tapi ada masalah lagi, saya ga punya SIM ausie. SIM Indo ada tapi namanya aja salah cetak (kagak tau dah apa kerjaan orang pemerintah. Ga ada yang beres). Saya ga yakin SIM saya bisa dipake di sini. Seandainya ga salah cetak ada kemungkinan SIM saya bisa dipake karena bisa ditranslet di sini. Akhirnya dengan segeralah saya mengkontak Victoria Road – instansi pemerintah ausie yang mengurusi bidang lalu lintas – untuk bikin SIM sini. Eh, tau2nya malah libur sampe tanggal 3 Januari 2012 baru buka lagi. Ya lama banget. Gimana ini ya? Semua usaha seperti dihalang2in. Jangan2 saya emang jodohnya sama sang majikan ini.

Di tengah penantian sampe tanggal 3 Januari 2012 tersebut tau2 sang majikan ngajak saya ngomong waktu saya kerja kemaren, sambil mojok dengan suara yang super kecil karena dia takut kedengeran orang di sekitar (tolong jangan diartikan kami melakukan hal2 yang “diinginkan” yach!). Dia bilang kalo awal Januari nanti dia mo mecat manager S karena kerjaannya banyak yang berantakan. Misalnya, harusnya kan manager bisa jadi penengah antara staff dengan pemilik, tapi ini malah berantem sama bartender – staffnya sendiri. Dan sang majikan nawarin saya untuk bantu gantiin manager S. Waduh, ini bener2 tawaran gila menurut saya. saya tertarik dengan pekerjaannya, tapi saya tidak tertarik dengan kepribadian sang majikan. Saya bisa liat gimana sang majikan cukup kesal dibikin sama manager S dan sang majikan ga puas dengan kinerjanya. Gimana kalo nanti saya bernasib sama? Gimana kalo nanti semua gaji saya habis dipotong Cuma buat bertanggung jawab akan suatu hal yang membuat sang majikan terpaksa kehilangan banyak uang? Misalnya saja saya melakukan suatu kesalahan. Dulu dipotong untuk Coca cola masih masuk akal lah jumlahnya. Tapi kalo udah kelasnya “Manager” takutnya ada kesalahan2 yang lebih fatal ketimbang Coca cola. Haduh, haduh... Banyak ketakutan2 yang udah terbayang di otak pada waktu saya ditawarin kerjaan ini. Karenanya saya bingung, ini musibah atau anugerah?

Istri saya bilang ini kesempatan besar untuk saya bisa belajar tentang prosedur bisnis di ausie. Berhubung saya orangnya seneng ngobrol jadi istri saya katakan kalo ini cocok untuk saya karena nantinya kerjaan saya ini akan lebih sering bernegosiasi dengan orang lain. apalagi ditambah keinginan saya yang mau punya usaha sendiri, jadi ini ajang buat belajar bagaimana mengendalikan orang banyak. Ditambah saat ini kan saya belom dapet kerjaan kantoran yang saya inginkan, jadi tawaran ini sebenernya nothing to lose. Permasalahan utamanya adalah sayanya takut ditambah lagi saya ga sreg dengan sang majikan. Tentunya itu memberi pengaruh terhadap saya secara pribadi untuk bisa menikmati pekerjaan ini, bukan?

Tuhan, tolong beri petunjuk... 

Kamis, 15 Desember 2011

Surat Buat Pak Presiden

Motor diwajibkan menyalakan lampu di siang hari (katanya ada kalusi antara pihak kepolisian dengan perusahaan lampu dan aki), zebra cross adalah tempat terdepan untuk menunggu lampu merah, motor naik trotoar (persetan dengan pejalan kaki, salah sendiri ga naik motor), angkot ngerem mendadak karena tiba2 ada penumpang dadakan, angkot ngetem padahal dibelakangnya udah macet 20 meter (tetep PD karena kapan lagi bisa seperti artis), kawinan yang mengambil sebagian jalan umum untuk tendanya (bikin macet, cet, cet... Apa ‘berkat’nya makin melimpah untuk pasangan baru ini karena banyak orang yang ngumpat?), sogok menyogok untuk urusan tilang, parkir sembarang tempat sekaligus pungutan liar atas jasa parkir yang sudah diberikan (padahal itu lahan parkirnya aja nama lainnya adalah jalan umum atau trotoar), makin lugu makin empuk ditipu, makin cerdik makin banyak yang sirik.

