About Me:

Saya adalah seorang manusia gila yang terlalu banyak uneg-uneg & obsesi yang belom tercapai. Sebagian orang menilai saya adalah orang yang sedang mencari jati diri. Pernyataan tersebut hampir betul dikarenakan sedikitnya waktu bagi saya untuk menemukan apa yang saya benar2 inginkan dalam hidup ini. Tak ada ruang untuk berekspresi, berkreasi, dan menjadi gila di dunia yang naif ini. Alhasil, terciptalah saya sebagai pribadi yang terkesan eksplosif, dableg & sering keluar dari jalur. Kebahagiaan & kesenangan yang saya rasakan pun terkadang tidak pernah bisa dibagikan dengan orang lain, padahal Chistopher McCandless berpesan di akhir hayatnya: "Happiness only real when it shared". Untuk itulah blog ini tercipta, ga masalah orang2 yang baca mo menanggipnya atau tidak, ga masalah jika para pembacanya menjadi antipati atau termotivasi karena topiknya, yang penting saya sudah berbagi supaya ada sedikit cahaya kebahagiaan dalam hidup saya ini.

Sabtu, 01 Desember 2012

Happy Anniversary ke-3

* Lab praktikum Kampus
* : Lokasi

28 November kemaren saya sekeluarga ditraktir sama Dewi, temen kuliah sekaligus share mate di Melbourne. Dewi yang dateng ke Melbourne dengan menggunakan Work and Holiday Visa setahun yang lalu tak terasa visanya udah mau abis aja. Sebenernya visanya Dewi habis tanggal 3 Desember, tapi berhubung dia diajak temennya nginep di rumahnya di City (mungkin dalam rangka perpisahan), jadi Dewi minggat lebih awal. 

Traktiran Dewi sekaligus memperingari Hari Pernikahan saya dan Kristina yang ke-tiga. Kami mulai kenal  tahun 2001 waktu Kristina memperkenalkan diri di depan kelas sebagai Asisten Dosen mata kuliah Pengantar Akuntansi 1. Kami mulai pacaran 19 Juni 2002, berarti kami kenal udah lebih dari 10 tahun yang lalu. Yang paling berat dalam membina hubungan menurut saya adalah memahami karakter pasangan sambil menekan ego. Tapi menurut Kristina kalo ga salah denger dulu dia pernah bilang yang paling berat buat dia adalah hubungan jarak jauh.

* Taman Sari, Yogya, belakang pasar hewan Ngasem
Yup, memang kami sempet menjalani hubungan jarak jauh dikarenakan Kristina yang lulus lebih dulu karena dia lebih tua 2 tahun dari saya plus lulus cepat (cum laude). Ditambah lagi sayanya bego lulusnya lama, semakin memperparah keadaan dan memperpanjang lamanya hubungan jarak jauh tersebut. Kalo ga salah itung sih kira2 4 tahun kami jarak jauh dari total 8 tahun pacaran.

Kami dari budaya keluarga yang beda drastis menjadi penyebab utama setiap pertengkaran kami. Yang selalu saya ingat cuma satu penyebab setiap pertengkaran kami, yaitu Uang. Kalo udah urusannya sama duit, pasti kami berantem mulu. Kristina yang budayanya "uang bisa dicari tapi moment ga bisa diulang" bentrok drastis sama paham yang saya genggem selama ini, "menahan diri dan berhemat pangkal kaya" karena menurut saya dengan menjadi kaya kita pasti bahagia.

Intinya kami berdua sebenernya sama2 ingin menggapai apa yang kami inginkan dalam hidup, hanya saja cara kami berlawanan, padahal kami merupakan pasangan yang harusnya penuh toleransi dan memahami karakter masing2. Yang terjadi adalah selama pacaran kami berusaha untuk saling mempengaruhi satu sama lain supaya diikuti pahamnya. Saya pengen Kristina berhemat dan menahan diri untuk segala kesenangan seperti makan enak dan jalan2 supaya bisa lunasin utang, ngumpulin duit, beli rumah, dll. Sementara Kristina merasa dia udah stres di tempet kerja, satu2nya yang bisa menghibur dirinya dari stres adalah melakukan hal yang dia senangi yaitu makan enak dan jalan2.