Naik motor ngebut resiko nabrak orang yang nyebrang jalan sembarangan. Bahkan biasanya si penyeberang jalan bawa anak kecil yang justru malah jadi tameng si orang tua. Atau mungkin nabrak angkot yang berhenti sembarangan tadi. Atau mungkin nabrak sesama motor yang mau belok tapi ga kasi reting (lampu sen).

Naik motor pelan2, ditabrak, dimaki, diklakson, sama aja sialnya. Ditabrak sama sesama pengendara motor yang uring2an di jalan. Dimaki sama sesama pemakai jalan “...jalanan emang punya bapak loe?” walaupun kita udah dipinggir. Diklakson, paling sering sama pengendara motor yang umumnya mereka ga sabaran.

Paskah dibom natal pun ibadah bareng bom, bangun gereja musti ijin RT/RW/Kelurahan/... bahkan ada yang minta tanda tangan seluruh warga setempat itupun ijin tetep ga keluar, tapi giliran bangun mesjid boro2 minta ijin yang ada minta sumbangan. Dari minta duit ke warga setempat sampe minta duit ke orang2 yang lewat dengan menadahkan jaring di tengah jalan.

Demokrasi, menurut kamus besar bahasa indonesia artinya:
“Gagasan atau pandangan hidup yg mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yg sama bagi semua warga negara.”

Demokrasi yang seperti apa sebenernya yang mau diterapin sama pemerintah Indonesia? Berdasarkan kamusnya sendiri aja artinya udah melenceng jauh dari prakteknya. Bagaimana saya sebagai pengendara motor bisa mendapatkan hak saya untuk bisa berkendara dengan aman dan nyaman kalau para petugas dan pegawai pemerintahannya aja doyang sama ‘grepean’ bahkan malah minta disuap? Dari orang yang pasang tenda kawinan di jalan, itu aja udah mengambil hak saya. Karena hak saya yang diambil harusnya saya yang dapet cipratan duitnya. Tapi kenapa petugas jalan raya yang menikmatinya?

Apa bapak presiden tau ini? Atau setidaknya mentri perhubungan lah? Ah tapi percuma, pernah waktu saya baru melintasi Monas (Jl. Medan Merdeka Barat) aja, di depan saya malah ada sesosok bis Departemen Perhubungan berhenti mendadak untuk naikin pegawainya yang ketinggalan bis. !@#$%^&*&^%$#@! Itu bis bener2 lagi ditengah jalan, “...Astaga, Kopaja nomor berapa sih nih” Saut saya dalem hati waktu itu. Eh tapi kok dari belakang pantat bisnya bagus bener ga kaya Kopaja yang butek dan biasanya ada foto Dedi Mizwar nya. Eh pas ngelewatin keliatan tulisannya di samping bis “Departemen Perhubungan”. Gimana ga gubrak, coba?

Lucunya lagi masih dijalan yang sama tapi beda gedung. Saya kurang tau itu gudung apa, tapi di situ ada semacam papan elektronik yang tulisannya bisa berjalan yang isinya tentang informasi kualitas udara pada saat itu. Di situ tertulis “Kualitas udara sehat”. Toweng, toweng, toweng??? “Sehat” dari hongkong? Itu tulisan kayanya ga pernah berubah deh atau mungkin yang bikin informasi itu ga punya idung (ga punya idung apa masih bisa disebut ‘orang’ ya?). Kualitas udaranya selalu sehat dari waktu ke waktu. Dari jaman saya baru ngekos di Sawah Besar sampe terakhir saya liat ya pas waktu balik Indo kemaren2 ini. Berarti minimal 2 tahun 9 bulan kualitas udara sekitar Monas bagian barat selalu baik. Saya ga tau apa tulisan itu masih ‘Sehat’ atau bisa berganti menjadi setidaknya ‘Kurang Sehat’ sekarang?

Kepada bapak presiden, tolong deh turun sebentar ke bawah. Di liat itu yang dibawah kerjanya ngapain aja? Jangan ngurus perkara2 besar dulu kalo perkara kecil aja belom kelar. Ga usah dulu ngurusin hubungan bilateral ataupun meeting KTT yang ga bermanfaat signifikan ke masyarakat bawah. Mending urus staf2 bapak yang pamornya makin lama makin turun. Polisi yang saya liat waktu pulang Indo kemaren2 ini sepertinya polisi yang pulang tugas. Dari jakarta sampe kalideres, dia ga pernah keluar dari jalur Busway. Gile ga tuh? Mantep, gan!

Bagaimana rakyat mau tunduk sama peraturan kalo petugas negaranya aja ngelawan aturan? Kalo rakyatnya ikut aturan otomatis kehidupan perekonomian di Indonesia pastilah lebih efisien. Taraf hidup rakyatpun pasti meningkat karena ga perlu ngeluarin duit sogokan. Parkir dibenahi, pungli diberantas. Dari jaman kapan tau, bertahun-tahun yang lalu dah pokoknya, denger2 bikin KTP gratis. Tapi saya ga pernah dapet gratis. Pasti bayar minimal Rp 20.000 dengan segala alasan buat biaya admin lah, biaya cetak lah. Malah ada temen istri saya bayar Rp 300.000 (kira2 tahun 2008) cuma buat bisa dapet KTP jakarta karena dia berasal dari daerah.

Pak presiden, tolong ya. Kalo memang anda masih cinta sama negeri ini, tolong lah merakyat. Merakyat dalam artian anda sendiri yang turun merakyat, bukannya anda menyuruh staf anda untuk merakyat hanya karena anda pemimpin tertinggi terus Cuma nunggu laporan dari instruksi merakyat tersebut. Merakyat dalam arti anda menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada rakyat, bukan Cuma mendengarkan. Saya tau pak, jadi presiden itu sulit, sulit sekali bahkan. Butuh rasa nasionalis yang tinggi dan niat yang tulus untuk merubah nasib banyak orang. Tapi ketika anda ada di persimpangan dan memutuskan untuk terus maju pada waktu pemilu dulu kan pastinya anda sudah memikirkan hal ini kan? Atau malah belum terpikir ya pak untuk merubah nasib rakyat? Atau mungkin manusia kalo udah di posisi terlalu tinggi memang kadang pola pikirnya agak ngejelimet dan komplek sehingga ga bisa paham akan masalah sepele. Contoh aja seringnya para profesor2 atau mereka yang kuliah sampe S3 (es mambo, es teler, es nangka) biasanya malah ga ngerti ditanyain permasalahan yang mendasar padahal masih dalam jurusan yang sama.

Pak presiden, sekali lagi, tolong pahami ya rakyat2 ini, yang udah ga sabar lagi menunggu perbaikan. Bensin memang ga naik pak, tapi kenapa harga KFC jadi naik, terus nasinya juga 2x gigit langsung lenyap? Hoka2 Bento juga pak, judul paketnya Hoka Hemat, tapi harganya udah melejit 1,5x lebih mahal tapi ukuran Egg chiken roll nya tambah kecil? Pak biaya idup di Jakarta kok makin mahal? Kenapa pak? Tolong dijawab pak. Gimana kalo ada rakyat yang frustasi terus lempar molotof ke Istana? Atau karena sangkin ga didengarkannya ada rakyat yang memberanikan diri menembak basoka dari atas monas ke Istana? Bapak bisa apa pak kalo bapak lagi di dalem?

Pfff... Udah cukup itu aja pak curhatnya. Bapak baca ya sukur, nggak ya udah. Saya mah Cuma prihatin aja orang2 pinter, orang2 berbakat dari Indo semuanya kabur dari Indo. Mereka ga mendapatkan apa yang bisa mereka dapatkan di negara luar. Sudah cukup seorang Mia Audina (Bulutangkis Putri) hengkang ke eropa. Jangan biarkan para orang jenius lainnya ngacir lagi pak.