*Di bawah Tugu Yogyakarta
Saya semakin stres karena gaji kami berdua walaupun ditotal bisa nyampe Rp 10 juta tapi ga cukup buat membiayai hidup di Jakarta yang kejam. Kenapa bisa ga cukup? Dikarenakan kami sama2 anak pertama, saya mewajibkan diri mengirimi bulanan untuk orangtua sebagai wujud respek dan balas budi, dan Kristina sebagian besar uang dan utangnya dipakai untuk membiayai kuliah adik2nya sekaligus biaya hidup mereka. 

10 tahun kami saling mengenal dan buat orang seperti saya yang egonya tinggi karena kurang mendapatkan pelajaran tentang bagaimana cara mengayomi dan menjadi tulang punggung keluarga, sehingga menyebabkan saya butuh waktu lama untuk mau mengalah dan menyadari bahwa beban Kristina lebih berat dari saya. Saya hanya punya satu adik dan itupun udah mandiri sebagai guru di BPK Penabur. Sementara Kristina punya 4 adik yang belum mandiri, 2 orang masih harus dibiayai kuliahnya, 2 lagi kerja dengan gaji yang senen/kemis dan ga pernah sisa di akhir bulan. 

*Di kawinan sepupu Kris di Pekalongan yg suaminya seoranfotografer
Singkat cerita saya mengalah dengan cara mencoba merendahkan hati dan ego untuk mengikuti apa yang istri rencanakan untuk masa depan adik2nya dan keluarga kami. Tentunya tak semudah membalikan telapak tangan. Walaupun udah memutuskan untuk mengikuti keinginan istri, ego ini sering kali muncul ditengah planning yang sedang mulus dikerjakan. Yah, berantem lagi, tapi ga sedasyat dulu. Kali ini dengan intonasi nada bicara yang ga sengak lah karena sadar dan tau betul bahwa tujuan dari semua ini adalah baik.

Semuanya butuh proses, dan yang paling ga enak adalah kalo prosesnya butuh waktu yang panjang. Kalo menilik lagi ke belakang, rasanya kok kagum dan heran kami bisa melewati itu semua. Rasanya bener2 berat waktu dibayangin lagi. Dan kalo ditawarin untuk mengulang kejadian 10 tahun yang lalu, hmmm... saya dengan tegas dan lantang menjawab: MENOLAK karena saya pasti jatuh dan aduh... ga kuat saya ngebayanginnya aja.

*Kris di Wisuda, awal penderitaannya, LDR
Lebih dari 10 tahun bareng dan 3 tahun dalam pernikahan, itu pun sampe sekarang saya masih proses. Proses untuk mengontrol ego dan menerima paham yang istri anut. Karena hati kecil sebenernya tau kalo paham istri lebih bener ketimbang paham yang saya anut cuman saya nya aja yang gengsi buat ngaku (udah di posting di blog mah sama aja udah mengakui, pet, gimna sih lu? Kadang2 balik jadi oon lagi).

Hidup cuma sebentar, mo sampe kapan ngumpulin duit? Kalopun udah kekumpul duitnya, pada waktu itu saya umur berapa? apakah masih bisa menikmati hasilnya? Hati kecil sebenernya tau kalo nikmatin hidup yang ada sekarang jauh lebih berharga ketimbang nyiksa dan nahan diri demi kenikmatan di masa yang akan datang yang belum pasti. Banyak yang bilang hidup ini seperti roda, kadang di atas kadang di bawah. Kalo pas uang udah kekumpul eh ternyata hidup pas lagi di bawah? Yah, mo gimana lagi terpaksa kan ga bisa memetik hasil yang selama ini dikumpulin dengan menyiksa diri. Dikarenakan didikan orangtua selama lebih dari 20 tahun jadi ga gampang buat saya untuk bisa nerima paham istri yang baru saya kenal 11 tahun. Jadi, yah, sebenernya ini hanya masalah waktu.

*Unt pertama kalinya kami ke DuFan
Mungkin ada yang berpendapat, suami kok ngikut istri? Apa kata dunia? Tren sekarang kan lagi ngikutin hal2 yang berbau Arab dan Syariat dimana wanita tidak boleh lebih tinggi dari pria (itu sih yang saya tangkep, kalo salah mohon dimaapin, hehehe). Bahkan kalo ditilik terus bisa berbuah sebuat opini 'Suami Takut Istri', karena biasanya suami yang ngikut istri karena istrinya lebih dominan. Yup, statement itu memang betul. Maksud saya statement yang terakhir yang menyatakan bahwa istri lebih dominan ketimbang suami karenanya suami bisa ngikut istri. Tapi bukan berarti suami takut istri. Dalam membina hubungan memang harus ada yang mengalah yang ga bisa diartikan kalah. Siapa yang harus mengalah? Ya, gunakanlah akal sehat, berdiskusilah dengan pasangan, temukan jalan tengahnya. Bagian inilah yang orang di luar sana tidak mengerti, mereka hanya melihat ekspresi dan reaksi dari aksi kita yang sedang bergumul dengan karakter, rencana masa depan, atau apapun itu demi kemajuan hidup bersama.

Saya tidak setuju dengan statement 'Suami Takut Istri' karena menurut saya tidak ada suami yang takut pada istrinya, yang ada adalah suami yang respek terhadap istrinya karena dengan segala kerendahan-hatinya dia rela terlihat minor dan belajar dari pasangannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Begitulah kata Wing Chun, Yip Man dalam film IP MAN ketika dihina oleh pendekar dari Utara yang menantangnya berkelahi. Yip Man dianggap pengecut dan hanya bersembunyi di balik ketiak istrinya. Ini yang saya maksud menekan ego, ketika orang lain menilai dengan kasat mata kita takut pada istri/pacar, rasa gengsi itu muncul. Tapi  di sisi lain akal sehat kita sadar kalo kita sedang berjuang untuk memiliki karakter yang lebih baik. Orang lain tidak mengerti rasa respek kita pada istri/pacar. Di sini dibutuhkan kedewasaan dalam berpikir dan bersikap.

*DuFan, saya pulang ke Jakarta dlm rangka libur natal
Sejujurnya, saya belum sampai pada titik itu. Saya sedang mengolah diri dan kepribadian saya menuju ke situ. Saya masih sombong dan tinggi ego kadang muncul di saat saya merasa didominasi. Ini ga gampang tapi saya yakin pasti bisa. Yang saya butuhkan hanyalah kerendahan-hati dan waktu.

Happy Anniversary, istriku. Saya beruntung mendapatkanmu tapi sebuah kesialan bagimu mendapatkanku.

*Kampus, malam pelepasan saat saya di wisuda. Kris dateng sm ortu dan adik saya

*Monas, jalan2 ngirit versi saya.
*Kaliurang, sy dlm rangka urus buku tanbungan dan Kris urus SKCK di Semarang unt pengajuan WHV

*Flinder St. Station, Melbourne. Visa kami diapprove

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Salut gw sama perjuangan lu pet, jangan pernah menyerah.
kapan maen horse lagi.. heheh

eBn

Petter Sandjaya mengatakan...

Salut sih salut, tapi ini siape ye? gw makin penasaran aje. Seinget gw, gw main horse cuma sama 2 grup. pertama sama temen SMP, kedua di albert park sama anak2 indo. Nah, lu yang mana?